Maya mematung di depan unit apartemen Yudha. Harusnya dia bisa langsung masuk saja tanpa perlu menunggu apa lagi terbengong karena Yudha sudah memberi tahu password unitnya sejak lama. Namun, rasanya tetap aneh. Untuk bisa sok akrab dengan lelaki itu setelah semuanya Maya masih saja enggan. Entahlah. Tapi kalau boleh jujur, Maya lebih nyaman ketika lelaki itu menganggapnya sahabat. Bukan seperti sekarang.
Maya membuang napas sebelum tangannya terangkat dan menekan bel pintu alih-alih menekan angka-angka digit yang ada di bawah knop pintu itu.
Hanya butuh dua kali tekan, lembaran kayu di hadapannya terkuak. Yudha dengan kaos dan celana pendek sebatas lutut muncul. Keningnya berkerut. "Kamu kan bisa langsung masuk tanpa menekan bel, May. Aku udah kasih tahu password kuncinya kan?"