"Aku tak mengerti apa maksudmu," ujar Andrea.
Evans lantas duduk di atas ranjangnya sembari membuka dasi dari kerah kemejanya.
"Aku akan membantumu membalas dendam pada Felix kekasihmu," ujar Evans.
"Hah?" Andrea masih tak mengerti akan maksud Evans.
"Kukira gadis ini pintar. Aku akan membuatmu menjadi seseorang yang kuat. Sehingga kau bisa menghancurkan Felix kekasihmu itu," ujar Evans.
"Aku sudah tak mau peduli lagi pada pria itu. Lagi pula bagaimana caranya membalas dendam padanya," ujar Andrea.
"Kujadikan kau wanitaku, dengan begitu kau bisa menjadi tangguh dan bisa menginjak kepala si Felix itu," ujar Evans.
"Ha, ha, ha." Andrea tertawa meledek Evans.
"Mengapa kau tertawa?'' Evans nampak tak senang dengan ekspresi Andrea yang nampak meremehkannya.
"Apa bedanya kau dengan Rendy? Kalian sama sama ingin menjadikanku wanita kalian? Apa aku sungguh semenarik itu sehingga membuat kalian menginginkanku. aku bahkan tak mengenalmu sama sekali," ujar Andrea.
Evans menghela napas, lantas ia bangkit dari posisi duduknya dan membuka kemejanya.
"A - apa yang kau lakukan? Mengapa kau membuka bajumu sekarang?" ujar Andrea yang mulai takut.
"Aku harus gati baju, kau keberatan? kalau kau keberatan kau boleh keluar, Nona," ujar Evans.
"Tapi kita sedang bicara. Seharusnya kau menghormatiku ketika aku mengajakmu bicara baik baik," ujar Andrea.
"Kalau kau ingin bicara ya silahkan, aku tak melarangmu," ujar Evans.
"Apa rencanamu padaku? Aku tak mengerti. Kau sejak awal mengincarku untuk memata matai kekasihku? Lalu sekarang kau ingin aku membalas dendam padanya. Ada ada dengan dia?" Andrea mencoba meminta penjelasan pada Evans.
"Akan ku jelaskan besok," kata Evans.
"Besok? Kenapa besok? Hari ini kita bertemu dan kau tinggal katakan padaku apapun itu. Aku sudah tak peduli jika itu 9hal terburuk sekalipun," desak Andrea.
"Aku banyak pekerjaan hari ini. Tolong, mengertilah," ujar Evans.
"Tidak! Katakan!" paksa Andrea.
Evans mencoba tak mengindahkan Andrea yang terus memaksanya. Padahal hari ini ia benar benar pusing karena persoalan Rendy.
Ia sudah gegabah muncul di hadapan Rendy secara langsung. Hal ini akan membuat kecurigaan pada Rendy Wijaya. Karena Rendy tak akan menemukan profil Evans dimanapun.
"Tidurlah, ini sudah malam," kata Evans.
"Ini baru jam sembilan. Biasanya aku masih di jalan di waktu ini," ujar Andrea.
"Astaga," gumam Evans yang nampak kesal namun ia tak mau meladeni Andrea.
"Hey Tuan, Tuan," panggil Andrea.
Evans tak bisa menahan kebisingan yang dibuat Andrea. Seketika ia mendorong Andrea ke ranjang dan menindih tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku! Lepaskan!" pekik Andrea.
Evans menahan kedua tangan Andrea yang berusaha meronta. Ditatapnya gadis polos itu. Andrea melotot tajam ke arah Evans.
"Kau pikir aku akan seperti Rendy?" bisik Evans.
"Kau sama saja?" pekik Andrea.
"Tentu saja, aku juga seorang pria," ujar Evans.
"Hentikan! Hentikan!" pekik Andrea.
Evans tak mengindahkan teriakan Andrea dan terus menatap gadis itu.
"Benar juga, apa yang membuat Rendy begitu tergila gila padamu. Kau bahkan tak memiliki tubuh idaman ara pria. Apa jangan jangan Rendy benar benar memiliki perasaan padamu?"
"Apa?" Andrea tak mengerti ucapan Evans itu.
Evans tiba tiba melepaskan Andrea dan meninggalkan kamar itu begitu saja.
"Dia kenapa? Kenapa pria itu aneh sekali?" gumam Andrea geram.
