Dea mengerutkan bibir seraya mengangguk. "Sepertinya menarik. Tapi, lain kali saja. Gue ada urusan setelah ini."
"It's okay. Tapi, kalau aku mengajak kamu makan malam bisa, 'kan?" tanya Abi kelewat santai.
Dea sampai bingung menanggapi sikap lelaki itu. Kadang Dea merasa Abi seperti sedang mendekatinya untuk tujuan tertentu. Namun, di suatu waktu Dea tidak bisa menangkap gelagat aneh pada sikap lelaki itu. Mungkin itu yang membuat Dea masih terlihat santai dan merasa aman-aman saja jalan dengan asisten dosen itu.
Dea mencebikkan bibir seraya menggerak-gerakkan bola matanya. "Boleh, sih. Cuma nggak tau kapannya."
"Santai saja. Masih banyak waktu."
Obrolan mereka terjeda ketika pesanan datang. Keduanya lantas lebih memilih sibuk dengan piring masing-masing. Hanya obrolan ringan yang menyelingi kegiatan makan mereka sesekali.
Dea menolak saat Abi akan mengantarnya pulang lantaran Kenzo sudah menunggunya di luar mal.
"Kamu yakin nggak mau aku antar?" tanya Abi sekali lagi.
