Kelopak mata Dea perlahan terbuka, saat merasakan sakit kepala yang luar biasa hebat. Salah satu hal yang tidak Dea sukai setelah mabuk. Dia butuh pereda nyeri sekarang. Dea menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Namun, begitu selimut itu tersingkap hawa dingin menusuk kulit tubuhnya. Saat itulah Dea sadar dirinya tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun. Di tengah sakit kepala yang mendera ingatannya saat mabuk semalam berputar.
"Sial," umpatnya begitu memori semalam terekam dengan jelas. Matanya memindai kamar yang dia tempat saat ini. Jelas ini bukan kamar di rumahnya. Jadi, yang dia temui semalam benar-benar lelaki itu. Abi Permana kembali setelah beberapa tahun berlalu.
Bunyi pintu yang dibuka dari luar terdengar. Dea buru-buru menarik selimutnya kembali untuk menutupi tubuhnya yang polos.
Wajah Abi muncul lengkap dengan senyumnya yang makin menawan di mata Dea. Di tangan lelaki itu ada sebuah nampan.