1 minggu berlalu, wangi masakan sudah tercium di setiap sudut panti asuhan Dwi Hasanah. Panti Asuhan Dwi Hasanah merupakan tempat Jingga dibesarkan. Ya, kecelakaan kedua orang tuanya membuat Jingga secara terpaksa harus tinggal di panti asuhan Dwi Hasanah karena saudaranya tidak ada yang mau merawat Jingga yang pada saat itu masih berumur 10 Tahun.
Jingga berjalan ke dapur, dirinya melihat Bu Sri yang merupakan Ibu Panti sedang asyik memegang alat memasak di bantu oleh Bu Dwi yang tinggal di panti juga.
"Ibu, kenapa memasak sebanyak ini?," ucap Jingga sambil melihat ke setiap meja masak penuh dengan sayuran, daging dan bahan masakan lainnya.
"Jingga, kau sudah bangun?" tanya Bu Sri yang melihat jam menunjukkan pukul 6 pagi.
"Sudah Bu. Sepertinya ini lebih banyak dari yang biasa kita masak," jawab Jingga.
"Iy, Jingga. hari ini kita kedatangan tamu," ucap Bu Sri.
"Tamu? Siapa?" tanya Jingga penasaran.
"Nyonya Diva," jawab Bu Sri.
"Nyonya Diva? Donatur terbesar di panti ini bukan?" tanya Jingga tak percaya karena selama ini dirinya selalu tidak berada di panti jika ada Nyonya Diva ke panti mereka.
Bu Sri tersenyum kepada Jingga.
"Iya Jingga, Nyonya Diva akan ke panti kita bersama kelurganya jadi Ibu masak banyak," jelas Bu Sri.
"Wah benarkah? Berarti nanti panti akan sangat ramai," ucap Jingga.
"Iya Jingga, apakah kamu akan ke butik hari ini?" tanya Bu Sri.
"Tidak Bu, hari ini kami tutup dahulu karena Adisty lagi gak enak badan terus karyawan Jingga juga ada yang izin jadi hari ini kami tutup dahulu," jelas Jingga.
"Baguslah kalau begitu," ucap Bu Sri.
"Bagus kenapa yah Bu?" tanya Jingga heran.
"Oh engga, ayo bantuin Ibu masak!" pinta Bu Sri.
"Jingga bantuin Bu Dwi potong sayuran yah Bu," ucap Jingga.
"Ya," ucap Bu Sri.
Jingga berjalan mendekati Bu Dwi dan mengambil pisau untuk memulai memotong sayuran.
"Adisty sakit?" tanya Bu Dwi yang sadar ada Jingga di sampingnya.
"Gak enak badan sedikit saja Bu. Mungkin, lagi datang bulan," ucap Jingga.
"Oh begitu, nanti kasih air hangat yah dan harus banyak minum air putih," ucap Bu Dwi.
"Iya Bu. Bu, Jingga gak pernah ketemu dengan Nyonya Diva sebelumnya padahal Jingga disini sudah 10 tahun lamanya," ucap Jingga.
"Dulu pernah ketemu kok waktu masih kecil mungkin kamu gak inget Jingga dan setelah dewasa memang kamu jarang ada di panti jadi wajar aja gak ketemu lagian memang Nyonya Diva jarang sekali ke panti ini, biasanya hanya asistennya yang kesini untuk mendonasikan uang, baju, peralatan sekolah dan lain-lain," jelas Bu Dwi.
"Oh," ucap Jingga.
Jingga, Bu Sri dan Bu Dwi fokus masak masing-masing hingga terdengar suara teriakan dari dalam rumah.
"Jingga sebaiknya kamu ke dalam sepertinya ada anak-anak yang bertengkar," ucap Bu Sri.
"Baik Bu, Jingga ke dalam dahulu," ucap Jingga.
Jingga langsung melepaskan pisaunya dan berjalan cepat ke arah dalam rumah.
"Tidak ada siapa-siapa, dimana yang berteriak tadi?" tanya Jingga seorang diri.
Jingga berjalan kesana kemari mencari sumber suara, Jingga melihat dari jendela ada sepasang anak laki-laki dan perempuan yang sedang bertengkar di halaman rumah panti, ternyata suara tesebut berasal dari luar rumah.
Jingga langsung berlari menghampiri anak tersebut.
"Ridho, Anna," teriak Jingga.
"Kak Jingga," teriak Anna yang langsung memeluk Jingga.
"Ada apa sayang? Kenapa berteriak-teriak?" tanya Jingga kepada anak perempuan yang berumur 6 tahun.
