"Jadi bukan lo yang...."
"Wait." Karla menelengkan kepala. "Jadi, lo pikir gue yang mau pergi?"
Nicko mengangguk lemah. Sementara Karla sebisa mungkin menahan tawa.
"Anak-anak bilang, lo yang terbang hari ini," ucapnya lemas.
Karla menuntun Nicko untuk duduk kembali. "Nggak, Nick. Ya masa gue mau pergi nggak ngabarin lo."
"Tapi pagi ini lo nggak masuk, chat gue nggak dibalas, dan telepon gue juga nggak lo angkat. Bahkan nomor lo nggak aktif kemudian," terang Nicko. "Dan, tiba-tiba gue denger lo sama Jodi lagi di bandara."
Karla yang masih mengulum senyum mendengarkan Nicko dengan seksama. Dia suka sekali melihat Nicko yang seperti ini. Entah kenapa dia bisa melihat kalau Nicko memang menganggapnya spesial.
"Sori, udah bikin lo cemas dan kalang kabut gini. Tapi, ponsel gue ilang—eh bukan, tepatnya gue lupa naro," terang Karla meringis.
"Ya Tuhan, Kar. Tapi seharusnya lo kabarin gue kalau lo nggak masuk," ujar Nicko gemas.
Karla nyengir. "Gue nggak kepikiran."
