Chereads / Love Is Universal / Chapter 15 - LIU | 14

Chapter 15 - LIU | 14

"Aku mau pergi bersama Yervant dan mampir ke mall nanti. Sepertinya di sana ada perlengkapan lukis yang tentu saja pasti mereka ada menjual kuas seperti yang kau pegang itu. Aku akan membelikan yang baru untukmu. Hm... Apa kau mau ikut?" Kata Gavin bertanya pada Gray.

Ada sedikit keraguan saat ia ingin mengajak Gray pergi keluar.

"Bolehkah?" Tanya Gray sama ragu nya dengan Gavin secara ia tidak pernah keluar dari wilayah mansion orang tuanya. Ia tidak pernah menginjakkan kakinya di dunia luar.

"Tentu saja! Itupun kalau kau mau ikut." Jawab Gavin.

Sepertinya semenjak mengenal Gray, Gavin mulai banyak berbicara.

"Aku mau!" Katanya antusias dapat dilihat dari matanya yang berbinar.

Ia ingin sekali melihat dunia luar.

"Kalau begitu ganti pakaianmu. Tidak mungkin kau berpakaian seperti itu keluar kan?" Katanya seraya menatap penampilan Gray.

Kalau kalian melihat penampilan Gray, bisa kita katakan itu masih layak untuk dipakai keluar apalagi jalan santai. Hanya saja menurut Gavin itu tidak cocok untuk di pakai berkeliling.

Gray yang mendengar itu hanya memasang ekspresi bingung. Secara dia itu tidak pernah mengganti pakaiannya kemanapun itu kecuali saat ia selesai mandi baru ia mengganti pakaiannya.

"Huh? Kata bibi Lee kalau pakaiannya masih bersih tidak perlu diganti biar kainnya tidak cepat rusak. Nanti bibi Lee capek kalau aku terus menerus ganti pakaian." Jawabnya polos membuat Gavin hanya diam yang dimana masih setia menatap ke arah Gray.

"Terserah!" Jawabnya setelah memastikan sesuatu yang menurutnya ada yang mengganjal dengan cara berpakaian Gray saat ini.

Tapi Gavin lebih memilih mengabaikannya, ia tidak peduli.

Gavin melangkahkan kakinya meninggalkan Gray yang masih terdiam di tempatnya. Ia bingung sama sikap Gavin, sepupunya yang baru sekali ia berkomunikasi antar satu sama lain.

"Vin, tunggu!"

"Panggil aku kakak. Aku lebih tua darimu kalau kau lupa." Kata Gavin tanpa memberhentikan langkahnya.

Gavin hanya menebak saja kalau Gray lebih muda darinya. Dapat Gavin lihat dari perawakannya itu kalau usia Gray itu sama dengan adiknya, Yervant. Mereka sebaya, seumuran.

Gray menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan Gavin yang menjerumus ke arah perintah itu.

"Dia ikut?" Tanya Yervant saat ia tepat berada di samping Gavin, kakaknya.

"Hm." Jawab Gavin singkat walaupun itu tidak bisa dikatakan dengan jawaban.

Sementara Yervant hanya menganggukkan kepalanya paham dengan jawaban sang kakak. Itu sudah makanan sehari-harinya untuk menterjemahkan maksud dari kakaknya itu.

"Kau yakin?" Tanya Yervant yang dilanda rasa keraguan saat kakaknya itu mengajaknya pergi bersama mereka.

"Hm."

"Serius? Tidak takut media masa memotret kita?"

"Tidak. Takut kenapa? Dia bukan wanita, jadi kau tidak perlu takut akan ada skandal dating atau sejenisnya. Satu hal lagi, kita bukan artis atau apapun itu yang harus diikuti media masa terus menerus." Jawab Gavin begitu mudahnya.

"Ck! Aku tahu kita bukan selebriti, tapi melihat dari status kita--"

"Kita tidak melakukan kesalahan apapun, jadi kau tidak perlu takut. Pasti mereka hanya mengatakan kalau kita sedang berada di tempat A bersama si A. Selesai."

Yervant hanya menganggukkan kepalanya paham dan membuat rasa keraguannya sedikit mengurang.

