Setelah itu, Rizuka pun bertanya pada anak perempuan itu, untuk apa ia menanyakan pisau? Tetapi Zeline tidak menjawabnya. Ia benar-benar frustasi dan merasa hidupnya tidak berguna semenjak ibunya tewas.
Wajah Zeline terlihat sangat down sekali, ia tidak akan pernah melupakan kejadian menyakitkan itu seumur hidupnya, bahkan kejadian itu terus terbayang-bayang dipikirannya. Sesekali ia berandai, jika saja saat itu ia berhasil menolong ibunya.
Wajahnya yang memasangkan ekspresi datar, tatapannya yang kosong dengan mata berkaca-kaca, rambutnya yang terlihat berantakan, tetapi wajahnya tetap memancarkan kecantikannya tersendiri.
Kemudian Abian meminta maaf padanya, Abian merasa bersalah sekali karena saat itu ia tidak bisa menyelamatkan ibunya.
"Maafkan aku," ucap Abian meminta maaf, lalu Abian menyentuh bahunya.
Tampak Zeline dengan sigap menurunkan tangan Abian yang ada dibahunya tersebut. Lalu mengatakan:
"Kakak tidak salah, justru aku berterima kasih pada kakak, karena kakak telah menolongku," ucapnya.
"Tapi?" belum sempat Abian melanjutkan perkataannya Zeline memotong perkataannya.
"Udah terjadi, nggak usah bahas itu lagi," ucap Zeline seraya menundukkan wajahnya.
Ia terlihat sangat syok, tapi ia harus melakukan apa lagi, terima atau tidak dia harus menerimanya.
"Kau sekarang sendirian, habis ini kau mau melakukan apa?" tanya Rizuka pada Zeline.
"Aku menetap disini," jawab Zeline dengan wajah datarnya.
"Kau tidak tinggal dirumahmu?" tanyanya lagi.
"Sekarang aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi, jadi aku menetap disini saja dengan yang anak yang lain," ucapnya.
"Aku berharap, kakek dan adikku selamat," ucap Rizuka yang sangat berharap.
"Aku berharap, aku bisa bersama mereka lagi,"
"Itu mustahil," ucap Zeline yang menurutnya itu sangat mustahil.
"Kenapa kau ngomong begitu?" tanya Rizuka yang merasa tersinggung.
"Kalau kakek dan adikmu selamat, sudah pasti mereka ada disini, dipengungsian anak-anak, disini.
Kau tidak menemukan adikmu kan?"
"Lihat dipengungsian sana, tempat dimana keluarganya masih utuh dan orang dewasa, kau tidak menemukan kakekmu kan?" tanya zeline sekali lagi, seraya menunjuk dengan jari telunjuk nya kearah tempat pengungsian disana, yang tidak terlalu jauh jaraknya.
Mendengar perkataan Zeline barusan, membuat Rizuka merasa sedikit kesal, sesekali ia berpikir bisa saja perkataan Zeline barusan itu benar, tapi Rizuka membantahnya, ia tidak terima itu.
Rizuka pun hendak membuka mulutnya lagi, tapi tidak jadi karena dihentikan Abian yang menyimak mereka dari tadi berbicara.
"Sudahlah, apa kalian sudah sarapan?"
tanya Abian tiba-tiba.
Bersambung ...
Jangan lupa komentar teman-teman ...
Ig: Bernitaanggreni10