•note: kamu kapan move on-nya? Tunggu ayam jantan bertelur kah?
Dua insan berdiri saling berhadapan, tatapan mereka sangat lekat memandang satu sama lain. Semilir angin menerpa rambut seorang gadis yang panjang terurai hingga terbang sedikit ke belakang.
"Mau apa lagi, An? Kita udah selesai dan nggak seharusnya kita ketemu kayak gini, kamu enggak mikirin perasaan Caca, gimana kalau lihat kita? Dia pasti mikir yang enggak-nggak," ujar Nabila, gadis cantik itu menatap seorang laki-laki tampan dan tinggi itu jengah.
"Kenapa lo selalu menghindar sih?!" decak Anka tak suka.
"Ya memang harus, antara aku sama kamu itu udah nggak ada, apa-apa lagi, An," tutur Nabila lembut, gadis itu memang di kenal dan banyak di sukai karena kelembutan dan hatinya yang selalu baik pada orang lain.
Anka membuang wajahnya ke arah lain, dia menghela nafas berat kemudian kembali menatap Nabila, mantan kekasihnya.
"Gue nggak pernah anggap kita selesai," ucapnya, egois.
Nabila terdiam, jujur gadis itu lelah dengan sikap dan sifat Anka yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Dulu mungkin iya, jika dirinya sangat-sangat menyesal telah melepaskan, Anka. Tapi sekarang ia sadar, jika laki-laki di depannya ini memang tidak di takdir kan untuknya.
"An, harus gimana lagi aku jelasin sama kamu, kalau kita nggak bakal mungkin bersama, sih,"
"Kita bisa Bila! Bisa! Kita hanya butuh berjuang buat hubungan kita,"
Nabila menggeleng, ini tidak benar, hubungannya dengan Anka, selalu terhalang segala hal termasuk, materi, dan kepercayaan.
Jika di paksakan pun pasti nggak bakal bisa bersama, yang seharusnya ia dan Anka lakukan adalah melupakan satu sama lain. Anka lebih tepatnya.
"Udah lah, An, aku udah nyerah mau gimana lagi jelasin ini sama kamu," Nabila hendak pergi namun, dengan cepat di tahan oleh Anka.
"Apalagi sih, An?"
"Gue masih cinta sama Lo, Bil, please... Mari mulai lagi," lirih laki-laki itu memandang Nabila dengan tatapan penuh harap.
Nabila tersenyum kecil seraya menggeleng, dia melepaskan tangan Anka yang menggenggam tangannya.
"Kita nggak bakal bisa dan nggak akan pernah memulai apapun lagi, An, kita sudah selesai," ujarnya.
Anka mendongak keatas dengan meremas rambutnya frustasi, yang dia pikirkan adalah bagaimana, agar Nabila paham dan mau lagi kembali bersamanya.
"Yang perlu kamu lakuin sekarang adalah, buka hati kamu untuk Caca, dia tulus banget sama kamu, An, jangan sia-siakan dia sebelum dia lelah dan capek buat kamu yakin kalau dia emang sesayang dan secinta itu sama kamu," ucapnya untuk terakhir kalinya, kemudian pergi dari rooftop tersebut meninggalkan Anka yang hanya bisa diam di tempat menatap kepergian Nabila yang hilang setelah menutup pintu rooftop tersebut.
"ARGHH!!!!" teriaknya sekeras dan sekencang mungkin. Harapannya selama dua tahun selalu gagal. Keinginannya untuk kembali dengan Nabila selalu tak pernah berhasil. Gadis itu, dia selalu menolak dengan alasan 'kita beda.'
"BANGSAT!!!!"
Sementara, beberapa dengan seorang gadis yang rambutnya di kuncir dua, dia dengan pedenya berjalan sambil melambai-lambaikan tangannya bak model papan atas.
"Aku tahu aku cantik, jadi jangan gitu banget deh lihatnya," ucapnya pede dengan si selingi tawa kecil yang terdengar genit.
Siswa-siswi SMA Rajawali, yang melewati koridor tersebut saat melihat penampilan Caca yang 'Wow' itu kaget, dan menahan tawa agar tidak membuat gadis itu sakit hati.
Caca terus berjalan dengan sombong, gadis itu dengan percaya dirinya memasuki kelasnya dan sontak membuat teman-teman sekelasnya tertawa ngakak.
"Kalian kenapa?" tanyanya ketika masih berdiri di depan.
