Rekaman kejadian sore tadi kembali terbayang oleh Arseno di dalam otaknya. Disaat pukulan dengan sekuat tenaga menyentuh wajah cantik Jingga hingga cairan merah pun tidak terhindarkan.
Ya, baru saat ini Arseno menyadari jika kelakuannya memang di luar batas. Arseno merasa jika Jingga adalah lawannya, bukan istrinya. Seketika, Arseno menyesali apa yang dia perbuat kepada Jingga.
'Jingga, apa kamu kesakitan? Maafkan aku sudah melukai kamu,' batin Arseno.
'Apa aku harus meminta maaf kepadanya sekarang?' batin Arseno lagi.
Arseno bergegas untuk menemui Jingga namun langkahnya langsung terhenti.
'Tidak, disana pasti ada Mama, sebaiknya besok aku berbicara kepadanya, setidaknya dalam satu tahun kedepan, tidak ada pertengkaran antara kami dan kami berpisah dengan cara baik-baik,' batin Arseno.
***