Chereads / ALPHA. / Chapter 3 - Terjadinya sebuah insiden.

Chapter 3 - Terjadinya sebuah insiden.

KEDIAMAN ACHERON FLAVIO CARDEN.

GUBRAKK... PRAANKK..

"AARRRGGGHHH SIALAN... APA SAJA YANG KALIAN LAKUKAN BANGSAT,"

PRANNKK...

Suara teriakan Acheron Flavio Carden yang dengan membabi buta menghancurkan beberapa keramik juga membanting meja yang ada di hadapannya.

"KENAPA SAHAM PERUSAHAAN BISA JATUH DALAM WAKTU SINGKAT?" Tanya Tuan Acheron Flavio lagi dengan nada yang semakin meninggi.

"Maaf Tuan, sepertinya ada yang memanipulasi laporan keuangan di perusahaan Tuan,"

"APA? SIAPA YANG BERANI MELAKUKANNYA?" Tanya Tuan Acheron Flavio geram.

"Maaf Tuan, saya masih mencari informasi... "

"MASIH MENCARI? MASIH MENCARI KATAMU? AARRRGGGHHH.... "

PRANNKKK....

Amuk Tuan Acheron Flavio yang kembali menghancurkan Guci yang masih tersisa di ruangan tersebut hingga semuanya benar-benar hancur dan tidak tersisa satupun.

"Aku ingin kau mencari tahu sekarang juga, siapa orang yang sudah berani bermain-main denganku," Lanjut Tuan Acheron Flavio seraya menyamankan tubuhnya di sebuah sofa single sambil terus menghisap rokoknya. Untuk sesat ia terdiam dengan pikirannya, hingga ada satu sosok yang tiba-tiba melintas di pikirannya. Dan kembali mengalihkan tatapan tajamnya ke arah Asistennya yang masih terdiam di sampingnya.

"Tunggu. Anak itu, apa anak itu ada hubungannya dengan merosotnya saham di perusahaanku?" Tanya Tuan Acheron Flavio lagi.

"Saya masih menyelidikinya Tuan, tapi sepertinya Tuan Alpha Shaqille ada hubungannya dengan masalah ini,"

"Jadi dia sudah berani sekarang? Apa dia ingin menyusul Ayahnya di neraka?" Balas Tuan Acheron Flavio dengan seringaiannya.

"Maaf Tuan, sebaiknya anda lebih bersabar, Biar bagaimana pun Tuan Alpha adalah menantu Anda, suami dari Nona Aranka putri Anda." Ucap Aillard Wren perlahan.

"Tsk, apa kau pikir aku akan semudah itu untuk mengampuni seseorang? Aku bahkan tidak peduli, siapapun dia jika sudah bermain-main denganku, jangan harap akan ada tempat lain baginya selain di neraka."

"Saya mengerti Tuan, tapi ingat misi awal Anda yang menikahkan Nona Aranka dengan Tuan Alpha."

"Dia pikir aku dengan segampang itu menyerahkan Aranka padanya, Dasar bocah bodoh, bahkan dia tidak menyadari jika aku hanya menggunakan Aranka sebagai umpan." Ucap Acheron Flavio dengan senyum smirknya.

"Maka Anda harus benar-benar memanfaatkan umpan tersebut Tuan, jika tidak, misi Tuan selama ini untuk mengambil alih ASEA CORPORATION akan gagal," Balas Aillard Wren.

"Aahhkk sial... Sepertinya umpan itu harus di beri sedikit tekanan.  ARRGGHHH.... aku salah, seharusnya Aku membunuhnya saja waktu itu. Dia bahkan lebih licik dari Ayahnya." Lanjut Acheron Flavio terlihat geram.

"Kita hanya harus sabar menunggu Tuan,"

"Sampai kapan? SAMPAI KAPAN KITA AKAN MENUNGGU? SAMPAI PERUSAHAANKU BENAR-BENAR BANGKRUT?" Teriak Tuan Acheron Flavio berwajah semakin gelap.

"Maaf Tuan,"

"Apa kau lupa? Jika dia sudah mengambil stengah dari aset ku? Aku tidak mau tau, beri anak itu pelajaran." Lanjut Tuan Acheron Flavio.

