"Arseno, jika memang Jingga tidak mau pulang ke apartemen, Mama yakin sekali jika kamu tidak membuat dia nyaman berada di apartemen ini," ujar Nyonya Diva.
Arseno lagi-lagi terdiam, perilaku Arseno kepada Jingga memang tidak memberikan kenyamanan kepada Jingga untuk berada di apartemen.
Memang, Arseno berniat untuk membuat Jingga tidak nyaman di apartemen miliknya, namun tidak secepat ini membuat Jingga tidak pulang.
'Harusnya aku senang karena rencanaku membuat Jingga tidak betah tinggal disini bisa dikatakan berhasil, tapi kenapa perasaan ini tidak tenang jika tidak mengetahui Jingga ada dimana?' batin Arseno.
"Arseno, Mama akan kecewa jika kamu membuat Jingga pergi dari apartemen ini!" cerca Nyonya Diva.
"Mama, Arseno benar-benar tidak membuat Jingga pergi dari sini, hubungan kami baik-baik saja semalam dan tadi pagi, hanya saja memang Jingga pergi tanpa pamit kepada Arsen," jelas Arseno.
"Apa? Kenapa bisa? Apa perkataan kamu menyakitinya?" tanya Nyonya Diva.
"Mama sudahlah, sebaiknya Arseno menjemput Jingga ke butik dulu, nanti kita bahas bersama," ujar Tuan David menenangkan.
"Iya Papa. Arseno cepat ke butik, barangkali dirinya ada disana dan segera bawa pulang meskipun dia tidak mau pulang. Mama dan Papa menunggu disini, dan satu lagi, kamu tidak boleh pulang ke apartemen sebelum menemukan menantu Mama," ujar Nyonya Diva.
Arseno membulatkan matanya mendengar ucapan Mamanya yang lebih mementingkan menantu daripada anaknya.
"Iya, Arseno pergi," Arseno langsung pergi meninggalkan apartemen.
Arseno mencoba menghubungi Sekretaris Niko untuk menjemputnya di apartemen. Arseno pikir, lebih baik pergi dengan Sekretaris Niko daripada seorang diri.
Arseno segera mengambil ponselnya dan melakukan panggilan telpon kepada Sekretaris Niko. Tak menunggu lama, panggilan telpon tersebut kini terhubung.
"Halo, Tuan Arseno. Ada yang mengatakan jika Nona Jingga terakhir ada di butik. Apa kita kesana saja?" ujar Sekretaris Niko langsung.
"Saya tau, Adisty sahabat Jingga juga mengatakan hal yang sama. Cepat ke apartemen saya dan kita segera pergi ke butik untuk melihatnya," perintah Arseno.
"Baik Tuan Arseno, tunggu sebentar saya akan segera kesana," ujar Sekrtaris Niko.
"Baiklah." Arseno langsung mematikan ponselnya.
Menatap hujan yang seperti enggan untuk beranjak. Hari ini hujan sangat awet sekali, harusnya saat ini Arseno sedang tidur di kamar sambil menikmati malam yang sangat sejuk. Tapi nyatanya, Arsneo harus pergi untuk mencari wanita yang sama sekali tidak di cintai olehnya.
Dret! Dret!
Suara ponsel Arseno bergetar. Arseno menatap nama kekasihnya berada di layar ponselnya.
Arseno mengabaikan panggilan telpon tersebut, baginya untuk berbicara dengan Selva saat ini bukan suatu hal yang tepat.
Ya, saat ini posisi Selva adalah kekasih Arseno. Selva akan marah besar jika tau Arseno sedang mencari istrinya.
Namun, ponselnya seolah enggan berhenti, nama Selva terus-terusnya berada di layar ponselnya. Arseno yang tidak tahan, dengan segera memencet tombol hijau dan panggilan telpon terhubung.
"Halo," ucap Arseno.
"Halo sayang, apa kabar? Saya kangen kamu, bisakah kita bertemu sekarang? Saya sedang berada di dekat apartemen kamu," ujar Arseno.
"Selva maafkan saya, tapi ini sudah sangat malam. Saya tidak mungkin membawa kamu ke apartemen," ucap Arseno yang masih tidak mengatakan jika dirinya akan mencari Jingga.
"Tidak sayang, kita bisa bertemu di restoran terdekat. Bagaimana?" tanya Selva.
'Bagaimana ini? Apa aku suruh saja Sekretaris Niko untuk mencari Jingga?' batin Arseno.
"Maaf Selva, sepertinya saya tidak bisa," ucap Arseno menolak.
