Chereads / (Not) A Perfect Marriage / Chapter 27 - Pencarian Jingga

Chapter 27 - Pencarian Jingga

Dret! Dret!

Sebuah pesan berhasil masuk di ponsel Arseno, Arseno dengan segera membuka pesan tersebut. Ya, itu adalah pesan dari Yuriza yang mengirimkan nomor butik Jingga.

Dengan segera Arseno menelpon nomor tersebut namun sama sekali tidak ada jawaban. Arseno tidak pantang menyerah, dirinya masih mencoba menghubungi nomor ponsel milik butiknya.

"Sial, kenapa susah sekali dihubungi? Jingga apa yang terjadi kepada kamu?" Frustasi Arseno.

"Baru satu hari kita menikah dan kamu sudah bikin aku pusing, Jingga," ucap Arseno.

Dret! Dret!

Ponsel Arseno kembali berbunyi, kali ini panggilan telpon yang dilakukan oleh Sekretaris Niko. Arseno dengan segera memencet tombol hijau.

"Bagaimana?" tanya Arseno langsung.

"Maaf Tuan, saya tidak bisa menemukan Nona Jingga, lagipula ini hujan dan susah untuk bertanya pada orang-orang," jelas Sekretaris Niko.

"Sekretaris Niko, saya membayar kamu berkali-kali lipat dari harga Sekretaris pribadi orang pada umumnya. Mencari Jingga yang hanya wanita biasa kenapa kamu sangat kesulitan?" cerca Arseno.

"Maaf Tuan, tapi Nona Jingga bukan orang yang terkenal, sangat sulit mencarinya," jelas Sekretaris Niko.

Arseno terdiam mendengar ucapan Sekretaris Niko yang memang ada benarnya. Jingga hanya orang biasa, yang mengenalnya hanya orang panti dan juga pengunjung butiknya yang tidak banyak. Jadi bagaimana bisa Sekretaris Niko mencarinya dalam kurun waktu sejam?

"Saya tidak mau tau, kamu harus mencari Jingga sampai ketemu, jangan pernah hubungi saya jika kamu tidak menemukannya!" Arseno langsung mematikan panggilan telpon dengan sangat kesal.

"Bagaimana ini? Jingga, baru menikah sehari tapi kenapa kamu selalu membuat saya pusing?" kesal Arseno.

Arseno pun kembali memanggil nomor ponsel butik milik Jingga. Selama 20 kali Arseno menelpon, berharap jika ada yang mengangkat telponnya.

Tak lama, suara wanita terdengar jelas oleh Arseno di sebrang telepon.

"Halo, dengan butik Ga Adis, ada yang bisa kami bantu?" ujar seorang wanita yang terdengar sangat lembut.

Arseno mengerenyitkan dahinya seolah sedang memikirkan suara wanita yang menjawab telponnya.

'Apa ini suara Jingga? Aku memang baru menikah dengannya, berbicara dengannya pun jarang, tapi aku jelas bisa menghafal suara orang, dam yang menjawab telponku bukanlah suara Jingga,' batin Arseno.

"Halo, ada yang bisa kami bantu?" ujar seseorang wanita lagi.

"Siapa kamu?" tanya Arseno.

Wanita tersebut terkejut mendengar pertanyaan Arseno yang menanyakan siapa dirinya.

"Maaf, ini dengan siapa?" tanya balik wanita tersebut.

"Saya Arseno, suaminya Jingga. Dimana Jingga?" tanya Arseno.

"Oh Tuan Arseno, maaf saya tidak tahu Tuan," jawab wanita tersebut.

"Kamu siapa? Dan dimana Jingga?" tanya Arseno.

"Saya Adisty, Tuan. Maaf tapi saya tidak tau Jingga ada dimana, namun tadi Jingga masih di butik, Jingga adalah orang terakhir yang pulang. Maaf kalau boleh tau, Jingga kenapa?" jelas Adisty.

'Apa Jingga masih di butik? Kenapa dia pulang malam? Apa dia tidak bisa pulang? Ya Tuhan,' batin Arseno.

"Jingga belum pulang dari sore tadi? Baiklah Adisty, terima kasih atas informasinya, tolong kamu tanyakan juga dengan yang lain tentang keberadaan Jingga, dan segera beri info kepada saya," pinta Arseno.

"Ya Tuhan benarkah? Iya Tuan, saya akan mencoba mencarinya juga dari sini," ucap Adisty yang terdengar panik.

"Ya, terima kasih." Arseno langsung mematikan panggilan ponselnya.

"Jingga masih di butik, ada apa dengannya?" Arseno kini bergegas mengambil kunci mobil.

Kali ini dirinya yang harus langsung mencari Jingga. Percuma hanya mengandalkan Sekretaris Niko, Arseno tidak akan bisa tenang di apartemen.