****
Andrea dibangunkan pagi pagi sekali oleh Madam Kim. Entah ada apa namun ia tak bisa mengelak karena para pelayan Evans melucuti pakaiannya dan hendak memandikannya.
"Stop! Aku bisa sendiri!" ujar Andrea saat para pelayan mau masuk bersama Andrea ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Madam Kim meminta Andrea segera sarapan bersama Evans.
"Apa ini?" ujar Andrea heran.
"Jadwalmu," ujar Evans sambil mengunyah makanannya.
"Hah?" Andrea terkekeh sambil melihat kertas di hadapannya.
"Kelas bahasa inggris? Kelas komunukasi? Kelas hukum? Kelas model?" Andrea menoleh ke arah Evans yang sibuk makan makannya sambil membaca berita pada tabnya.
"Kau gila!" pekik Andrea.
"Kau bisa melakukannya satu per satu," ujar Evans.
"Untuk apa semua kelas ini? Untuk apa aku belajar hukum? Untuk apa kelas model?" ujar Andrea tak paham.
"Untuk menjadi wanitaku kau harus setara denganku. Cepatlah habiskan sarapanmu Kita segera berangkat menuju tempatnya," ujar Evans.
"Tempat apa?" tanya Andrea bingung.
"Lakukan saja apa yang kuminta," ujar Evans."ujar Evans.
Evan dan Andrea di depan sebuah gedung yang mirip kastil tua.
"Hah, ini dimana? Aku baru tahu ada tempat seperti ini di negara ini?" gumam Andrea.
"Cepatlah," ujar Evans.
Mereka lantas masuk ke dalam bangunan itu dan Andrea takjub melihat kondosi dalam bangunan itu.
"Ini adalah markasku," ujar Evans.
"Markas?" gumam Andrea.
"Kau akan belajar semuanya di sini," ujar Evans.
"Belajar? Apa? Apa yang kau bicarakan? Aku tak paham," ujar Andrea.
"Kau bukan satu satunya di sini. Ada banyak orang yang kudidik agar bisa menjadi orang hebat," ujar Evans.
"Kau guru? Atau kau? Jangan jangan kau dari agen rahasia, kau ingin menjadikanku target untuk eksperimen ya? Lepaskan aku!"
"Lihatlah orang orang itu? Apa mereka tampak seperti ilmuan? Mereka sama sepertimu biasa saja," ujar Evans sambil menunjuk orang orang yang lewat.
Andra melihat laki laki dan perempuan saling mengobrol dan lewat. Beberapa bahkan tampak bergerombol untuk sekedar mengobrol.
"Kenapa tempat ini mirip sekolah?" ujar Andrea bingung.
"Memang begitu. Tempat ini adalah tempat untuk belajar menjadi manusia handal. Yang kelak akan kutunjuk melakukan tugas tertentu," ujar Evans.
"Tugas apa? Kenapa kau memberi tugas? Siapa kau? Kau musuh negara? Kau mengincar Felix dari awal!" ujar Andrea.
"Musuh negara? Aku bahkan membantu negara ini mendapat suplai dana dari banyak pihak. Kau bilang aku musuh negara. Sudahlah, ikuti aku!" ujar Evans seraya berjalan.
"Hei, kita belum selesai bicara!" ujar Andrea.
Andrea mengikuti Evans menujunke sebuah aula. Di sana ada banyak orang sedang berbaris.
"Apa ini?" ujar Andrea semakin bingung.
Melihat Evans datang seorang pria yang sedang memberikan pengarahan pada barisan pun segera menghampiri Evans.
"Tuan Evans," ujar pria bernama Alex itu.
"Ini kuserahkan padamu," ujar Evans.
Alex menatap ke arah Andrea dari atas sampai bawah. Wanita ini sangat polos, namun telihat cantik sekali.
"Beri dia perkenalan pertama yang baik," ujar Evans.
"Baik Tuan," ujar Alex.
"Masuklah ke barisan," ujar Evans kepada Andrea.
"Untuk apa? Untuk apa aku melakukan semua ini?" ujar Andrea merasa aneh dengan apa yang terjadi di depan matanya.
"Jangan kurang ajar pada Tuan Evans!" bentak Alex.
"Suara Alex membuat Andrea terkejut. Sebenarnya apa ini semua. Ia tak tahu dan merasa Evans menjebaknya lebih gila daripada Rendy.
Next ...