"Kakak Ridho jahat dia mendorong Anna," ucap Anna yang mulai menangis. Tadinya Anna seperti menahan tangis namun setelah ada Jingga seolah-olah Anna mulai melampiaskan tangisnya kepada Jingga.
"Ya Tuhan, apakah ada yang sakit?" tanya Jingga sambil memeriksa tubuh Anna.
"Tidak," ucap Anna yang mengusap air matanya.
"Ridho apakah benar yang di katakan Anna?" tanya Jingga lembut.
"Iya," ucap anak lelaki bernama Ridho yang berumur sekitar 8 tahun.
"Ridho kenapa mendorong Anna?" tanya Jingga lagi.
Ridho menunduk tanpa menjawab pertanyaan Jingga.
"Ridho anak baik, ayo katakan, Kak Jingga tidak akan marah kalau Ridho mau jujur," ucap Jingga.
"Anna merebut mainan Ridho jadi Ridho kesal, terus Ridho dorong Anna," ucap Ridho yang masih tetap menundukkan kepalanya.
"Berarti dua-duanya salah bukan?" tanya Jingga sambil mengelus rambut kedua adiknya itu.
Ya tentu saja mereka bukan adik kandung. Mereka berdua sama nasibnya dengan Jingga yang ditinggal pergi oleh orang tuanya.
"Iya Kak," ucap Ridho dan Anna bersamaan.
"Nah kalau begitu sekarang Anna dahulu yang meminta maaf kepada Ridho yang sudah merebut mainannya terus Ridho juga minta maaf kepada Anna karena sudah mendoorng Anna hingga jatuh," ucap Jingga.
"Kakak Ridho maafin Anna," ucap Anna sambil mengulurkan tangannya.
"Iya Maafin Kak Ridho juga minta maaf kepada Anna," ucap Ridho sambil menyatukan tangannya kepada tangan Anna.
"Nah kalau seperti ini kan enak bukan di lihatnya?" ucap Jingga.
"Iya Kak, terima kasih yah Kak Jingga," ucap Ridho dan Anna.
"Iya sama-sama jangan berentem lagi yah Kakak mau ke dalam dulu mau bantuin Bu Sri masak," ucap Jingga sambil mencium Anna dan Ridho.
Ridho dan Anna tersenyum dan kembali bermain. Jingga berbalik hendak masuk ke dalam namun terhenti karena melihat Adisty yang menggendong seorang bayi di pintu yang melihat Jingga menenangkan Ridho dan Anna.
"Kamu selalu bisa di andalkan jika diminta menenangkan anak-anak," ucap puji Adisty.
"Bilang aja kamu memintaku untuk menjaga Baby Kila kan?" ucap Jingga yang berjalan menghampiri Adisty.
"Aku lagi gak enak badan Jingga. Tadi Baby Kila menangis terus di kamar," ucap Adisty yang terlihat pucat.
Baby Kila juga merupakan anak yang tinggal di panti. Bayi mungil yang umurnya baru 4 bulan, ya masih sangat kecil untuk seorang anak yang di tinggal orang tuanya. Namun apa daya Ibunya meninggal saat melahirkan dirinya sedangkan Ayahnya tidak sanggup mengurusnya seorang diri. Satu-satunya tempat terbaik memang panti asuhan.
"Sini aku akan menjaganya," ucap Jingga yang hendak mengambil Baby Kila di tangan Adisty.
"Adisty, kamu gak ke Dokter aja? kamu terlihat sangat pucat," ujar Jingga.
"Tidak kok, aku cuman butuh istirahat aja. Maklum saja karena ini hari pertama datang bulan," ucap Adisty.
"Ya sudah kamu istirahat sana," ucap Jingga yang meminta Adisty ke dalam.
"Baiklah terima kasih Jingga," ucap Adisty yang berlalu ke dalam meninggalkan Jingga dan Baby Kila.
Jingga menatap Baby Kila dengan perasaan kasihan. Baby Kila pun kini sudah sangat tenang dan terlihat seperti ingin tidur di pelukan Jingga.
'Kamu masih kecil namun sudah hidup seperti ini Kila, sungguh aku tidak tega melihat dirimu tidak memiliki Ibu dan Ayah,' batin Jingga.
Namun dari kejauhan ada sepasang mata yang memperhatikan Jingga dan Kila.
'Nyonya Diva memang tidak salah memilih dirimu sebagai menantu Jingga, kamu baik dan juga bisa menjadi seorang Ibu yang sangat lembut, namun Ibu sangat khawatir saat tiba kamu mengetahui identitas Tuan Arseno kamu akan tersakiti,' batin Bu Sri yang memperhatikan Jingga.