Mendengar suara bel rumah berbunyi, dengan bergegas Mbok Jum berjalan ke arah ruang tamu, untuk membukakan pintu. Lalu Seroja juga mengikuti, langkah kaki Mbok Jum dari belakang. Karena dia juga sangat ingin tahu sekali, siapakah yang datang saat ini.
Tiba di ruang tamu, Mbok Jum langsung menyalakan saklar lampu. Setelah itu barulah kemudian, dia membukakan pintu. Pada saat pintu di buka, terlihat lah sosok Pak Haji Ibrahim. Yang berdiri dengan tegak, raut wajahnya terlihat sangat penuh dengan kekhawatiran. Melihat Seroja yang berdiri di belakang Mbok Jum, wajah Pak Haji Ibrahim langsung tersenyum penuh kebahagiaan nampak sangat lega sekali.
"Alhamdulillah Rembulan! Kau sudah pulang nak? Bapak mencarimu kemana-mana, tidak ketemu juga! Ternyata kau sudah pulang?" seru Pak Haji Ibrahim yang ternyata menyangka, bahwa Seroja itu adalah Rembulan.
Pak Haji Ibrahim langsung masuk ke dalam rumah, dan memeluk Seroja dengan sangat erat. diperlakukan demikian Seroja nampak terkejut sekali, yetapi dia hanya tersenyum penuh kebahagiaan.
"Ma-maaf Pak Haji, itu bukannya Mbak Rembulan. Tetapi kembarannya Mbak Seroja, tadi baru saja datang dari Jawa Timur ke rumah ini," tutur Mbok Jum menjelaskan, sambil tersenyum tipis.
Mendengar perkataan Mbok Jum tersebut, Pak Haji Ibrahim seketika nampak sangat terkejut sekali. Dia langsung melepas pelukannya, lalu menatap lekat ke arah Seroja. Dengan tatapan mata yang nampak hampir tidak mempercayai, apa yang baru saja didengarnya.
"Astagfirullahaladzim! Benarkah kau ini adalah Seroja? Bukannya Rembulan?" tanya Pak Haji Ibrahim dengan bibir bergetar, nampaknya dia ingin memastikan hal tersebut.
"Benar Pak, ini aku Seroja! Aku baru saja datang ke Jakarta hari ini," jawab Seroja sambil tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah ... Bapak sungguh tidak menyangka, bahwa kau adalah Seroja. Seumur hidup Bapak, tidak pernah rasanya. Memimpikan bisa bertemu denganmu nak, sekarang Bapak sangat bersyukur sekali. Karena akhirnya bisa bertemu," ujar Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum penuh kebahagiaan pula.
"Ayo kita duduk dulu Seroja, banyak yang ingin Bapak bicarakan denganmu nak," ajak Pak Haji Ibrahim sambil membimbing Seroja, untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu.
"Bagaimana ceritanya, kok kau bisa sampai di sini Seroja? Apakah Ibumu mengetahui, jika saat ini kau sudah datang ke rumah Bapak?" tanya Pak Haji Ibrahim sambil terus menatap Seroja, dengan pandangan mata penuh kerinduan.
"Aku ingin memberikan kabar kepada Bapak, bahwa saat ini Ibu sudah meninggal Pak. Pada saat sebelum beliau meninggal, aku sempat meminta izin kepada Ibu. Agar diperbolehkan untuk pergi ke Jakarta menemui Bapak, karena aku sangat rindu sekali. Juga ingin bertemu dengan Bapak dan kembaranku Rembulan, akhirnya sekarang aku bisa tiba di rumah Bapak ini!" jawab Seroja menceritakan.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun! Kapan Ibumu itu meninggal Seroja?" tanya Pak Haji Ibrahim, nampak sangat terkejut sekali.
"Baru beberapa hari yang lalu Pak, kemudian aku pun langsung berangkat ke Jakarta. Bagaimana dengan kabar Rembulan pak? Katanya Mbok Jum tadi, Bapak baru saja mencari Rembulan. Karena belum juga pulang ke rumah?" tanya Seroja dengan tatapan mata penuh kecemasan.
"Iya benar nak, Bapak baru saja mencari keberadaan Rembulan Karena sejak pagi, dia tidak ada kabarnya sama sekali. Biasanya jika pulang kuliah, Rembulan langsung pulang ke rumah. Tetapi hingga saat ini, dia belum juga pulang. Bapak jadi sangat menghawatirkan keadaannya," jawab Haji Ibrahim dengan raut wajah, yang nampak sedih kembali.
