Lelaki itu menyeringai seraya melambaikan tangan ke arahnya.
Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? desah Luna meringis. Mengeluh di dalam hati. Siang ini dia harus kembali momong bocah, alias adiknya Nicko.
Aarizh berjalan mendekati meja Luna begitu teman-teman wanita itu berlalu. Dia menopang kedua tangan di pinggiran meja, seraya mencondongkan badan kepada wanita itu. "Halo, Mbak. Makin cantik aja," sapanya. Nyaris membuat Luna tersedak.
Kalau Luna sedang minum, sudah bisa dipastikan minuman itu akan menyembur ke muka lelaki itu.
"Ada apa Mas Aarizh ke sini? Pak Nicko sedang istirahat makan siang," tanya Luna berusaha bersikap profesional.
"No problem sih, gue ke sini buat ketemu sama Mbak. Mau ajak makan siang. Mau ya?" sahutnya percaya diri.
Apa-apaan ini? Luna jelas enggak mau dimodusin anak kecil semacam Aarizh. Dia tidak memiliki kriteria setinggi langit dalam urusan memilih pasangan, tapi dia juga tidak gila dengan memilih pasangan yang jauh di bawah umurnya.