Glenca tercengang. Mulutnya terbuka, matanya pun ikut melebar. Dia bukan tipe wanita yang suka dengan kejutan. Karena pasti jadinya akan seperti ini. Dia nyaris menyangka dirinya memiliki gangguan pendengaran kalau Rea di hadapannya tidak kembali menyentaknya.
Glenca tertawa canggung. "Bu Rea lagi bercanda kan?" tanya dia dengan wajah yang belum hilang dari rasa syok.
Rea di depannya menjatuhkan punggung ke sandaran kursi, menatap wanita di hadapannya lurus-lurus lalu menggeleng.
Glenca kembali tertegun dan melongo. "Tapi, kenapa harus saya?" tanya Glenca masih belum percaya apa yang dia dengar.
"Karena menurutku kamu cocok dan pantas. Kamu kompeten, dan menilik track record kamu, aku yakin kamu mampu," terang Rea membuat bahu Glenca meluruh.
"Tapi, Bu. Ada banyak kandidat yang lebih profesional di sini yang masa kerjanya lebih lama timbang saya."
Rea menggeleng. "Kerja lama di sini belum tentu mereka memiliki kemampuan seperti kamu. Ayolah, ini kesempatan bagus."