Caca melihat teman sekelasnya satu persatu dengan tatapan bingung.
Wendy yang duduk di kursinya setelah melihat penampilan, Caca menepuk kepalanya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan gadis itu.
Karena tidak tahu apa yang mereka tertawakan, Caca berjalan dengan langkah pelan ke mejanya dan duduk di sebelah Wendy.
"Wen, mereka ketawa kenapa ya?" tanyanya polos.
Wendy yang memijit pelipisnya dramatis melirik Caca dengan tatapan malas.
"Siapa yang dandan Lo gini Ca?" tanyanya menahan tangis, saking sedihnya.
"AKU SENDIRI DONG!" serunya dengan bangga seraya menepuk dadanya.
"Lo tahu nggak Lo kayak apa?" tanya Wendy, miris.
"Barbie kan? Ah iya lah! Caca kan cantik, jadi mau dandan atau enggak pun pasti tetap cantik!" jawabnya dengan penuh percaya diri tanpa jaim-jaim.
Wendy menghela nafas kemudian menoleh pada teman-temannya yang masih cekikikan mentertawakan dandanan Caca yang seperti, ANAK TEKA!
Rambut kuncir dua, mana ada rumbai-rumbai lagi tuh ikat rambutnya. Dasi dan kancing baju sampai terlihat memcekik leher gadis itu, serta apalagi ini? Botol air minum yang sering dibawa anak TK. Itu yang di kalungin ke leher.
Sungguh memalukan! Wendy sangat malu melihat penampilan Caca yang seperti ini.
"Bokap nyokap Lo nggak protes?"
Caca mengibas kunciran rambutnya ke belakang, sok cantik!
"Enggak dong, kan mereka nggak ada dirumah, kalau ada di rumah pasti mereka heboh lihat aku yang secantik ini,"
"Ca..." lirik Wendy, gadis itu tidak tahu harus berkomentar dan berbicara apalagi dengan sahabatnya ini.
"Huhu! Pasti nanti kalau aku samperin, Anka, dia langsung terpesona sama aku, kan secara aku cangtip banget!"
Cukup markonah! Cukup! Wendy sudah tidak tahan lagi.
"Lo tahu nggak Ca, Lo terlihat kayak apa? KAYA ANAK TEKA ANJIR!!!" seru Wendy di akhir kalimat di depan wajah Caca langsung.
Yang lain mendengar seruan dari Wendy tertawa lagi, mereka baru berani mengolok Caca.
"Anak TK huuuu!!!" seru mereka kompak.
Raut wajah Caca yang awalnya senang dan ceria, berubah jadi murung, gadis itu melepaskan tali botol air minumnya dan meletakkannya di atas meja.
"Ca," panggil Wendy sedikit menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Caca yang tertunduk malu.
"Lo, marah sama gue?" tanyanya jadi tidak enak hati, apalagi tadi ia lepas kendali dengan berkata jika gadis ini 'seperti anak tk' tadi.
Caca menggeleng, "aku baru sadar kalau aku emang kayak anak TK," ujarnya lirih lalu melirik botol minum yang bergambar Doraemon itu.
"Aku pikir kalau aku dandan dan berpenampilan rapi kalian pasti bakal seneng, tapi nyatanya? Ah udah lah!" ucapnya lalu bangkit berdiri dan pergi dari kelas itu seraya menarik dia ikat rambut yang menguncir dua rambutnya kasar kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Wendy jadi semakin tidak enak hati, dia menoleh pada teman-teman sekelasnya yang lain, yang juga langsung bungkam.
Caca berlari sepanjang koridor menuju taman belakang, gadis itu menangis tanpa memperdulikan anak-anak yang lain menoleh pada aneh.
Dan di belokan koridor, karena tidak hati-hati dan tidak melihat jalan dengan benar, Caca menabrak seseorang, untung seseorang itu kemlu pertahanan yang kuat hingga cuma dirinya yang terpelanting dan jatuh kebawah.
Orang yang dia tabrak itu berdecak kesal, "Lo lagi, Lo lagi! Kapan sih hilang dari pandangan gue!"
Caca mendongak, dengan air matanya yang mengalir banyak dia bangkit berdiri.
"Maaf," ucapnya pelan lalu pergi dari hadapan laki-laki tampan dan tinggi itu.
Anka menoleh kebelakang melihat punggung Caca yang berlari semakin menjauh.
Terbesit di dalam hatinya ada rasa 'iba', tapi dengan cepat dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nyusahin!"