Chereads / Anka: Love Is Not Over / Chapter 13 - When is it?

Chapter 13 - When is it?

•note: apa itu cinta? Bisa jelaskan padaku?

Caca duduk sendiri merenung di kursi taman belakang sekolah, gadis itu lagi dan lagi untuk persekian kalinya menghela nafas berat.

Bibirnya di monyongkan ke depan, "selalu gini, apa yang aku lakuin pasti salah," gumamnya pelan.

"Apa coba sih yang bener dari aku? Dapatin Anka dengan minta mama sama papa buat minta sama papa mamanya Anka buat jodohin aku, juga salah," decaknya pelan.

Setiap hal yang di lakukan, Caca selalu saja tidak ada yang pernah benar di mata orang-orang. Terutama di mata Anka, kekasihnya itu.

"Aku tahu aku nggak pinter, nggak begitu cantik, nggak bohay, nggak seksi, dan sebagainya. Masa iya mencintai seseorang nggak boleh sih? Iya aku tahu aku salah, salah dalam mengambil keputusan yang buat Anka makin benci sama aku, tapi KENAPA?! KENAPA SELALU AJA NGGAK PERNAH ANKA LIRIK AKU?!" teriaknya sudah frustasi.

Di taman itu tidak ada siapa-siapa, di sana. Hanya Caca seorang diri karena taman itu memang jarang di kunjungi oleh siswa-siswi. Sebab jaraknya cukup jauh dan mereka pikir 'ngapain juga sih ke sana?' seperti itu.

Lelah bermonolog sendiri seperti orang gila, Caca beranjak dari taman itu untuk kembali ke kelas karena sebentar lagi bel masuk.

Gadis itu berjalan lunglai melewati koridor yang sudah mulai sepi.

"Bukan tak percaya diri, tapi aku tahu diri..." gumamnya bersenandung pelan menyanyikan salah satu lagu dari Tulus.

Saat memasuki kelas, Wendy langsung memeluk Caca ketika selangkah menginjak kelas itu.

"Lo kemana aja, Ca? Gue cariin Lo dari tadi," tanyanya khawatir, tanpa mau melepaskan pelukannya.

Caca mendorong pelan bahu Wendy, mengisyaratkan supaya dilepaskan.

"Ca, maaf ya, gue nggak bermaksud_"

"Iya aku paham kok," Caca menepuk bahu Wendy lalu melewati gadis itu untuk duduk ke kursinya.

Wendy yang sedih karena sifat Caca yang sedikit berbeda dengannya tak mau menyerah membujuk gadis itu. Caca, sahabatnya tidak boleh marah!

"Ca, nanti gue traktir deh ke kantin dan duduknya boleh dekat-dekat meja Anka dan teman-temannya itu," tawar Wendy, bagaimanapun caranya, Caca harus luluh!

Mata gadis itu langsung berbinar terang, dia mengubah posisinya sedikit menghadap Wendy yang tengah menatapnya penuh semangat.

"Beneran, Wen?" tanyanya.

Wendy mengangguk cepat, "iya, apapun untuk Lo asal nggak marah lagi!"

Caca sangat senang, dia langsung memeluk Wendy erat.

"Kyaa... Makasih Wendy!! Kamu emang terbaik deh!"

Tuh kan, bujuk Caca tuh nggak susah, sebutin aja penawaran untuk meluluhkan dengan sangkut pautnya dengan Anka, pasti langsung baikan mood nya.

Jam istirahat, sesuai apa yang telah di katakan, Wendy, kedua gadis remaja berseragam SMA itu berlari melintasi lapangan yang begitu luas untuk pergi ke kantin yang ada di bagian belakang kelas dua belas.

Mereka terlihat antusias dengan tertawa kecil membuat kakak kelasnya, apalagi yang laki-laki merasa gemas untuk menculik mereka. Diculik nggak tuh?

"Janji ya Wen, traktir?"

Wendy mengangguk, dia menarik tangan Caca cepat masuk ke dalam kantin agar tidak kehabisan meja dan kursi di kantin ini yang sebenar lagi telat pasti bakal ramainya minta ampun.

Pas sekali, keduanya dapat meja yang dekat sekali dengan meja Anka dan dua curutnya itu.

