Chereads / (Not) A Perfect Marriage / Chapter 11 - Perjanjian Arseno dan Jingga Part 2

Chapter 11 - Perjanjian Arseno dan Jingga Part 2

"Apakah kamu tidak setuju?" tanya Arseno tersenyum licik.

"Apakah anda tidak salah jika meminta saya untuk membersihkan seluruh apartemen?" tanya Jingga yang mulai terpancing emosinya.

"Tidak, bukankah tugas seorang istri memang seperti itu? Membersihkan apartemen, mencuci baju dan yang lainnya bukankah kamu sudah biasa melakukannya?" tanya Arseno masih dengan senyuman liciknya.

'Percuma saja kamu memiliki harta yang berlimpah, Tuan Arseno. Jika membersihkan apartemen saja meminta istri yang mengerjakan, tapi tunggu dulu, apakah dia membuat seperti ini agar aku merasa tidak nyaman menikah dengannya? Licik sekali,' batin Jingga.

'Aku akan membuat kamu tidak betah menjadi istriku, dan aku akan membuat kamu menderita, Jingga,' batin Arseno.

"Baiklah saya akan menerimanya," ucap Jingga.

'Kamu pikir aku takut, Tuan Arseno? Membersihkan apartemen tentu saja tidak sulit bagiku, karena aku sudah sering membersihkan panti asuhan,' batin Jingga.

"Baiklah, saya juga akan tinggal di apartemen itu, setiap saya pulang kerja semua isi apartemen harus sudah bersih dan rapi, mengerti?" ucap Arseno.

'Ini perjanjian menjadi istri atau pelayan?' batin Jingga kesal.

"Baik Tuan Arseno," ucap Jingga tetap tersenyum ramah.

Jingga kembali membaca perjanjian, tiba-tiba dia terfokuskan dengan poin terakhir yaitu menikah hanya 1 tahun.

"Tuan Arseno, apa maksud dari menikah hanya 1 tahun?" tanya Jingga kebingungan.

Arseno tertawa bagas. "Hai Jingga, kamu mau apa dari seorang Arseno Keane? Kamu menginginkan pernikahan seumur hidup? Saya pastikan kamu tidak akan mendapatkan itu," ucap Arseno menaikkan suaranya.

Jingga tertunduk mendengar perkataan yang menyakitkan itu. Jingga memang belum mencintai Arseno namun bukan berarti menikah bisa di buat permainan seperti yang Arseno inginkan.

'Lebih baik aku membatalkan semuanya dari pada aku terjebak oleh cinta nantinya,' batin Jingga.

"Jangan pernah berniatan untuk menolak perjodohan ini, Jingga," ucap Arseno seolah-olah tahu isi pikiran Jingga.

"Hm tidak, Tuan Arseno," jawab Jingga gugup.

"Kita akan tetap menikah 1 tahun lamanya dan saya harap kamu tidak melibatkan perasaan kamu kepada saya karena saya bisa pastikan saya tidak akan pernah mencintai kamu," ucap Arseno yang memberikan peringatan besar kepada Jingga.

"Baik Tuan Arseno," ucap Jingga terdiam.

"Bagus, kita akan segera menikah secepatnya," ucap Arseno.

"Apa?" teriak seseorang dari arah pintu.

"Selva," ucap Arseno kaget melihat kekasihnya berdiri di depan pintu ruangannya.

Jingga pun terkejut mendengar suara teriakan Selva. 'Oh jadi ini Selva? Kekasih Tuan Arseno,' batin Jingga.

"Tuan Arseno, maafkan saya tidak bisa menghalangi Nona Selva masuk," ucap Sekretaris Niko yang berada di belakang Selva yang langsung membuka pintu masuk ruang kerja Arseno tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Keluarlah Sekretaris Niko, biarkan Selva masuk ke ruangan saya," ucap Arseno.

"Baik, Tuan Arseno," ucap Sekretaris Niko.

Sekretaris Niko keluar dan menutup pintu rapat pintu ruang kerja Arseno.

"Jelaskan!" ucap Selva yang bersikap dewasa.

"Kami akan menikah," ucap Arseno.

"Kamu janji akan menolak pernikahan ini kan sayang?" ucap Selva yang mulai berkaca-kaca.

"Lalu, Ini wanitanya?" ucap Selva yang melihat Jingga dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Iya sayang, aku sudah menolaknya tapi Mama dan Papa memaksa," ujar Arseno.

"Kenapa kamu menghianati cinta kita?" ucap Selva.

"Sayang aku tidak menghianati cinta kita, aku tetap menjadi milik kamu, pernikahan ini hanya 1 tahun dan aku janji tidak akan melakukan apapun kepada wanita ini," ucap Arseno.