"Maksud Tuan?"

"Apa aku harus menjelaskannya lagi? BUAT DIA MENDERITA KARENA TELAH BERANI BERMAIN-MAIN DENGANKU." Balas Acheron Flavio dengan nada yang kembali meninggi.

"Baik Tuan."

"Buat dia tidak bisa berjalan lagi," Perintah Tuan Acheron Flavio dengan senyum iblisnya. Di sandarkan tubuhnya di sandaran sofa sambil menghisap rokoknya.

'Kau akan menyesal karena berani bermain-main denganku Alpha, jika umpanku gagal, maka aku akan menggunakan cara yang sama seperti apa yang aku lakukan pada Ayahmu.' Batin Acheron Flavio.

"Siapkan mobil, aku akan berkunjung ke kediaman menantu kesayanganku." Perintah Tuan Acheron Flavio dengan senyum smirknya sambil beranjak dari duduknya dan langsung melangkah keluar, di susul oleh beberapa pengawalnya juga Asistennya Aillard Wren.

* * * * *

KEDIAMAN ALPHA SHAQILLE ELVERN.

"Ayah,"

Seru Aranka Demetria sambil berlari kecil untuk menyambut kedatangan sang Ayah Acheron Flavio yang langsung di peluknya.

"Ayah.. Aku merindukanmu," Ucap Aranka Demetria berbinar.

"Benarkah? Bagaimana kabarmu?" Tanya Acheron Flavio mengusap rambut anaknya perlahan.

"Aku sangat baik Ayah,"

"Dan suami kamu?" Tanya Tuan Acheron Flavio dengan ekspresi datarnya.

"Dia juga baik-baik saja,"

'Dan sebentar lagi akan ada kabar buruk untukmu nak.'

Batin Tuan Acheron Flavio dengan senyum smirknya sambil terus melangkah masuk menuju ruang tengah, menyamankan dirinya di sana sambil mengamati ke sekeliling ruangan, seolah sedang mencari sesuatu di sana.

"Bagaimana urusan Ayah di Kanada? Apa semua berjalan dengan lancar? Bagaimana kabar Zev?" Tanya Aranka Demetria yang ikut duduk tepat di samping Ayahnya.

"Hm cukup lancar, meski ada sedikit masalah,"

"Masalah?"

"Ada seekor tikus kecil yang sudah berani mencuri keju Ayah," Sindir Acheron Flavio yang sesaat membuat Aranka Demetria terdiam dengan pikirannya sendiri.

"Maksud Ayah?"

"Kau akan mengerti pada saatnya. Bagaimana? Apa ada kabar baik buat ayah?" Tanya Acheron Flavio yang langsung mengalihkan pembicaraan.

"Kabar baik?"

"Jangan bilang jika kau lupa dengan satu permintaan Ayah Aranka," Balas Acheron Flavio mengernyit.

Sebenarnya Aranka Demetria sudah sangat mengetahui maksud dari Ayahnya yang menginginkan dirinya untuk memiliki seorang anak. Sedang untuk memikirkan itu saja Aranka Demetria enggan, sebab itu adalah hal yang paling mustahil baginya, untuk memiliki seorang anak adalah hal yang tidak mungkin ia kabulkan, jika suaminya saja tidak pernah menyentuhnya, mengingat hubungannya dengan sang suami yang sangatlah buruk. Aranka Demetria hanya bisa menarik nafas dalam sambil menggigit dalam bibirnya dengan perasaan yang di penuhi kecemasan dan ketakutan, di tambah lagi saat melihat tatapan tajam sang ayah yang seolah sedang menginterogasinya.

'Apa yang harus aku katakan kepada ayah, aku tidak mungkin jujur kepada Ayah tentang keadaanku selama ini.' Batin Aranka Demetria cemas.

"Ada apa? Kenapa diam saja?" Tanya Acheron Flavio yang semakin membuat Aranka Demetria gugup.

"Ah tidak Ayah,"

"Apa ada masalah dengan suamimu?" Tanya Acheron Flavio lagi penuh selidik.

