"Aku harus menjawab apa?" batinnya. "Pikir Aretha. Ayo berpikir," lanjutnya dalam hati.
"Aku, aku emm ... baru pulang dari rumah Caroline," jawab Aretha asal. Ia berharap Denaya percaya padanya meskipun hal itu terasa mustahil.
Denaya mengerutkan kening. Jujur saja, ia tidak begitu suka Aretha berteman dengan perempuan itu. Ia tahu kalau Caroline bekerja di sebuah club. Bagi Denaya, perempuan baik-baik tidak akan memilih club sebagai tempat kerja. Meskipun hanya sebagai pelayan, tidak lebih.
"Tidak biasanya kau melakukannya? Dan kenapa dengan wajahmu," Denaya menyentuh pipi Aretha dan mengusap air mata yang masih tersisa di sana," kau menangis. Ada apa? Apa perempuan itu mengatakan sesuatu atau melakukan hal yang melukai hatimu?"
Aretha segera menggeleng. Ia tahu Denaya tidak begitu menyukai Caroline. Jika ia tahu kalau Aretha bekerja di club, entah bagaimana kecewanya Denaya padanya.