'Apa gadis bodoh ini, gila?' batin Jacob.
Belum Jacob melancarkan aksinya lagi, tiba-tiba saja gadis itu berlalu dari tempatnya semula.
Meninggalkannya begitu saja.
Tidak ada kata-kata permintaan maaf atau ucapan lainnya. Semakin membuat Jacob dongkol.
Jacob mendahuluinya. Langkahnya yang lebar tentu saja memberinya keuntungan bisa berjalan lebih cepat.
Menghadang gadis itu dengan ke dua belah tangannya. Mencengkram bagian atas lengan gadis itu, dengan membungkuk, agar Jacob yang postur tubuhnya lebih tinggi daripada gadis itu, bisa sejajar.
Sesuatu yang aneh terjadi.
Gadis itu sedikit mendongak. Wajah yang polos. Jacob tidak percaya dengan penglihatannya.
Luka itu.
Luka di pipinya, membuat Jacob dengan kasar menarik lengan bagian bawah gadis itu, memutarnya sedikit, ingin melihat luka yang tadi disebabkan oleh duri mawar.
Setelah yakin dengan yang Jacob lihat dari luka itu, ia pun melepaskan tangannya dari gadis itu. Luka yang telah hilang. Seolah tubuh gadis itu tidak pernah terluka.
Lukanya sembuh dengan cepat!
Kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh manusia biasa.
Tiba-tiba Jacob teringat akan mimpinya. Dan pesan wanita cantik berambut putih keperakan. Untuk menemukan wanita yang harus ditolongnya.
Wanita yang menurut keterangan yang Jacob ingat adalah dari kaumnya, artinya manusia seperti dirinya.
Gadis di hadapannya ini terlihat seperti manusia biasa. Secara kasat mata. Namun, kemampuannya menyembuhkan luka dengan cepat, merupakan hal yang mustahil, jika dimiliki oleh manusia biasa.
"Siapa kamu?" Jacob bukan tipe manusia yang suka berbasa-basi.
Bertanya langsung lebih efisien, ketimbang berbicara panjang lebar dan berbelit-belit.
Gadis itu masih diam. Meski dari raut wajahnya, Jacob menebak, ia telah mendapat perhatiannya. Gadis itu tampak memperhatikannya.
"Aku Jacob." Ia memperkenalkan diri sambil memberi isyarat dengan gerakan tangan ke arah dadanya.
Kemudian bertanya, dengan meraih tangan gadis itu dan mengarahkanya ke dada sang gadis tanpa menyentuhnya. "Dan, kamu siapa?"
Gadis itu mengangkat kedua alisnya, seolah memahami apa yang Jacob ucapkan. Kemudian tangannya menyentuh dada Jacob seraya berkata, "Jacob." Jacob mengangguk.
"Dan kamu?" Jacob kembali bertanya.
Gadis itu menggeleng pelan. Membuat Jacob lemas. Dirinya hampir dibuat gila sedari tadi.
"Apa kau bisu? Tuli? Gila?" Setelah melontarkan pertanyaan itu, Jacob memutuskan meninggalkan gadis itu.
Dan melanjutkan pencariannya, menemukan wanita misterius yang entah berada di mana.
Jacob harus menemukannya sebelum matahari terbenam. Jika tidak, ibunya akan kecewa.
Jacob sebetulnya sedang bertaruh, sejak semalam ia memutuskan untuk mencari wanita misterius.
Jika wanita itu sesuai seleranya, ia akan membawa wanita itu ke rumahnya, mengenalkannya pada Jen, sebagai calon menantunya.
Seandainya bukan termasuk seleranya, Jacob akan tetap membawanya pulang ke rumah, dan mengenalkannya kepada Jen, sebagai adik angkat. Yang akan menemani ibunya.
Sialnya, Jacob telah membuang waktu dengan gadis bodoh pencuri bunga, yang bahkan enggan menjawab satu pun pertanyaannya. Dengan kemampuan menyembuhkan luka dengan cepat.
