Pria tua itu mengangguk samar, lalu obrolan mereka pun berakhir. Bubur yang Nayfa buat juga sudah jadi, dia meninggalkan pak Yuli di dapur yang tengah menyeduh kopi.
Sesampainya di depan ruang kerja sang majikan, Nayfa kesusahan mengetuk pintu tersebut karena kedua tangan memegangi nampan.
"Pak Dani," panggilnya.
"Pak Dani," ulang Nayfa dengan nada suara yang lebih tinggi.
Cklek!
"Kenapa 'nggak masuk saja?" tegur Dani setelah mendapati Nayfa di depannya.
"Saya 'nggak bisa soalnya 'kan bawa nampan ini, Pak," jawab gadis itu seraya tersenyum tipis.
"Bawa masuk," suruh laki-laki bertubuh gagah itu.
Nayfa pun melangkah masuk dan menaruh semangkok bubur serta segelas air mineral di meja. Sementara Dani mengekor, lalu duduk di sofa, menatap bubur yang masih mengepulkan asap itu.
"Silahkan makan, Pak," ucap Nayfa sembari berdiri tegak.
"Makasih, kamu boleh ke luar," kata lelaki itu.