Chereads / Prajurit / Chapter 5 - Bertugas mengumpulkan mayat

Chapter 5 - Bertugas mengumpulkan mayat

Kemudian, Rizuka dan Zeline mengatakan bahwa mereka belum sarapan, Abian pun menyuruh mereka mengikutinya.

Terlihat Rizuka dan Zeline membuntuti Abian dari belakang.

Demikianlah mereka sudah berada di kastil, terdapat banyak stok makanan disana.

Makanan untuk kebutuhan pokok yang sudah tersedia, Abian pun menyuruh mereka berdua mengambilnya untuk sarapan pagi hari ini.

***

Setelah sarapan, waktu sudah menunjukkan jam delapan pagi, biasanya jam delapan sudah waktunya pasukan militer pergi kedunia luar.

Tetapi tugas itu harus ditunda beberapa hari dulu, karena mereka saat ini ditugaskan raja untuk mengumpulkan mayat-mayat yang bergelimpangan disana.

"Kak Abian, bagaimana didunia luar itu?" tanya Rizuka.

Tampak mereka bertiga berjalan menuju ke kandang kuda yang berada disamping barak para pasukan militer elite.

"Indah namun kejam," ucap Abian dengan wajah datarnya.

Setelah itu Rizuka tidak berbicara lagi.

Tampak seorang pria berbadan besar dengan menunggang kuda datang menghampiri mereka.

Pria itu datang bermaksud menemui Abian, nama pria itu adalah Johan, usia 29 tahun, tinggi 170 cm.

Ia merupakan seorang prajurit pasukan militer Elite, karena pikirannya yang sangat cemerlang dan kuat, dia dipercayakan menjadi pemimpin pasukan ketiga. Diatas sakunya terdapat sebuah antribut berbentuk bintang berjumlah empat.

Itu merupakan suatu kehormatan. setelah menghampiri mereka, Johan menyuruh Abian untuk segera menaiki kuda lalu bergegas.

"Abian, ini perintah!! Cepat naik kuda, lalu bergegas!" Pintanya lalu berlalu meninggalkan mereka.

"Baik!"

***

Setelah itu, Abian menunggang kudanya hendak pergi bertugas, tapi sebelum itu, Abian menawarkan Rizuka dan Zeline apa mereka ingin ikut atau tidak.

Rizuka dengan senang hati menerima tawaran tersebut, karena seperti janji tadi malam, Abian akan membantu mencari kakek dan adiknya.

Zeline juga menerimanya, awalnya ia menolak, karena beralasan ia tidak mau kedaerahnya, melihat kenangan pahit disana, pada akhirnya ia memutuskan untuk ikut, karena bermaksud membantu mencari kakek dan adiknya Rizuka.

Walaupun ia sudah tahu sendiri, itu sangat mustahil, tapi ia juga berharap begitu, hanya sedikit.

"Baiklah, aku ikut," ucap Zeline dengan wajah datarnya.

"Rizuka, aku akan membantu mu, tapi aku beri saran padamu, jangan terlalu berharap," ucapnya sekali lagi.

Setelah Zeline mengatakan itu, wajah Rizuka tampak kesal.

"Jadi, kau menyuruhku anggap mereka sudah mati!?" nada bicara Rizuka terdengar agak kasar.

"Maksudku ... " Ucapan Zeline tiba-tiba dipotong Abian.

"Jangan buang-buang waktu! Jangan lupa pakai penutup hidung dan sarung tangan kalian!" pinta Dafi, suaranya terdengar tegas.

***

Singkat cerita, pada akhirnya ketempat tujuan pun sudah sampai, saat ini mereka berada didaerah bagian tengah, semua prajurit tampak turun dari kudanya.

Terdapat beberapa mayat bergelimpangan disana, bau busuk ada dimana-mana.

"Aku tidak bisa menerimanya ..."

"Keterlaluan ..."

"Ke-ke-jam," Suara Zeline terbata-bata, ia mengepal tangannya. Dengan sangat marah, penduduk dikotanya yang tidak terlalu sedikit yang mati. Tampak matanya berkaca-kaca.

_Bersambung_

By: Bernita_Anggreni