Nicko memeluk Mariana dari belakang begitu membuka pintu apartemen. Bibirnya terus mengecupi pundak wanita itu dengan lembut memanjang hingga ke leher.
"Kamu wangi banget sih, Sayang."
"Jangan modus, Nick. Ayo, lepaskan tanganmu. Aku mau ganti baju."
"Enggak. Gini aja. Kamu cantik banget pake gaun ini. Pas dan cocok di badan kamu." Nicko kembali mendaratkan kecupan di tengkuk Mariana.
"Aku nggak mungkin tidur dengan gaun kayak gini, Nick."
Nicko melepas pelukannya. Namun, bukan berarti dia melepas Mariana begitu saja. Dengan masih memegang sebelah tangan wanita itu, dia memutar tubuh Mariana hingga wanita itu berbalik menghadapnya. Lantas dia sentak tangan Mariana hingga tubuhnya jatuh ke pelukannya lagi.
Mariana terpekik. "Nick!"
Nicko terkekeh. "Kenapa? Kaget ya?"
"Kebiasaan banget sih," gerutu Mariana memukul pelan dada Nicko.
"Kamu dengar apa kata daddy-ku kan? Kita nggak boleh lama-lama lagi menunda pernikahan. Aku sih setuju banget sama dia. Tinggal kamu."