Chereads / Love Is Universal / Chapter 10 - LIU | 09

Chapter 10 - LIU | 09

Saat ini Gavin masih berada di rumah sakit dengan Gray yang sedang berbaring tidak sadarkan diri di brankar yang ada di ruangan itu.

Dokter sudah menanganinya dan memberikan Gray obat penenang. Dokter juga menyarankan untuk tidak membuat Gray merasa tidak nyaman dengan suasana sekitarnya terutama membuatnya takut. Dokter belum bisa memastikan apa yang terjadi pada Gray sehingga membuatnya bertingkah berlebihan seperti yang dijelaskan oleh Gavin.

Dokter menyarankan Gavin untuk membawa Gray ke dokter yang lebih ahli dalam bidangnya. Sementara Gavin hanya mengangguk tanda ia akan menyanggupi saran dari sang dokter yang dimana itu tidaklah mudah untuk dilakukan mengingat Gavin belum mengenal Gray lebih dalam lagi.

Gavin melihat ke arah Gray yang berbaring dengan damai di atas brankar. Ia melihat ada pergerakan yang diperlihatkan oleh Gray. Ia berpikir bahwa sebentar lagi Gray pasti akan sadar dari pingsannya.

Gavin dapat melihat dengan jelas bagaimana kata Gray yang terbuka indah secara perlahan. Memperlihatkan bola matanya yang indah berwarna hijau.

Seperti zamrud yang berkilauan, bola mata yang berwarna hijau itu merupakan warna yang paling langka di dunia ini.

Walaupun demikian, orang yang bermata biru dan hijau merupakan warna yang sangat umum di Skotlandia dan Irlandia hingga 86% populasinya dimiliki oleh negara tersebut.

Di luar dari kedua negara tersebut, orang yang memiliki mata berwarna hijau mayoritasnya berada di Eropa sebelah Utara.

Namun, kita tidak tahu pasti bagaimana pandangan orang-orang yang hanya pernah melihat warna bola mata seperti warna hitam, cokelat, biru, dan hazel. Bagaimana pandangan orang-orang di luar sana yang tiba-tiba saja menemukan orang dengan bola mata berwarna hijau mengingat bola mata hijau sangat langka untuk ditemukan. Tidak ada yang tahu apa tanggapan mereka.

Setiap orang pastilah memiliki pemikiran yang berbeda-beda dimana menghasilkan banyak pandangan ataupun penilaian terhadap sesuatu. Bisa saja mereka menganggap orang yang memiliki bola mata berwarna hijau itu indah dan bisa saja mereka beranggapan bahwa orang yang memiliki bola mata berwarna hijau itu aneh.

Tidak ada yang tahu.

Gray mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pancaran cahaya yang masuk ke dalam matanya.

"Apa kau sudah merasa mendingan?" Tanya Gavin pada Gray saat ia melihat Gray sudah membuka matanya dengan sempurna.

Indah, pikirnya.

Gray mengerjapkan matanya saat mendengar suara Gavin masuk ke pendengarannya.

Ia melihat ke sebelah kanan tepat dimana ia memprediksi asal dari suara yang baru saja ia dengar.

"Maaf." Kata Gavin mengundang kerutan pada dahi Gray

Ia bingung, kenapa Gavin meminta maaf sementara Gavin tidak melakukan apapun. Seketika ia lupa dengan situasi yang sedang terjadi saat ini.

Otaknya yang pintar itu tidak mampu memproses perkataan Gavin serta situasi yang terjadi terlihat bagaimana cara Gray memiringkan kepalanya tanda ia bingung apa yang sudah terjadi.

Gray mengedarkan pandangannya sampai beberapa saat ia paham apa yang sedang terjadi dan saat itu juga ia mulai memunculkan tanda bahwa ia sedang ketakutan.

Ia gelisah seketika.

Gavin yang melihat perilaku Gray seperti itu mencoba untuk menenangkannya. Gray baru saja sadar dari pingsannya, ia tidak mungkin pingsan untuk kedua kalinya dengan obat penenang yang disuntikkan dokter ke kulit nya yang berwarna putih itu.

"Hei tenanglah, kau aman sekarang." Kata Gavin yang tidak tahu dengan perkataannya secara ia juga tidak tahu kenapa ia berkata seperti itu.

