Hari ini, restoran tempatnya bekerja lebih ramai dari sebelum-sebelumnya dan Aretha bersyukur akan hal itu. Dengan begini, kecil kemungkinan akan adanya pemberhentian karyawan.
"Aretha," panggil Alice dari arah samping.
"Ada apa?" tanyanya. Ia melihat gelagat temannya ini yang seakan menahan sesuatu.
"Antarkan kopi ini ke meja nomor dua belas." Keringat dingin mulai membanjiri kening Alice. "Perutku terasa mulas sejak tadi pagi, tapi sekarang semakin menjadi-jadi. Tolong kau antarkan ya." Tanpa menunggu persetujuan Aretha, perempuan itu melengos pergi begitu saja.
Aretha mengelengkan kepala melihat Alice yang terburu-buru, sehingga menabrak pelayan lainnya. "Dasar Alice."
Pandangannya jatuh pada kopi hitam pekat di nampan tersebut. Teringat akan pria yang bernama Aldrich. Waktu itu, Aldrich memesan kopi yang sama dengan aroma dan warna hitam pekat yang sama pula---menurut Aretha. "Kenapa aku memikirkannya sampai sedetail ini!"