Dengan gerak cepat Arseno membuka pintu apartemen, namun sialnya sepasang suami istri berdiri tepat di depan pintu apartemen Arseno saat Arsneo membuka pintu tersebut.

Arseno membulatkan matanya seolah tak percaya melihat kedua orang tuanya berdiri tegak di depannya.

'Mama, Papa, kenapa bisa disini? Ya Tuhan bagaimana jika Mama dan Papa tau semuanya?' batin Arseno yang terlihat panik.

"Arseno sayang," Nyonya Diva langsung memeluk Arseno dengan sangat manis.

"Mama... Papa..." ucap Arseno gugup.

"Mama dan Papa sedang ke rumah teman Mama disekitaran sini. Kebetulan hari sangat hujan, jadi kami memutuskan untuk menginap disini," jelas Tuan David.

"Oh, masuk Pa, Ma," Kegugupan terlihat jelas oleh Nyonya Diva.

"Ada apa Arseno? Jingga mana? Kau tidak berperilaku kasar kan dengan dia?" tanya Nyonya Diva yang mulai curiga.

"Oh, tidak Ma," gugup Arseno.

"Arseno, mana Jingga?" Dan kamu mau kemana? Kamu mau ninggalin Jingga? tanya Nyonya Diva.

"Tidak Ma, Arseno hanya mau ke ..." ucapan Arseno terhenti seolah dirinya tidak bisa menjelaskan kepada Nyonya Diva.

Namun perasaan Nyonya Diva sebagai Mama tentunya merasakan ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh anaknya.

"Jawab!" tegas Nyonya Diva.

Arseno menghela nafas dengan perlahan.

"Mama, Arseno bukan meninggalkan Jingga tapi Arseno mau jemput Jingga," ujar Arseno.

"Jemput Jingga, kemana?" tanya Nyonya Diva.

Arseno terdiam, dirinya jelas tidak tau Jingga ada dimana. Jingga belum tentu ada di butik, Arseno tidak bisa mengatakan jika Jingga ada di butik semalam ini.

"Jemput kemana, Arseno?" tanya Nyonya Diva sekali lagi.

"Tidak tau, Ma," jawab Arseno.

"Apa maksud kamu?" tanya Nyonya Diva.

"Jingga dari tadi belum pulang, Ma," jelas Arseno.

"Apa? Belum pulang? Apa Jingga kabur? Kenapa? Apa kamu menyakitinya?" tanya Nyonya Diva dengan nada penuh amarah.

"Mama tenang, Arseno tidak melakukan apapun kepada Jingga, bahkan hubungan kami baik-baik saja, Arseno juga bingung kenapa Jingga belum pulang," jelas Arseno tenang.

"Apa kamu sudah hubungi dia?" tanya Nyonya Diva.

"Arseno tidak punya nomornya," ujar Arseno.

"Apa? Satu hari menikah dan tinggal bersama apa kamu tidak meminta nomornya? Arseno, Mama tegaskan jangan sampai kamu menyesal dengan apa yang kamu lakukan ini. Jingga adalah pilihan terbaik yang Mama hadirkan untuk kamu," ucap Nyonyan Diva.

'Menyesal? Bukankah Mama meminta Arseno hanya menikah satu tahun? Bahkan Arseno juga belum pernah memikirkan untuk mencintai Jingga, bagaimana Arseno bisa menyesal?' batin Arseno.

"Ma, lebih baik Mama telepon nomor Jingga, barangkali Jingga angkat nomor Mama," saran Tuan David.

Malam ini hanya Tuan David yang sangat tenang. Sementara Nyonya Diva dan Arseno dalam keadaan panik.

"Iya, Pa," jawab Nyonya Diva yang langsung mengambil ponselnya.

Namun sayangnya nomor Jingga sama sekali tidak aktif.

"Pa, nomornya tidak aktif," ucap Nyonya Diva.

"Ma, tadi Arseno menghubungi nomor butik Jingga dan Adisty yang jawab, katanya Jingga masih di butik saat Adisty pulang," jelas Arseno.

"Benarkah? Apa Jingga tidak ingin pulang ke apartemen? Dan memilih tidur di butik?" pikir Nyonya Diva.

Arseno terdiam, dirinya teringat jika malam kemarin dirinya menakut-nakuti Jingga, bahkan mereka berdua tidur satu ranjang karena ketakutan Jingga.

'Apa Jingga marah karena aku tidur di kamarnya? Tapi aku tidak menyentuhnya sama sekali,' batin Arseno.

"Arseno, jika memang Jingga tidak mau pulang ke apartemen, Mama yakin sekali jika kamu tidak membuat dia nyaman berada di apartemen ini," ujar Nyonya Diva.

Bersambung...