"Permisi, Pak. Ada beberapa dokumen dari departemen finansial yang perlu Anda tandatangani," ucap Luna sesaat setelah Nicko mengakhiri panggilan teleponnya yang entah dari siapa. Bisa jadi Karla.
Oh My God. Sekarang Luna tidak bisa berpikiran bersih tentang bosnya. Dia menggeleng sesaat sebelum meletakkan dokumen tepat di meja Nicko. Lelaki itu segera mengambil sebuah pena yang tertancap di depannya.
"Oh ya, Pak. Anda juga ditunggu presdir di ruangannya."
Baru membuka halaman pertama, Luna memberitahukan hal yang membuat Nicko mendongak. "Dad?"
"Presdir kan memang cuma Pak Satria."
Memang siapa lagi? lanjut Luna dalam hati. Alis Luna berkerut. Kenapa Nicko bersikap seperti baru tahu siapa Presdir di kantornya?