Chereads / Love Is Universal / Chapter 2 - LIU | 01

Chapter 2 - LIU | 01

Pernah kah kau berharap akan terlahir di keluarga yang seperti apa? Aku yakin kalian pernah mengharapkan hal itu setelah kalian melihat bagaimana bahagianya suatu keluarga dengan harta yang melimpah.

Namun, sadarkah kalian bahwa tidak semua keluarga yang hidup dengan berkelimpahan harta bisa menciptakan sesuatu yang namanya kasih sayang? Ya, kalian pasti sadar setelah kalian melihat kehidupan pahit orang-orang yang hidup dengan harta yang melimpah akan tetapi ia hidup begitu menderita.

Tidak semua orang bisa hidup bahagia dengan harta.

Tidak semua orang tidak bisa hidup bahagia tanpa adanya harta.

Seperti hal nya kau hidup di sebuah keluarga yang sederhana, namun kau mendapatkan kasih sayang yang luar biasa besar di dalamnya.

Begitu juga sebaliknya. Kau hidup di sebuah keluarga yang kaya raya, namun kau tidak mendapatkan kasih sayang yang kau harapkan di dalamnya.

Namun kebenarannya 50 : 50.

Ada keluarga kaya raya yang hidup penuh dengan kasih sayang. Mereka bahagia.

Ada keluarga sederhana yang hidup tanpa adanya kasih sayang. Mereka hidup menderita.

Kenapa demikian? Kalian ingin tahu mengapa hal itu bisa terjadi?

Aku beritahu bahwa itu semua bisa terjadi karena kehendak-Nya.

Kau tidak bisa menentang apa yang sudah ditakdirkan untukmu, namun kau bisa mengubah takdirmu sendiri.

Kau bisa menciptakan duniamu sendiri. Mengubah takdir tidaklah mudah, kau harus punya semangat hidup dan berusaha lebih keras untuk mengubahnya.

Jangan melihat kehidupan orang lain, itu akan membuat perasaanmu berubah-ubah tergantung keluarga seperti apa yang sedang kau lihat pada saat itu.

°LIU°

Terlahir dari keluarga terpandang tidak selamanya hidup bahagia begitu juga sebaliknya. Terlahir dari keluarga sederhana, tidak selamanya hidup menderita.

Gray Chilla Fritz salah satu anggota dari keluarga Fritz, orang kaya ke kedua di ASIA. Anak ke dua dari dua bersaudara.

Hidup di lingkungan yang memiliki banyak harta membuatmu akan sering dimanfaatkan oleh orang lain. Kau akan sulit menemukan seseorang yang benar-benar tulus berteman denganmu dan menerimamu.

Beda halnya apabila kau hidup di keluarga terpandang, namun kau tidak diterima dengan baik.

Singkatnya, keluargamu menolak kehadiranmu di dalam kehidupan mereka.

Kejam?

Sangat!

Sakit hati?

Ah... Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan seseorang. Tidak ada yang tahu kecuali orang itu sendiri.

Ada orang yang menerimanya begitu saja saat berada pada posisi itu. Adapula yang melawan dan bahkan ada yang menyerah dalam artian orang itu telah pergi dari dunia ini.

Gray Chilla Fritz, salah satu orang dari ribuan orang yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil di dalam keluarganya.

Hidup bagaikan sebatang kara padahal ia masih memiliki keluarga. Hidup dengan hasil kerja kerasnya.

Pernahkah terbayang olehmu saat kau terlahir di dalam keluarga yang kaya raya, namun kehadiranmu tidak diterima? Aku yakin pernah.

Bagaimana rasanya?

Sakit bukan?

Memang kebutuhan gizi nya terpenuhi, namun ia harus berusaha lebih keras lagi supaya bisa mendapatkan ilmu seperti saudaranya.

Ia belajar dan belajar sampai ia mendapatkan beasiswa.

Ia bisa saja meminta uang sekolah pada orang tua nya, namun itu tidak mungkin melihat bagaimana posisinya dalam keluarga itu.

Sementara saudaranya mendapatkan hak nya untuk menempuh ilmu.

Sungguh miris.

Bahkan ia tidak pernah menginjakkan kakinya keluar dari zona amannya, mansion orang tua nya.

Selama dia hidup, dia hanya berada dalam lingkungan mansion orang tua nya. Rumah kaca menjadi tempat favoritnya.

Pasti kalian heran bukan kenapa ia tidak pernah keluar rumah padahal ia pernah mengikuti beberapa tes? Bukankah dia seharusnya sekolah?

Semua itu permainan.

Kedua orang tua nya menyuruh orang yayasan untuk mengawasi dirinya selama ia mengikuti tes, namun apa yang terjadi?

Orang tua nya menyuruh mereka untuk menggagalkan anaknya sendiri. Alhasil ia tidak pernah pergi ke sekolah. Tidak pernah mengenal dunia luar.