"Tidak.. Tidak. Kita berdua baik-baik saja, sungguh Ayah."

"Tapi kenapa kau belum hamil juga?" Tanya Acheron Flavio tanpa basa-basi.

"Mungkin belum waktunya Ayah." Jawab Aranka Demetria perlahan.

"Ayah sudah menunggu selama 5 tahun Aranka. Ayah ingin kau bisa secepatnya memiliki seorang anak, agar ahli waris keluarga Elvern jatuh ke tangan anakmu, apa kau mengerti?" Balas Acheron Flavio yang sontak membuat Aranka Demetria melebarkan kedua matanya.

"Apa maksud Ayah?" Tanya Aranka Demetria perlahan dengan perasaan yang mulai gelisah.

"Ayah ingin ASEA CORPORATION jatuh di tanganmu, dan juga anakmu." Jawab Tuan Acheron Flavio santai.

"Tapi Ayah.. "

"Ada apa? Kau istrinya, kau berhak mendapatkan ASEA CORPORATION, di tambah agi jika kau berhasil mendapatkan seorang anak dari dia. Dan jika Ayah benar-benar ingin memiliki seorang cucu apa Ayah salah?"

"Tapi aku tidak membutuhkan harta Tuan Alpha Ayah,"

"Kau jangan naif Aranka, apa kau pikir Ayah hanya asal menyerahkanmu padanya tanpa ada tujuan lain?" Tanya Acheron Flavio semakin terlihat geram.

"Ma-maksud Ayah?"

"Ada hal yang lebih penting di bandingkan sebuah pernikahan, apa kau masih belum mengerti dengan tujuan Ayah untuk memasukkanmu ke dalam keluarga Elvern?"

"Apa selama ini aku hanya di jadikan sebuah umpan untuk ambisi Ayah?" Tanya Aranka Demetria yang mulai berkaca. Sedang Acheron Flavio hanya tersenyum smirk sambil menyilangkan kakinya di sofa ruang tengah yang hanya ada mereka berdua di sana.

"Sebagai anak sebaiknya kau bisa membalas budi kepada orang tuamu, jangan seperti ibumu yang tidak tau berterima kasih."

"Jangan membawa nama ibu," Ucap Aranka Demetria dengan suara bergetar.

"Jika kau tidak ingin Ayah mengungkit soal ibumu maka jadilah anak baik dan turuti semua perintah Ayah." Balas Tuan Acheron Flavio yang kembali menatap Aranka Demetria yang hanya bisa tertunduk untuk menyembunyikan air matanya.

"Apa dengan menjadikan ku umpan itu tidak cukup buat Ayah?" Tanya Aranka Demetria dengan suara seraknya.

"Itu belum cukup, sebab kau belum mendapatkan apa-apa Aranka." Jawab Acheron Flavio yang langsung membuat air mata putrinya lolos begitu saja tanpa aba-aba, air mata yang kini membasahi kedua pipinya.

"Kenapa Ayah melakukan hal itu? Aku adalah anak Ayah," Gumam Aranka Demetria lirih namun terdengar jelas di pendengaran sang Ayah yang langsung tersenyum miring.

"Justru karena kau adalah anak Ayah, jadi Ayah menaruh harapan padamu," Ucap Acheron Flavio.

"Apa Ayah setega itu? Bukankah Ayah terlalu kejam jika melakukan hal itu, aku bahkan sudah sangat mempercayai Ayah, tapi kenapa Ayah melakukan itu?" Tanya Aranka Demetria yang semakin terisak, hatinya benar-benar hancur sekarang, ia bahkan mulai merasa takut, pikirannya kembali kepada suaminya yang pasti akan semakin membencinya jika mengetahui semua rencana sang Ayah yang ternyata sedang mengincar harta suaminya.

"Hanya satu yang Ayah inginkan Aranka." Lanjut Acheron Flavio seraya beranjak dari duduknya dan mendekati putrinya yang masih tertunduk dengan isakannya. "ASEA CORPORATION, hanya itu yang Ayah inginkan, apa kau mengerti?" Sambung Acheron Flavio yang langsung melangkah keluar meninggalkan Aranka Demetria dengan air matanya. Tubuhnya tiba-tiba merasa kaku, dengan nafas yang terasa sesak.

