"Kamu masih punya hutang padaku, Dea," ucap Abi menatap tajam Dea yang lagi-lagi menghindar saat dia hendak menyentuhnya.
"Aku nggak lupa. Kamu bahkan sudah mengambil hakmu itu semalam."
"Nggak. Itu nggak masuk hitungan. Kamu mabuk. Aku ingin melakukannya saat kamu dalam keadaan sadar."
"Sekali bajingan tetap saja bajingan," umpat Dea merasa terjebak. Rasa rindu terhadap lelaki itu menguap begitu saja saat tahu Abi yang dia lihat saat ini bukanlah seperti Abi yang dulu membantunya mengerjakan skripsi.
Abi tertawa. "Bukannya kamu sudah tahu itu dari dulu? Aku pria yang bisa melakukan hal apa pun untuk mendapatkan apa yang aku ingin."
"Aku nggak peduli. Aku tak perlu berlama-lama lagi di sini." Dea yang saat ini sudah berhasil mengenakan gaun kembali beranjak dari kamar Abi.
"Satu minggu dari sekarang, kamu harus menemuiku di sini," ucap Abi sebelum langkah Dea sampai ke ujung pintu.
"Aku sudah membayar utangku. Aku nggak berharap bertemu denganmu lagi."