Arseno kembali berpikir jika ada orang tuanya yang sedang berada di apartemennya. Jika Jingga pulang sendirian, itu sangat bahaya bagi Arseno.
"Kenapa? Apa kamu sudah tergila-gila dengan istri kamu sehingga kamu enggan meninggalkannya?" ketus Selva.
Sangat terdengar jelas oleh Arseno jika saat ini Selva kekasihnya sangat tidak menyukai Jingga.
"Bukan begitu Selva, tapi ..." ucapan Arseno terhenti membuat Selva sangat geram di sebrang telpon.
"Apa?" ketus Selva.
"Jingga belum pulang, saya harus mencarinya," jelas Arseno.
"Peduli apa kamu dengan Jingga? Sayang, bukankah kamu sudah berjanji akan tetap cinta kepada saya?" tanya Selva.
"Selva ini bukan soal cinta, Papa dan Mama ada di apartemen dan saya tidak mungkin tidak mencari keberadaan Jingga. Tolong mengerti saya, jangan mempersulit seperti ini, Selva," ujar Arseno.
"Mempersulit katamu? Sayang, saya tidak mempersulit kamu. Apakah kamu tidak ingat jika saya sudah mengizinkan kalian menikah? Kenapa sekarang saya yang dibilang mempersulit?" cerca Selva.
"Selva, saya masih menghargai kamu sebagai kekasih saya, untuk saat ini saya tidak ingin berdebat apapun dengan kamu jadi saya mohon pengertian kamu," Arseno langsung mematikan ponselnya.
Arseno langsung memegang kepalanya yang sakit, omongan Selva benar-benar membuat kepalanya pusing.
'Posisiku saat ini sangat sulit sekali. Bagaimana bisa aku menghadapi istri dan kekasihku sekaligus?' batin Arseno.
Tak lama, seseorang yang sedari tadi ditunggu oleh Arseno, kini tengah berjalan menuju ke arah Arseno.
"Tuan, anda baik-baik saja?" tanya Sekretaris Niko saat melihat Arseno sedang memijit kepalanya.
"Saya baik-baik saja," jawab Arseno.
"Tuan, jika ada masalah biar saya saja yang menjemput Nona Jingga, saya bisa pastikan bisa menemukan Nona Jingga segera," ucap Sekretaris Niko.
"Di apartemen ada Mama dan Papa, saya tidak bisa berdiam diri. Lagipula Jingga adalah istri saya, dia adalah tanggungjawab saya," jelas Arseno.
Sekretaris Niko terdiam mendengar ucapan Arseno yang tiba-tiba perhatian dengan Jingga.
"Sudahlah, ayo pergi," Arseno langsung berjalan menuju ke mobil Sekretaris Niko yang dibelikan oleh Arseno.
"Baik Tuan Arseno," Sekretaris Niko mengikuti jalan Arseno menuju mobilnya.
Kini dengan segera mobil dilajukan oleh Sekretaris Niko.
Keheningan tercipta, tidak ada yang bersuara sama sekali, namun dari kaca mobil, Sekretaris Niko melihat jelas ada wajah kepanikan dan ketegangan yang ciptakan oleh Arseno.
Sekretaris Niko tau jika Arseno sedang mengkhawatirkan Jingga. Memang pernikahan mereka tidak dilandaskan oleh cinta, Arseno yang sangat dingin dan cuek kepada setiap wanita, seketika melunak kepada Jingga saat ijab kabul dilakukan.
Arseno memang berhati baik, persis seperti keluarga Keane lainnya. Arseno tidak tahu, kekhawatirannya saat ini karena kebaikan keluarga Keane atau karena Arseno mengkhawatirkan istrinya.
'Jingga, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ini. Aku selalu tidak peduli dengan wanita seperti kamu, tapi kenapa aku rela malam-malam mencari keberadaab kamu. Seketika aku hilang jati diri jika berhubungan dengan kamu. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa hati ini merasakan jika kita sudah pernah saling kenal sebelumnya?' batin Arseno.
"Niko, percepat menyetirnya!" perintah Arseno.
"Baik Tuan," jawab Sekretaris Niko.
'Nona Jingga, anda adalah wanita yang baik dan hebat. Tuan Arseno bukan orang yang mudah khawatir dengan seorang wanita. Tapi malam ini saya melihat perubahan yang sangat drastis dari Tuan Arseno. Semoga anda baik-baik saya, Nona. Ya, anda harus baik-baik saja karena saat ini suami anda sedang mencari keberadaan anda,' batin Sekretaris Niko.
Bersambung...