Jacob kembali menunggangi kudanya, dan memacu Black Beauty meninggalkan padang bunga, dengan gerakan perlahan. Tidak memacunya untuk berlari.
Tanpa Jacob sadari, gadis itu diam-diam mengikutinya dari belakang.
Jacob masih setia di atas pelana kudanya dengan langkah perlahan tunggangannya, hampir selama dua jam.
Mengelilingi lahan perkebunannya yang lain hingga kembali ke padang rumput, tempat yang biasa dipakai para pekerjanya, menggembalakan ternak-ternak miliknya. Yang telah sepi. Ketika tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh di belakangnya. Spontan Jacob menoleh, untuk melihat sumber suara itu.
Betapa kagetnya Jacob, mendapati gadis aneh, yang tanpa rasa bersalah memetik beberapa bunga di kebun miliknya itu, tersungkur di atas rerumputan nan hijau. Bertaburan bunga-bunga putih dan kuning. Yang terlepas dari tangan gadis itu.
Jacob turun dari kudanya, dan memeriksa keadaan gadis itu. Bibirnya terlihat kering. Peluh membasahi keningnya. Rona merah tampak di wajahnya, seperti orang yang kepanasan.
Jacob tanpa sengaja menyentuh kulit gadis itu yang tidak tertutupi pakaiannya. Suhunya panas!
Hipertemiakah? Pikir Jacob. Karena matahari mulai beranjak naik, panasnya mulai terasa terik meski masih di musim semi.
Hipertermia digambarkan dengan kondisi suhu tubuh yang meningkat dari suhu normal. Hipertermia bisa membuat suhu tubuh melonjak sampai 40 derajat Celsius.
Tanpa termometer, Jacob tidak bisa memastikan berapa suhu tubuh gadis yang terkulai lemah di tanah miliknya.
Sebelum ini, gadis itu terlihat baik-baik saja. Sejak kapan, dia mengikuti Jacob dengan kudanya?
Mengapa ia tidak menyadarinya sebelumnya? Apakah gadis ini kelelahan? Hingga tubuhnya menjadi terasa panas? Berbagai pikiran berkelebat di kepalanya.
Paparan suhu tinggi dan kegiatan fisik yang berat serta tingkat kelembapan merupakan salah satu penyebab hipertermia.
Kondisi ini dalam dunia medis dikenal dengan heat exhaustion. Seseorang yang mengalami kondisi tersebut akan mengalami peningkatan denyut nadi yang cepat dan keringat berlebih.
Jacob memperhatikan pakaian gadis itu, bahannya tidak terlalu tebal ataupun tipis. Sepertinya berbahan sifon atau sejenisnya.
Dress sepanjang lutut dengan warna kuning pucat. Lengan baju, tiga per empat panjangnya.
Tidak ada yang salah dengan pakaiannya.
Lingkungan dengan suhu yang panas dan dibarengi dengan pakaian yang terlalu tebal, bisa menyebabkan hipertermia. Tubuh akan menyerap panas dari lingkungan dengan cara meningkatkan aliran darah menuju ke permukaan kulit.
Namun, ketika kondisi udara lembap atau menggunakan pakaian terlalu tebal atau berada di tempat panas dalam waktu lama, maka tubuh tak mampu mengimbangi paparan suhu dari luar.
Kondisi inikah yang menyebabkan hipertermia? Pikir Jacob. Akan tetapi, pakaian gadis ini tidaklah tebal. Jacob meragukan asumsinya sendiri.
Tanpa pikir panjang, Jacob mengangkat tubuh gadis itu, membiarkan bunga-bunga pada tubuhnya berserakan jatuh ke tanah, dan dengan mudahnya ia menaiki pelana kudanya.
Membonceng gadis yang entah siapa namanya, di depannya, menjaganya agar tidak terjatuh dari kudanya. Jacob memacu kudanya agar berlari sekencang mungkin. Dan membawanya pulang ke rumahnya.
Tiba di pintu gerbang rumah besarnya, salah satu pelayan di rumahnya terlihat terkejut.
