Happy reading
*****
"Aku tidak ingin berkonfrontasi denganmu untuk sekarang. Justru aku ingin menjengukmu. Apa penyakitmu membuat matamu buta hingga tak meliaht sekaranjang buah-buahan yang kubawa ini?" Aldrich mengangkat ke udara benda yang ada di tangannya. Pria itu kemudian menaruhnya di atas nakas.
"Aku tak menyangka kau bisa memperhatikan kakekmu seperti ini."
"Aku tak ingin melewatkan momen langka seperti ini. Siapa tahu di hadapanku, kau mengembuskan napas terakhirmu."
Untuk yang kesekian kalinya, Aldrich selalu berkata pedas pada Albert. Untuk sekarang hanya itu yang bisa Aldrich lakukan.
"Aku kira kau telah berubah pikiran." Albert berusaha bersikap biasa meski dalam hatinya sudah ingin mencabik cabik cucunya tersebut.
"Tentu saja tidak Pak Tua." Aldrich melihat arloji di tangannya. "Baiklah, aku harus pergi. Semoga harimu menyenangkan."