Dengan keras Aranka Demetria mencengkram dadanya, menarik nafas dalam sambil berusaha untuk menenangkan hatinya yang saat ini ingin menjerit sekeras mungkin.

* * * * *

Suasana sore hari yang terlihat tenang dan cukup sepi tanpa sebuah aktifitas dari orang-orang seperti biasa, di depan sebuah Restoran mewah, dengan langkah lebar Alpha Shaqille meninggalkan restoran yang siang ini sengaja ia gunakan untuk bertemu dengan seorang investor asing yang akan bekerjasama dengan perusahaannya.

Sambil menunggu kedatangan Asistennya Azio Devian yang masih di dalam Restauran bersama Klien, Alpha Shaqille yang saat ini tidak di temani bodyguard atas permintaannya sendiri kembali memfokuskan pandangannya ke arah layar ponselnya yang di sana banyak pesan notifikasi penting yang menumpuk. Tanpa di sadarinya jika di sisi kanan jalan ada sebuah mobil yang dengan kecepatan yang sangat tinggi tengah melaju kearahnya.

BRUAAAAAKKKK

Terdengar suara tubuh Alpha Shaqille yang beradu dengan kaca pintu restoran yang terdengar cukup keras, Alpha Shaqille yang kini sedang dalam posisi terlentang dengan tubuh yang tertindih oleh seorang sosok asing hanya bisa meringis saat merasakan tubuhnya sedikit nyeri.

Untuk sesaat Alpha Shaqille menarik nafas dalam, menahan rasa sakit pada sikutnya yang terbentur dengan lumayan keras, hingga akhirnya tatapannya fokus pada satu sosok yang sedari tadi membuat nafasnya sesak karena tubuhnya yang masih tertindih oleh tubuh yang ternyata seorang gadis.

"Si-siapa kau?" Tanya Alpha Shaqille sedikit terperangah saat menyadari posisi mereka saat ini, posisi ambigu yang membuat Alpha Shaqille sangat tidak nyaman, terlebih lagi selama ini ia tidak pernah di sentuh oleh siapapun secara sembarangan, apalagi oleh seorang wanita.

"Ma-maaf.. " Jawab gadis itu yang juga masih belum berpindah dari posisinya.

"Bisakah kau menjauh dari tubuhku?" Tanya Alpha Shaqille yang mulai bergerak gelisah. Hingga ingatan Alpha Shaqille kembali tertuju kepada kejadian 5 menit yang lalu. "Apa kau yang barusan menolongku?" Tanya Alpha Shaqille yang masih meringis dengan posisi yang masih sama.

"Apa anda tidak apa-apa? Ma-maaf mengejutkan anda, hanya tadi hampir saja mobil itu... " Jawab gadis itu terbata sambil berusaha bangkit dari atas tubuh Alpha Shaqille.

"Tuan muda, apa anda tidak apa apa?" Seru Azio Devian yang saat ini tengah berlari menghampiri presdirnya yang masih terdiam sambil sedikit meringis. Sedang gadis yang menolongnya barusan hanya bisa terdiam dengan wajah panik dan ketakutan saat melihat sikut Alpha Shaqille yang mulai mengeluarkan banyak darah yang kini menodai kemeja putihnya.

"Si-sikut anda berdarah Tuan," Ucap gadis itu yang dengan cepat mengambil sebuah sapu tangan dari dalam tasnya dan dengan cepat melilitkannya ke sikut Alpha Shaqille yang hanya terdiam sambil memperhatikan gadis yang masih berjongkok di hadapannya.

"Apa ini?" Tanya Alpha Shaqille saat melihat lilitan sapu tangan berwarna merah muda yang tidak beraturan di sikutnya.

"Ma-maaf Tuan, setidaknya sapu tangan ini bisa menghambat keluarnya darah untuk sementara waktu, dan anda bisa membuangnya jika lengan anda sudah di perban dengan baik." Balas gadis tersebut yang masih terlihat panik.

