"Jingga, Adisty," panggil Bu Sri yang langsung masuk ke kamar mereka berdua.
"Ada apa, Bu Sri?" jawab Jingga dan Adisty.
"Jingga pasti sedang bingung karena permintaan Nyonya Diva," ucap Bu Sri yang seolah tahu isi hati Jingga.
"Iya, Jingga bingung mau jawab bagaimana," ucap Jingga.
"Nyonya Diva sudah lama memperhatikan kamu Jingga. Awalnya suka datang kesini dan melihatmu membuat Nyonya Diva tertarik menjadikan kamu sebagai menantunya. Ibu gak berharap apapun dari kamu hanya saja Nyonya Diva adalah orang yang sangat baik bagi panti ini jadi Ibu harap kamu memutuskan yang terbaik Jingga," jelas Bu Sri.
"Jingga masih mencoba memikirkannya Bu Sri. Apapun keputusan Jingga, Jingga harap tidak menyakiti siapapun," ucap Jingga.
Bu Sri dan Adisty tersenyum mendengar perkataan Jingga.
"Nyonya Diva bilang kalau minggu depan Nyonya Diva akan mengajak kamu ke mansion utama, anggap saja ini adalah awal perkenalan bagi kamu dan Tuan Arseno," ucap Bu Sri.
"Baik Bu, Jingga akan datang minggu depan," ucap Jingga.
"Mereka akan menjemput kamu jadi bersiaplah malam minggu depan sambil kamu memikirkan jawaban dari perjodohan ini," ucap Bu Sri.
Jingga mengangguk tanda mengiyakan perkataan Bu Sri.
***
1 Minggu berlalu, kini malam minggu yang penuh dengan perasaan tak menentu bagi Jingga.
Jingga kini sudah berdiri di depan panti asuhan untuk menunggu jemputan yang sudah di janjikan Nyonya Diva kepadanya. Tak menunggu lama akhirnya mobil dan sopir datang menjemput Jingga.
"Nona maafkan saya terlambat karena jalanan sangat macet," ucap sopir tersebut.
"Tidak apa-apa Pak, saya juga baru kok disini," ucap Jingga.
"Mari, Nona. Kita masuk ke dalam mobil," ucap sopir tersebut sambil membukakan pintu mobilnya.
'Ini mobilnya keren banget,' batin Jingga.
"Baik Pak," ucap Jingga yang mulai menaiki mobil tersebut.
Perjalanan memang sangat macet sehingga membutuhkan waktu 1 jam lamanya mereka di jalanan. Hingga tepat pukul 7 malam kini Jingga sudah berada di mansion keluarga Keane.
'Ya Tuhan, apa ini benar rumah? Besar banget,' batin Jingga terheran melihat mansion yang berkali kali lipat besar dari pada panti asuhannya.
"Halo calon kakak ipar perempuan," ucap Yuriza yang menyadar Jingga dari lamunannya.
"Eh Nona Yuriza. Maaf, tadi lagi liat rumah kalian," ucap Jingga.
"Ayo segera masuk! Mama, Papa dan Kakak Arseno sudah menunggu disana," ucap Yuriza.
"Baik," ucap Jingga yang mengikuti langkah Yuriza.
Pandangan Jingga tidak bisa berhenti ke segala arah, sungguh ini rumah terbaik yang pernah Jingga temui.
"Jingga, akhirnya kamu datang mengunjungi mansion kami," ucap Nyonya Diva yang langsung menyambut Jingga.
"Iya, Nyonya Diva. Maaf, tadi di jalanan begitu macet jadi kami datangnya telat," ucap Jingga.
"Yasudah gak apa-ap. Ayo kita langsung makan saja," ucap Nyonya Diva.
Nyonya Diva langsung mengajak Jingga duduk tepat di sebelah Arseno.
1 jam berlalu kini makanan mereka sudah habis tak tersisa, mereka makan tanpa adanya suara. Jingga sangat begitu kenyang karena piringnya selalu di tambah makanan oleh Nyonya Diva.
"Pelayan, tolong bereskan bekas makanan yah," teriak Nyonya Diva.
"Baik Nyonya Diva," ucap Bibi yang bekerja di mansion keluarga Keane.
Sungguh, Jingga tidak bisa menghitung banyaknya pelayan di mansion tersebut.
"Jingga, ayo ke ruang keluarga," ucap Nyonya Diva.
Semuanya kini sudah duduk di ruang keluarga, begitupun dengan Arseno karena dirinya sudah diperingati oleh Nyonya Diva untuk selalu berada disana.
"Jingga, jadi kamu bekerja di butik?" tanya Tuan David langsung.
"Iya Tuan David, lebih tepatnya saya dan sahabat saya, Adisty yang medirikan butik tersebut," jelas Jingga.
