Hari menjelang malam dan Aretha duduk di sofa dengan perasaan gelisah yang begitu membuncah. Puluhan kali ia menelepon Denaya. Namun, ponsel wanita itu selalu tidak aktif.
Aretha mengacak rambutnya kesal. "Di mana kau bibi? Apa terjadi sesuatu padamu?" Ia menyandarkan tubuhnya dan sejenak memejamkan mata.
Ting tong
Suara bel panti berbunyi. Ia langsung membuka matanya. Mengarahkan pandangan pada pintu tersebut. Ia membatin, "Apa itu Bibi Denaya? ... tapi kalau iya, mengapa bibi membunyikan bel? Seharusnya langsung masuk saja."
Beberapa kali bel berbunyi. Aretha merasa semakin kalau yang membunyikannya bukan lah Denaya. Ia segera membuka pintu. Terlihat seorang perempuan paruh baya dengan rambut pendek.
"Ada apa Bibi?" tanyanya pada perempuan tadi yang ternyata tetangga mereka.
Raut perempuan itu terlihat takut dan sedih. "Begini, Nak. Bibimu maksudku Bibi Danayamu dia ... dia, mengalami kecelakaan."