Bagaimana tidak, ini kali pertama tuan mudanya pulang membawa seorang gadis. Dan yang membuat pelayan itu makin tidak bisa menahan ekspresi terkejutnya. Gadis yang dibawa tuan mudanya dalam keadaan tidak sadar.
Jacob berdeham sekali dengan keras, sehingga membuyarkan lamunan pelayannya. Dengan sigap, pelayan wanita itu memanggil pelayan lelaki untuk membantu tuannya, menurunkan gadis yang dibawanya.
Saat pelayan lelaki memegang tali kekang si kuda hitam, Jacob memerintahkan pelayan wanitanya menghubungi dokter pribadi mereka, untuk segera datang ke rumahnya.
Jacob, menggendong sendiri gadis itu ke kamar tamu yang telah dipersiapkan oleh pelayannya yang lain. Kemudian meninggalkannya sejenak, hingga dokter datang untuk memeriksa keadaan gadis itu.
Memerintahkan pelayan yang biasa mengurus dapur, agar menyiapkan makanan dan minuman.
Jacob menaruh topi cowboynya di meja. Menanti selama lima belas menit, dengan duduk termenung di sofa, di ruang santai, tempat Jen biasa menanti Jacob pulang ke rumahnya. Di sore hari.
Namun, tengah hari, Jacob sudah di rumahnya dengan niat membawakan kejutan untuk ibunya.
Akan tetapi ke mana Jen? Pikir Jacob. Sejak ia tiba membawa gadis itu, Jacob belum melihatnya.
"Maaf, Tuan. Dokter Xana sudah datang," ucap pelayan wanita yang tadi ia perintahkan untuk menghubungi dokter.
"Minta dokter Xana untuk langsung ke kamar tamu." Jacob kemudian beranjak dan berjalan menuju kamar tamu.
Luna, nama pelayan itu kemudian berlalu.
Jacob tengah berdiri di depan pintu kamar tamu yang sengaja dibiarkan terbuka. Mengamati dokter Xana yang sedang memeriksa kondisi sang gadis, yang masih belum sadarkan diri.
Dokter Xana menggantungkan stetoskopnya di leher, dan mulai melakukan diagnosa.
"Heat stress," diagnosa sang dokter.
"Di mana kau menemukan perempuan ini? Apa yang terjadi?" selidik dokter Xana, yang usianya hampir seumur Jen, lebih muda beberapa tahun.
"Di ladangku. Dan aku tidak tahu apa yang terjadi. Dia ada di sana—di ladang, begitu saja," ucap Jacob tidak sepenuhnya berbohong.
"Apa dia akan sadar?" lanjutnya. Dokter Xana mengangguk.
"Seseorang yang mengalami heat stress akan mengalami pusing, haus, badan terasa lemas, sakit kepala, dan mual."
"Dalam kasus gadis ini, tubuhnya merespon akan tanda bahaya, sehingga menjadikannya tidak sadarkan diri," terang dokter Xana.
"Cuaca panas atau terik matahari yang ekstrem juga bisa menyebabkan hipertermia."
"Kondisi ini bisa membuat suhu tubuh seseorang mencapai 40 derajat Celsius. Cuaca panas yang ekstrem ini bisa menyebabkan heat stroke, jenis hipertermia lainnya."
"Heat stroke terjadi pada saat tubuh tak mampu lagi untuk mendinginkan diri."
"Pekerja konstruksi, petani, dan orang lain yang menghabiskan waktu berjam-jam di tempat panas berisiko mengalami hipertermia."
"Terlalu lama berada di tempat panas bisa menyebablan ketidaknyaman fisik dan stres. Hipertermia jenis ini dikenal dengan heat fatigue."
"Pengidapnya akan sulit berkonsentrasi, merasa kelelahan, haus, kepanasan, hingga hilangnya koordinasi gerak tubuh."
Jacob tertegun mendengar penjelasan dokter Xana yang sangat panjang. Sedikit merasa bersalah ....