Aman? Aman dari apa, pikirnya. Padahal dia sendiri yang berkata seperti itu.

Dasar aneh.

"Gray? Kau bisa mendengar suaraku?" Tidak ada respon. Gavin mencoba sekali lagi. "Dengar, apapun itu yang membuatmu takut. Seberapa menyeramkan penampakan yang membuatmu takut, coba kau gantikan dengan sesuatu yang membuatmu damai. Gantikan segala yang membuatmu takut menjadi sesuatu yang menyenangkan." Kata Gavin berharap mendapatkan respon yang positif dari Gray

Gray mendengarnya. Ia mendengar suara Gavin yang menurutnya begitu lembut untuk pendengarannya. Seketika semua ketakutan yang ada dalam benak Gray bereaksi, memberontak karena Gray yang berusaha untuk mencoba melawan segalanya sesuai arahan dari Gavin.

"Kau pasti bisa, aku yakin." Kata Gavin saat melihat pergerakan yang diperlihatkan oleh Gray.

Sampai pada akhirnya dimana Gavin dapat melihat warna mata itu berubah menjadi lebih terang tanpa ia ketahui apa yang memicunya dan bagaimana bisa itu terjadi.

Warna mata itu seakan bercahaya seiring dengan perlawanan yang sedang dilakukan Gray terhadap kejadian atau apapun itu yang tidak mengenakkan untuk di ingat.

Gavin terus memandang Gray dengan cemas sampai ia mendengar suara yang cukup jelas membuatnya terkejut.

"Memory. 12/12 Find me!"

Layaknya sebuah kode yang hanya ditujukan padanya. Pesan singkat yang pernah ia baca sebelumnya pada sebuah buku kecil yang sudah usang.

Gavin mulai menetapkan bahwa Gray ada hubungannya dengan pesan singkat yang pernah ia lihat di sebuah buku usang yang berada di perpustakaan mini keluarganya. Lebih tepatnya perpustakaan milik kakeknya yang sudah lama pergi meninggalkan dunia ini.

Gavin tidak pernah bisa memecahkan apa maksud dari pesan itu hingga ia berpikir untuk menyerah mencari maksud dari pesan singkat itu sampai ia mendengar pesan singkat itu keluar dari mulut Gray.

"The memories." Kata Gavin refleks membuat Gray tersadar.

"Huh?" Gray bingung.

Ia seakan mendengar suara, namun tidak ada orang yang sedang berbicara di situ. Sampai ia memusatkan pandangannya pada Gavin.

"Apa kau tadi berbicara padaku?" Tanya Gray seakan semua ketakutan yang ada pada dirinya hilang seketika.

"Tidak, tapi kau yang mengatakan sesuatu." Jawab Gavin. "Apa kau tahu maksud dari kata 12/12 find me?" Tanya Gavin berharap Gray mengetahui maksud dari kata itu.

Gray yang mendengar kata itu untuk pertama kalinya hanya menggelengkan kepalanya tanda ia tidak mengetahui apa maksud dari kata tersebut.

Gavin yang melihat respon dari Gray hanya diam tidak berkata apapun. Ia akan mencari tahunya sendiri tanpa harus membuat orang yang ada di depannya itu merasa tidak nyaman. Gavin akan mulai mencarinya kembali setelah sekian lama ia mengabaikan dari kata-kata tersebut.

Ia akan mencarinya sendiri tanpa harus melibatkan siapapun.

"Lupakan soal itu. Apa kau sudah merasa baikan?" Tanya Gavin

"S-sudah." Jawab Gray ada kegugupan yang terdengar dari suaranya.

Setelah mendengar pertanyaan dari Gavin, Gray merasa tidak nyaman seakan pertanyaan dari Gavin itu memanggilnya untuk menemukannya. Gray tidak tahu kenapa, tapi 12/12 find me itu terasa hidup dalam dirinya. Seakan ada sesuatu yang membuat dirinya terserang kegelisahan. Seakan kata-kata itu menariknya atau memanggilnya.

"Aku mau pulang!" Kata Gray secara tiba-tiba dengan intonasi suara yang cukup tinggi.

Gavin yang mendengarnya aja sampai terkejut tidak percaya bahwa orang yang ia kagumi itu memiliki suara yang begitu besar sampai hampir membuat gendang telinganya pecah.

Sungguh lebay.