°LIU°

Saat ini mereka sudah berada pada mall salah satu tempat tujuan mereka untuk hari ini. Yups, Gavin lebih memilih untuk mampir terlebih dahulu di mall mengingat adiknya serta Gray memiliki keperluan di tempat tersebut. Dia tidak tahu apa yang ingin dibeli Yervant, tapi dia tahu apa yang ingin dibeli sama Gray.

Sebelumnya mereka sudah memakai masker untuk menutupi bagian wajahnya lebih tepatnya dari hidung sampai bawah dagu mereka.

Bukan masker wajah untuk membuat wajahmu semakin bersih atau sejenisnya itu.

Okey lupakan.

Mereka memakai alat tersebut untuk menghindari dari hal yang ditakutkan oleh adiknya itu.

Media masa.

Gavin tidak takut dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada seperti pemikiran adiknya itu, tapi ia hanya ingin menghindari hal yang mengganggu mereka dalam menikmati waktu santai mereka. Seperti media masa yang mengikuti kemanapun mereka pergi, memotretnya tanpa izin, membuat mereka merasa tidak nyaman, dan lain sebagainya.

Mereka berjalan beriringan memasuki mall tersebut dengan Gray di tengah mereka.

Saat pertama kali masuk, Gray dibuat kagum dengan apa yang sedang ia lihat sekarang. Seumur hidupnya, baru kali ini ia keluar rumah dan batu kali ini ia ke tempat seperti ini. Terlihat dari binar matanya serta mulutnya yang sedari tadi mengatakan "woah".

Selama perjalanan ke mall juga ia tidak bisa diam. Ia selalu bertanya ini dan itu selama perjalanan. Dimana hal tersebut mampu menguji kesabaran Gavin dan Yervant yang berada di dalam mobil yang sama.

Perlu diketahui mereka tidak menggunakan supir ataupun membawa bodyguard untuk menjaga mereka selama mereka menikmati hari tenang mereka. Bisa dikatakan hari libur mereka.

Selama itu bukan di wilayah mereka, mereka masih aman mengingat kalau di wilayah bisa kita katakan negara yang mereka tempati itu perlu ada penjagaan khusus terhadap mereka mengingat status keluarga mereka.

Negara ini adalah wilayah keluarga Fritz.

Kalau Gray? Tentu mereka tidak takut mengingat fakta bahwa tidak ada seorangpun yang tahu tentang keberadaan Gray sebagai salah satu anggota keluarga Fritz, jadi mereka tidak perlu takut kalau banyak media masa mengetahui identitas Gray.

"Tempat apa ini?" Tanya Gray masih setia melihat dan mengagumi tempat yang bernama mall itu.

"Mall, bisa dibilang pusat pembelanjaan." Jawab Gavin.

"Kau-- jangan bilang kau tidak pernah ke sini?" Tanya Yervant tidak percaya atas apa yang ia dengar dari mulut Gray.

Pertanyaan Yervant tentu saja di jawab dengan gelengan kepala yang sudah jelas itu menjadi jawaban yang diberikan Gray pada Yervant.

"Kau bercanda?!" Tanya Yervant tidak percaya atas jawaban yang diberikan Gray padanya dimana ia lagi dan lagi mendapatkan gelengan dari Gray.

Sungguh di luar perkiraan. Di zaman seperti ini masih ada yang belum pernah menginjakkan kakinya bahkan tidak mengetahui apa itu mall? Sungguh primitif, pikirnya.

Hei, wajar saja kalau Gray tidak tahu apa itu mall atau sejenisnya mengingat ia tidak pernah menginjakkan kakinya di dunia luar. Kalaupun dia melihat dunia luar melalui jaringan internet yang biasa orang-orang pakai untuk melihat beberapa hal yang ia ingin cari dengan google sebagai aplikasi pencaharian, ia hanya membuka pemandangan atau apapun itu untuk mencari inspirasi sebagai bahan dalam melukis.

Dia hanya pernah sekedar melihat karena aplikasi tersebut terkadang menampilkan gambar yang tidak seharusnya ada di kategori yang ia inginkan. Gray hanya melihatnya tanpa mencari tahu lebih dalam tentang apa yang ia lihat kecuali bahan inspirasi untuk dia melukis.