"Mereka kemana ya, Wen? Kok nggak dateng-dateng?" tanya Caca mengedarkan pandangannya antusias.

"Tunggu aja, Lo mau pesan apa?" tanya Wendy.

"Apa aja, yang penting jangan bakso mercon," jawabnya tanpa membuat matanya berhenti untuk melihat-lihat luar kantin, siapa tau Anka dan dua curutnya itu datang.

Wendy mengangguk, dia pergi untuk memesan makanan yang akan mereka makan di kantin ini.

Kedua sudutnya tertarik ke atas, ketika melihat tiga laki-laki berpenampilan badboy masuk ke dalam kantin.

Caca ingin teriak ketika melihat Anka yang berjalan cool dengan tangannya yang di masukan ke saku celananya.

Ketiga laki-laki itu melewati meja Caca dan duduk ke meja yang paling ada di pojok kantin.

Galih dan Kelvin tersenyum pada Caca, sementara Anka tetap cuek seperti biasa.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Caca beranjak dari kursinya dan berpindah duduk di sebelah Galih, berhadapan dengan Anka.

Caca menopang dagunya.

"Hallo pacar!" sapanya.

Apakah Anka membalas? Oh tentu saja tidak!

"Kamu kok, lama banget sih ke kantinnya? Oh atau jangan-jangan kamu susah ngerjain soal kimia ya? Atau fisika? Atau MTK?" celoteh Caca panjang lebar lainnya, membuat Anka sedikit terganggu.

"Bisa diam nggak sih?!" bentaknya langsung membuat Caca terdiam, kicep.

"Maaf," cicitnya.

Anka mendengus lalu membuang pandangannya ke arah gadis yang sedang terlihat asik bercengkrama dengan seorang cowok di meja paling depan.

Caca mengikuti arah pandang Anka yang ternyata tertuju pada... Nabila.

Caca cemberut, semenarik itu kah Nabila? Sampai-sampai Anka susah sekali move on pada gadis itu.

Iya Caca akui, Nabila memang cantik dan banyak prestasinya. Tapi... Tidak bisa kah Anka meliriknya sedikit saja?

Galih yang menyadari ekspresi Caca yang berubah menyenggol bahu gadis di sampingnya itu sengaja.

"Jangan di pikirin," bisiknya.

"CA!" panggil Wendy yang sudah kembali dengan membawa dua mangkuk mie ayam di nampan yang dia bawa.

Mata Caca berbinar, gadis itu beranjak dari meja Anka untuk kembali ke mejanya dan Wendy.

"Wow! Enak bener nih pasti," Caca membasahi bibir menatap mie ayam di depannya dengan pandangan nikmat.

"Semudah itu ya, mood Caca berubah," kekeh Kelvin, laki-laki itu tertawa kecil karena melihat tingkah Caca yang begitu menggemaskan.

"Bocah!" sahut Anka.

Galih mendengus, "bocah, bocah gitu, pacar Lo kali,"

"Bukan!"

"Elah, malesin, mending gue ngedar diri buat cari cecan," ujar Galih menaikturunkan alisnya. Jiwa crocodile nya sudah mulai on.

"Ca, ngomong apa aja Lo sama Anka?" tanya Wendy seraya mengaduk mie ayamnya setelah di campur bumbu tambahan seperti, kecap dan cabe.

Caca menggeleng, "nggak ada, Anka nya malah noleh sama Nabila,"

Wendy mencari keberadaan Nabila dan ketika melihat gadis itu yang duduk di depan bersama Raja, ketua OSIS SMA Rajawali, dia tersenyum miring.

"Cowok Lo bego bener deh, Nabila nya udah move on masih di harapin," kekehnya.

"Itu lah, Wen, aku juga heran sama Anka, kurang apa sih aku? Iya aku tahu lebih unggul Nabila dari pada aku," dengusnya kesal.

"Dari pada Lo merendah diri gitu terus, mending Lo fokus buat mencintai diri sendiri dulu. Kalau Lo udah percaya diri, pasti sisi menarik dan nggak terduga dari Lo bakal muncul," jelas Wendy lalu memakan mie ayam itu dengan lahap.

Sementara Caca tak kunjung makan mie ayam tersebut, dia hanya mengaduk-aduknya pelan.

"Kapan ya, kapan Anka bisa sadarin kalau aku ada di sini untuk dia?"