'Lucu sekali melihat adegan ini, Tuan Arseno yang sangat galak ternyata bisa luluh seperti ini kepada kekasihnya,' batin Jingga tertawa diam.

"1 Tahun? Benarkah?" tanya Selva memastikan.

'Aku tidak yakin mereka tidak melakukan apapun, wanita ini sangat cantik alami, bagaimana jika Arseno tergoda olehnya? Sedangkan wanita ini halal baginya nanti,' batin Selva.

"Sayang, kamu percaya kan?" tanya Arseno meyadarkan Selva dari lamunannya.

"Iya aku percaya," ucap Selva.

"Nona, maafkan saya yang sudah hadir di antara kalian," ucap Jingga yang merasa tidak enak hati.

"Hmm, tidak apa-apa, bukan salah kamu kan? Ini atas permintaan Papa dan Mama Arseno jadi aku sama sekali tidak menyalahkan kamu," ucap Selva baik.

Selva memang seseorang wanita yang sangat baik, hal itu yang membuat Arseno tidak pernah berhenti mencintai Selva sedikitpun.

"Terima kasih Tuan Arseno dan Nona Selva, kalau begitu saya akan pamit pulang," ucap Jingga yang bergegas ingin meninggalkan ruangan Arseno.

"Tunggu! Surat itu tidak akan sah, jika belum ditanda tangai, jadi mari kita tanda tangani terlebih dahulu," ucap Arseno.

'Ya Tuhan segitunya, padahal surat ini sangat tidak penting,' batin Jingga.

"Baik Tuan Arseno," ujar Jingga.

Jingga dan Arseno pun langsung tanda tangan di 2 kertas yang nantinya masing-masing mereka memegang satu kertas tersebut.

"Kamu pegang satu dan satunya saya yang pegang, surat ini sangat sah dan resmi, jadi kamu jangan macam-macam dengan perjanjian ini," ucap Arseno.

"Baik Tuan Arseno," ucap Jingga yang langsung pergi meninggalkan Arseno dan Selva.

"Sayang kamu yakin melakukan ini? Bagaimana jika sampai Mama dan Papa tahu semuanya?" tanya Selva.

"Tenanglah, selagi tidak ada yang memberitahu maka aku aman," ucap Arseno menenangkan kekasihnya.

"Baiklah, terus bagaimana jika aku mau berduaan dengan kamu?" tanya Selva.

"Kamu bisa datang ke apartemenku, aku nanti akan tinggal disana. Masalah Jingga, kamu jangan khawatir karena aku akan memastikan jika dia tidak akan mengatakan kepada Mama ataupun Papa," ucap Arseno.

"Baiklah aku percaya kepadamu," ucap Selva yang langsung memeluk tubuh kekar Arseno.

Sementara itu Jingga langsung berjalan cepat menuju pintu keluar perusahaan Keane Properti.

"Nona Jingga," teriak Sekretaris Niko saat melihat Jingga yang hendak memencet tombol lift.

"Ada apa Sekretaris Niko?" tanya Jingga.

"Silahkan naik lift khusus dan saya akan mengantarkan Nona ke butik," ucap Sekretaris Niko.

"Lift umum sama lift khusus sama-sama bisa sampai ke lantai bawah, bukan? Dan tidak usa repot-repot mengantarkan saya pulang, Sekretaris Niko," ucap Jingga menolak.

"Ini permintaan Tuan Arseno untuk mengantarkan Nona pulang," ucap Sekretaris Niko.

"Benarkah?" tanya Jingga curiga.

"Silahkan Nona lewat lift khusus," ucap Sekretaris Niko lagi.

"Baiklah," ucap Jingga yang berjalan menaiki lift khusus berduaan dengan Sekretaris Niko.

Kini mereka berdua sudah berada di dalam lift. "Andai saja Tuan Arseno seperti dirimu yang sangat baik, Sekretaris Niko, maka saya akan bersenang hati menerima perjodohan ini," ucap Jingga pelan.

"Nona, sebaiknya tidak berbicara seperti itu," ucap Sekretaris Niko.

Jingga terdiam mendengar jawaban Sekretaris Niko.

'Ya Tuhan Jingga kenapa kamu bisa berkata seperti itu, jelas-jelas orang yang kamu ajak bicara adalah Sekretaris pribadinya Tuan Arseno, kalau Sekretaris Niko bilang kepada Tuan Muda Arseno maka pasti dirinya akan kembali marah kepadaku. Ya Tuhan sungguh tidak enak hidup seperti ini penuh dengan ketakukan apalagi jika aku sudah satu atap dengannya. Ah, aku tidak bisa membayangkan semuanya,' batin Jingga.