Luna menghela napas ketika kembali mendapati Aarizh berada di kantornya. Bocah itu masih belum mau berhenti mengganggu sejak kejadian makan siang yang menyebalkan itu. Entah bocah itu dapat nomornya dari mana, tiba-tiba sering memborbardir Luna dengan pesan chat. Dan, demi ketenangan hidupnya Luna memblokir nomor lelaki itu.
Sekarang, lelaki itu malah nyengir seraya berdiri di ujung pintu lobi kantor. Luna pura-pura tidak melihat keberadaannya dengan menyibukkan diri di balik meja.
"Lun, saya naik ke atas dulu, Pak Satria memanggil."
Luna menoleh ke arah pintu ruangan direktur utama, Nicko tampak baru saja keluar dari sana.
"Oh iya, Pak."
"Mau ke mana? ke daddy kan, Kak?" tanya Aarizh yang tengah berjalan mendekat.
"Eh lo udah sampai? Iya udah, ayo kita ke sana bareng aja." Nicko menyambut adiknya itu. Dia lalu bersisian melangkah bersama Aarizh.