Bukankah sudah aku katakan bahwa itu semua permainan?

"Bu--"

"Bunda lihat! Aku mendapatkan nilai sempurna di sekolah!" Potong saudaranya bahagia memberitahu hasil kerja kerasnya selama di sekolah.

Sementara si bungsu Gray hanya diam saja melihat interaksi ibu dan anak itu.

Saat ini mereka sedang berada di ruang keluarga yang menjadi tempat favorit ke dua Gray, namun tempat itu juga menjadi salah satu tempat yang membuat hatinya berdenyut sakit.

"Tampaknya ada yang bahagia di sini." Kata sang kepala keluarga yang baru saja tiba seraya mengelus kepala anak sulungnya.

"Ayah lihat! Aku mendapatkan nilai yang sempurna!" Katanya begitu bahagia

"Wah, anak ayah sangat pintar. Tidak sia-sia ayang mengeluarkan segalanya untuk anak manis ayah ini."

"A--"

"Ah iya, ayah ada kabar gembira untuk kalian. Anggap saja ini hadiah untuk mu karna sudah mendapatkan nilai yang sempurna."

"Woah! Benarkah?!" Tanyanya antusias

"Iya sayang nya ayah."

"Apa itu ayah? Hadiah apa yang ingin ayah berikan padaku?"

"Besok kita akan pergi berlibur ke Paris, ayah sudah mengurus segalanya. Kau dan bunda tidak perlu repot-repot menyiapkan semuanya. Setelah dari--"

"Apa ayah tidak pergi ke kantor?"

"Ayah sudah mengambil cuti untuk meluangkan waktu ayah bersama keluarga."

"Ayah memang terbaik!" Katanya menunjukkan kedua ibu jari tangannya.

Pembicaraan mereka terus berlanjut tanpa menyadari ada seseorang yang sedang merasakan sakit.

"Ayah, bunda, aku memenangkan juara art olympia." Lirihnya dalam hati seraya pergi dari sana

Ia tidak mampu menahan sesuatu yang sedari tadi hendak keluar dari kelopak matanya yang indah.

Tanpa ia sadar ada seseorang yang memandang kepergiannya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Maaf"

°LIU°

Keesokan harinya sesuai yang di janjikan oleh kepala keluarga, mereka akan pergi ke bandara melakukan penerbangan ke negara lain yaitu Paris.

Mereka akan berlibur dalam waktu yang cukup lama karena sang kepala keluarga tidak sepenuhnya cuti. Ia hanya mengambil cuti beberapa hari, selebihnya itu ia bekerja. Ia sedang membuka cabang di sana.

Tentu saja selama ia bekerja, istri dan anaknya bebas mau pergi kemanapun serta mau belanja apapun yang mereka inginkan.

"A-ayah b-bolehkan Gray ikut?" Tanyanya takut-takut saat ia sedang berdua saja di ruang keluarga.

Hening.

Tidak ada jawaban.

"Tid-tidak boleh ya?" Tanyanya lagi

Diam.

Hanya keheningan yang ia dapatkan.

Melihat tidak ada balasan dari sang kepala keluarga, ia memasang senyum terbaiknya seraya mengambil sesuatu yang sedari tadi ia simpan di belakang tubuhnya.

Mengambilnya dan menyerahkannya pada sang kepala keluarga.

"A-ayah, aku me-menangkan art olympia." Katanya memberitahu apa yang telah ia capai walau tanpa adanya dukungan dari kedua orang tuanya.

"Gr-ay tidak akan meminta ha-diah apapun dari ayah." Katanya sedikit bergetar karna menahan suatu gejolak yang ingin keluar dari dalam sana.

"Ayah, Gray h-hanya minta satu permintaan. T-tidak susah. Gray hanya i-ingin ayah, bunda dan kakak sehat selalu d-dan hidup bahagia. I-itu aja."

Tidak ada jawaban, sang kepala keluarga malah melangkahkan kakinya hendak pergi--

"Ay-ah-- Gray sayang ayah, b-bunda dan kakak. Ti-tidak bisakah sedikit saja, hanya sedikit kalian melihat keberadaan Gray? Ayah, Gray takut hiks..." Pecah sudah, ia tidak bisa menahannya lagi

--sebelum ia mendengar lirihan dari anak bungsunya itu.

"Apa salah Gray ayah? Hiks... Gray juga hiks... Mau disayang sama ayah dan bunda... Hiks ayah sekali saja hiks... Janji sekali saja lihat Gray hiks... Peluk Gray ayah hiks... Gray hiks... Ayah peluk Gray! Katakan bahwa semua ini hanya mimpi ayah! Katakan ayah! Hiks..." Tangisnya semakin pecah saat melihat kepergian sang kepala keluarga.