Dea keluar dari ruang dosen dengan wajah murung. Kakinya melangkah gontai, kepalanya menunduk lesu. Abi yang memang sedari tadi menunggunya tampak ikut cemas. Dia kontan menghampiri Dea.
"Nggak apa-apa. Nanti kita perbaiki sama-sama, oke?" ucap Abi hati-hati. Selama menjalani revisian setiap bab Abi memang selalu membantu Dea. Dan, lagi pula revisian Dea tidak terlalu banyak, tapi ya lumayan bikin begadang. Jadi, kalau sekarang pekerjaan Dea kena revisi lagi itu bukan hal yang besar bagi Abi.
Perlahan Dea mengangkat wajah. "Bi...." suaranya lirih memanggil. "Aku berhasil, Bi. Aku bakal sidang, Bi."
Abi mengerutkan kening dalam. Jika memang apa yang Dea katakan benar kenapa gadis itu murung dan bersedih. Namun, sejurus kemudian Dea memeluknya sambil berjingkrak. Hm, ternyata sedihnya hanya pura-pura saja.
Abi mengacak rambut Dea gemas. "Bikin cemas orang saja."
Dea meringis. "Aku kan mau ngeprank dikit."
"Selamat ya."
"Belum, orang sidang juga belum."