"Terimakasih Nona," Ucap Azio Devian yang Dengan sigap langsung meraih dan memapah tubuh Alpha Shaqille dan langsung membawanya masuk ke dalam mobil, sedang pengunjung yang berada di dalam Restoran tersebut masih berkumpul dengan perasaan yang terkejut sebab baru saja menyaksikan kejadian mengerikan yang nyaris mencelakai seorang Direktur utama ASEA CORPORATION yang cukup terkenal itu.

"Maaf Tuan Muda, saya lalai," Ucap Azio Devian dengan nada suara yang penuh dengan penyesalan.

"Tidak perlu minta maaf, kau sudah melakukan tugasmu dengan sangat baik, lagi pula kau bukan bodyguard yang harus melindungiku kan?"

"Iy-iya, saya tahu. Tapi..."

"Aku baik-baik saja Ev." Sela Alpha Shaqille meyakinkan.

"Baiklah. Kita harus kerumah sakit sekarang, luka anda cukup parah," Ucap Azio Devian yang masih terlihat panik.

"Gadis itu," Balas Alpha Shaqille saat ingatannya kembali tertuju pada gadis yang tadi sudah menyelamatkannya.

"Saya akan menyelidiki tentang gadis itu Tuan, jika anda menginginkannya."

"Hm, cari tau secepatnya." Balas Alpha Shaqille Elvern.

"Baik Tuan." Ucap Azio Devian yang langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. "Apa anda mencurigai seseorang dalam insiden ini Tuan?" Tanya Azio Devian di tengah perjalanan mereka menuju rumah sakit.

"Hmm.. Cukup gampang untuk menebak siapa pelakunya," Jawab Alpha Shaqille.

'Sebab mereka juga melakukan hal yang sama untuk membunuh kedua orang tuamu.'

Batin Alpha Shaqille sambil menahan rasa sakit di area sikutnya. Sedang pikirannya kembali tertuju pada sosok gadis yang baru saja menolongnya tadi, sebab ia belum mengetahui siapa nama gadis tersebut yang bahkan langsung mencuri perhatiannya.

'Gadis yang cukup berani.'

Batin Alpha Shaqille yang tanpa sadar sudut bibirnya sudah melengkung ke atas hingga membentuk sebuah senyuman yang selama ini nyaris tidak pernah terlihat menghiasi wajahnya. Bahkan Azio Devian sampai terkejut saat tidak sengaja melihat senyum di wajah presdirnya lewat kaca spion yang terletak di tengah mobilnya.

'Apa kepala Tuan Alpha terbentur saat insiden tadi?'

Batin Azio Devian sedikit panik sambil terus mengamati Presdirnya yang masih nampak melamun. Bahkan secara diam diam ia ingin kepala Presdirnya terus terbentur agar ia bisa melihat senyum itu, senyum yang selama ini tidak pernah di lihatnya, sebuah senyum tulus yang tercipta karena hal yang mebuatnya bahagia, bukan senyum yang di haruskan untuk menghargai para klien atau investor saat ada pertemuan atau meeting penting.

'Apa karena gadis itu? Ah tidak mungkin, bukankah tidak segampang itu Tuan muda akan menyukai seseorang?'

Azio Devian yang sejak tadi terus mengamati gerak-gerik Presdirnya hanya bisa menarik nafas panjang.

"Apa kau memiliki hoby baru sekarang?" Tanya Alpha Shaqille yang sontak membuat Azio Devian tersentak.

"Hoby? maksud Tuan muda?" Tanya Azio Devian yang masih nampak kebingungan.

"Sejak tadi kau terus mengamatiku, apakah itu salah satu hoby barumu?" Tanya Alpha Shaqille yang masih menatap wajah Azio Devian lewat sebuah kaca spion.

"Ah, itu.. tidak Tuan, saya hanya.. "

"Sebaiknya kau percepat laju mobilnya, dan berhenti memperhatikanku, kau membuatku takut." Balas Alpha Shaqille seraya memejamkan matanya dan kembali menyandarkan kepalanya di jok penumpang mobilnya.

"Baik Tuan," Balas Azio Devian yang langsung menginjak dalam gas mobilnya.

* * * * *

Bersambung...