"Pak Haji, Mbok Jum buatkan, kopi hangat dulu ya untuk Bapak?" ujar Mbok Jum menawarkan.
"Oh ya, boleh Mbok Jum. Kebetulan saya juga sangat haus sekali saat ini," jawab Haji Ibrahim, sambil menganggukan kepalanya sedikit.
Mendengar jawaban Pak Haji Ibrahim, Mbok Jum pun bergegas bangkit dari tempat duduknya. Lalu berjalan menuju kearah dapur, untuk mempersiapkan kopi hangat untuk Pak Haji Ibrahim.
"Lalu rencanamu sekarang, selanjutnya nagaimana Seroja?" tanya Pak Haji Ibrahim, sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang sofa.
"Kalau Bapak mengizinkan, aku ingin tinggal di sini bersama Bapak dan juga Rembulan. Karena di Jawa aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, dan impianku memang sejak dulu. Ingin dapat hidup bersama dengan Bapak juga Rembulan, apakah Bapak mengizinkan?" tanya Seroja dengan nada suara, yang terdengar penuh harapan.
"Oh ya, tentu saja Bapak mengizinkan Seroja, bahkan Bapak sangat senang sekali. Jadi di rumah ini semakin bertambah ramai, apakah di Jawa Timur kamu meneruskan sekolah hingga kuliah?" tanya Pak Haji Ibrahim lagi.
"Tidak Pak, aku hanya lulus sampai SMA saja, itu pun karena aku memaksa kepada Ibu. Jika tidak juga, aku tidak akan disekolahkan sampai SMA. Karena menurut almarhumah Ibu, sekolah itu tidak penting. Yang penting aku belajar ilmu kesaktian, bersama dengan Ibu saja," tutur Seroja menceritakan.
Mendengar perkataan Putri kembarnya tersebut, Pak Haji Ibrahim hanya tersenyum tipis, dan menggelengkan kepalanya.
"Nyai Ayu Rembulan, ternyata sejak dulu kau belum berubah juga ya. Masih saja menggeluti, ilmu hitam yang menyesatkan itu. Aku sangat kasihan sekali, dengan dirimu Nyai!" gumam Pak Haji Ibrahim di dalam hatinya, dengan dipenuhi rasa bersalah. Karena dirinya merasa tidak mampu, mendidik Mantan istrinya tersebut dulu.
"Ya sudah kalau begitu, nanti kau tinggal bersama Bapak. Akan Bapak sekolahkan di sini, kuliah bersama Rembulan dan juga Aliza. Apakah kau mau Seroja?" tanya Pak Haji Ibrahim menawarkan.
"Tentu saja aku sangat mau sekali Bapak, karena aku sangat suka bersekolah. Dulu juga aku sempat minta kepada Ibu, agar aku meneruskan kuliah. Karena aku banyak melihat teman-temanku, melanjutkan sekolah mereka sampai ke tingkat kejuruan tinggi. Tetapi sama Ibu tidak diizinkan, kata almarhumah Ibu dulu. Seorang perempuan percuma sekolah tinggi-tinggi, nanti juga akhirnya ke dapur. Makanya kalau sekarang Bapak menawarkan aku, untuk melanjutkan kuliah. Aku sangat senang sekali Pak!" sahut Seroja nampak sangat bahagia sekali, dengan tawaran Pak Haji Ibrahim tersebut.
"Syukurlah kalau begitu, Bapak juga sangat senang mendengarnya," jawab Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum lebar.
Bertepatan pada saat itu, Mbok Jum pun kembali datang dari arah dapur. Sambil membawa baki berisikan segelas kopi hangat, sesuai dengan pesanan Pak Haji Ibrahim. Kemudian langsung meletakkan, gelas tersebut di atas meja.
"Silakan diminum Pak Haji, mumpung kopinya masih hangat," ujar Mbok Jum mempersilakan.
Kemudian Pak Haji Ibrahim, langsung mengambil gelas berisikan kopi hangat tersebut, dan langsung meminumnya.
"Selanjutnya bagaimana Pak Haji? Apakah tidak sebaiknya, kita laporkan ke Polisi saja. Mengenai hilangnya Mbak Rembulan, Pak Haji?" tanya Mbok Jum mengusulkan.
Karena Mbok Jum saat ini, sangat menghawatirkan sekali keadaan Rembulan. Sebab bagi Mbok Jum, Rembulan sudah seperti anak kandungnya sendiri. Sejak Rembulan bayi, Mbok Jum yang membantu, mengurus Rembulan hingga dia dewasa.