"Ya, sebelumnya kami memang sudah sering mengawasi kamu melewati Yuriza, dan kami melihat kamu adalah sosok yang pekerja keras," ucap Tuan David.
'Ya Tuhan pantesan saja Nona Yuriza sering ke butikku ternyata ini adalah pengawasan Tuan David dan Nyonya Diva,' batin Jingga.
"Iya Jingga maafkan kami yah selalu mengawasi kamu di butik, tapi satu hal yang kami dapatkan adalah kamu memang menantu yang paling baik untuk Arseno," ucap Nyonya Diva.
Jingga hanya bisa tersenyum mendapatkan pujian dari Nyonya Diva.
"Arseno sudah menerima perjodohan kalian dan setuju akan segera menikah, bagaimana dengan kamu?" tanya Nyonya Diva.
Jingga terdiam mendapat pertanyaan seperti itu lagi.
"Tuan David dan Nyonya Diva, maafkan saya, sampai saat ini saya sungguh belum bisa memutuskan apapun," ucap Jingga.
"Sombong sekali wanita ini!" gumam Arseno melengos.
"Apa Arseno?" tanya Nyonya Diva yang tidak terlalu mendengar perkataan anaknya.
"oh tidak, Ma," ucap Arseno tersenyum kecut.
Yuriza yang berada di sebelah Arseno jelas mendengar perkataan Kakaknya.
"Jangan macam-macam deh Kakak. Kakak cukup diam saja," bisik Yuriza yang hanya bisa di dengar oleh Arseno.
"Maaf sebelumnya apakah Tuan David dan Nyonya Diva sudah tahu latar belakang saya? Saya hanya anak yatim piatu, kedua orang tua saya dan adik saya meninggal saat kecelakaan. Saya tidak memiliki apapun. Dibandingkan dengan kekayaan Tuan dan Nyonya, lantas apa yang membuat saya harus menerima Tuan Muda Arseno sedangkan saya tidak memiliki apa-apa?" ucap Jingga.
"Jingga, kami bukan keluarga yang memandang seseorang dari ekonominya. Kamu berhak menerima perjodohan ini karena memang kami yang mau menjadikan kamu sebagai menantu kami, terlepas dari kamu anak yatim piatu ataupun tidak itu bukan sesuatu masalah besar bagi kami," ucap Nyonya Diva.
"Terima kasih Nyonya Diva atas perjodohan ini, saya akan memikirkan kembali," ucap Jingga.
Nyonya Diva tersenyum dan langsung memeluk Jingga.
'Kenapa Mama seperti menyayangi Jingga?' batin Arseno.
"Mama, hari sudah malam sebaiknya Jingga segera di antarkan pulang," ucap Tuan David yang melihat jam di pergelangan tangannya.
"Maaf yah jadi sampai lupa, Jingga kamu pulang nanti di antarkan Arseno yah," ucap Nyonya Diva.
"Tidak usa merepotkan Nyonya, saya bisa memesan taksi online," tolak Jingga.
"Tidak usa sombong. Tunggulah di depan, saya akan mengantarkan kamu pulang," ucap Arseno yang berlalu mengambil mobilnya di basement.
"Tuh, kamu tunggu di depan yah calon suami kamu akan mengantarkan kamu pulang," ucap Nyonya Diva yang sangat senang melihat anaknya luluh kepada Jingga.
"Baik Nyonya Diva, terima kasih sudah mengajak saya makan malam disini," ucap Jingga.
"Tidak masalah. Nanti kamu akan sering main kesini," ucap Nyonya Diva sambil mengantarkan Jingga ke depan rumahnya.
Tak menunggu lama, Arseno dengan mobil mewah berwarna hitam sudah berhenti tepat di depan mansionnya.
"Nyonya Diva, Tuan David, saya pamit pulang, sekali lagi terima kasih atas makan malamnya," ucap Jingga.
"Sama-sama, Jingga," ucap Nyonya Diva.
"Arseno bawa mobilnya hati-hati yah, jangan ngebut," teriak Nyonya Diva.
"Iya Ma," ucap Arseno dari dalam mobilnya.
Jingga dan Arseno segera meninggalkan mansion utama dan menuju ke panti asuhan Dwi Hasanah. Dalam perjalanan tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya. Hanya keheningan yang tercipta hingga akhirnya mobil mereka sudah berhenti tepat di depan panti asuhan Dwi Hasanah.
"Tuan Arseno," ucap Jingga yang memecah keheningan.
Arseno pun terdiam mendengar suara Jingga.
"Apakah perjodohan ini memberatkan anda? Lantas jawaban apa yang harus saya berikan nanti?" tanya Jingga dengan sangat hati-hati.