Silvy menutup teleponnya. Ia serasa bingung sekali.
"Duduklah," ucap Kenand sambil menuntun Silvy untuk duduk.
Kenand pun duduk di sebelah Silvy. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu.
"Sepertinya, Andrea bertengkar dengan suaminya. Aku tak pernah melihat suaminya marah sejak ia Andrea kembali," ucap Silvy.
"Itu watak asli Rendy Wijaya. Kau saja yang tak tahu. Kupikir, Andrea sudah siap akan hal itu. Ternyata, kabur juga," ucap Kenand.
"Setelah kami kembali ke Jayakarta beberapa tahun lalu. Di baik dan lembut kepada Andrea. Apalagi semenjak pernikahan mereka. Aku tak pernah melihat Tuan Rendy malah. Kukira dia akan menerima Andrea sepenuhnya. Tapi ... "
"Kau tak mengerti soal menikah. Terkadang cinta saja tak cukup. Jika kepribadian dan frekuensi mereka tak selaras, lama lama ya, pudar juga yang namanya cinta," ucap Kenand.
"Apa dulu kau begitu?" tanya Silvy.
Kenand menatap ke arah Silvy, dibelainya rambut Silvy yang sebatas bahu itu.