Chereads / Cinta yang terabaikan. / Chapter 1 - Tidak tertolong...

Cinta yang terabaikan.

🇮🇩Anajw0
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 27.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Tidak tertolong...

Lelaki keturunan australia itu berdiri di ambang pintu dapur memandang istrinya yang nampak tidak bersemangat memasak. Melihat begitu buruk suasana hati sang istri ketika dia tiba di rumah, membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa karena dia tau diri suasana hati sang istri yang buruk disebabkan kepulangannya.

Setelah ia mempunyai keberanian pulang. Istrinya mengetahui rahasia yang dia sembunyikan, Najwa menyaksikannya dan itu berhasil membuat ia di timpa rasa sakit.

Gandi Ramadhan, nama lelaki keturunan Australia itu yang kini mencoba melangkah perlahan dan berdiri di samping istrinya yang sedang menggoreng nasi di atas penggorengan.

Melihat suaminya berdiri di sebelahnya, Najwa melirik tidak peduli kemudian tidak lama mematikan kompor, meniriskan nasi goreng ke dua piring yang sudah tersaji di meja makan, walau dia mengabaikan dan enggan membuka pembicaraan lebih dulu dengan suaminya.

Najwa tetap mengurus kebutuhan sang suami termasuk memasak sarapan di pagi hari sebelum Gandi berangkat kerja dari rumahnya.

"Nasi gorengnya pedes gak, yang? " Dan sudah jelas, kalau pertanyaan Gandi tidak akan terjawab. Namun tidak, ternyata Najwa menjawab walau hanya berupa gumaman.

Gandi menarik napas senang, dan berterima kasih dalam hati sebab masih bisa merasakan masakan sang istri tercinta.

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan selain bunyi alat makan yang saling bertabrakan. Tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang biasanya di tanyakan oleh sang istri perihal pekerjaan dan kesehariannya bekerja sebagai penilik paud jika dia sedang mendapat libur dinas, tidak pula topik yang mengarah ke banyak hal random bersama sang istri yang terkadang begitu lucu.

Semua memang sudah berubah sejak tiga bulan lalu dan Gandi sadar semua karena perbuatannya.

Dulu, mungkin akan ada pertanyaan di meja makan seperti ini"Mas selama dinas makan teraturkan?"

Beberapa wejangan ketika dirinya ketahuan merokok lagi,begadang,atau malah suka lupa memberi kabar karena terlalu sibuk.

Serta keluhan akan kebiasaan dirinya yang sulit dihubungi"Mas kalau aku telepon suka gak diangkat! sebal akutuh"

Kemudian akan ia jawab dengan nada penuh godaan sambil mencolek dagu lancipnya"Bilang saja kalau adinda rindu abang?" lirikan aneh akan dilontarkan oleh mata cantiknya kepada Gandi sebelum suara indahnya mengalun tertawa sebab melihat suaminya berlaku tidak seperti biasanya.

"Mas gak usah sok menggoda gitu. Jelek tau." Dan sekarang ia menyadari jika semuanya sudah lebur,tidak tersisa, dihadapannya hanya ada kesunyian dan keterdiaman sang istri yang memakan sarapannya tanpa mau mengangkat wajah sekedar untuk menatap wajah suaminya.

"Em...yang, hari ini kita Jadi ke dokterkan....."

"Mas sampai kapan berada disini?"selanya sebelum sang suami menyelesaikan ucapannya.

Mendengar istrinya menyela saat dia mencoba menanyakan jadwal check up mereka ke dokter kandungan, dia merasa sakit yang teramat dan rasa bersalah. Dia ingin membenturkan kepalanya sendiri ke dinding dapur saat melihat wajah istrinya semakin terlihat murung.

Najwa mencoba mengalihkan pembicaraan tentang jadwal check up ke dokter kandungan untuk melakukan tes darah dan urinnya, sebagai proses mengetahui kesehatan rahimnnya agar mendapatkan momongan, sebenarnya ini adalah pemeriksaan yang kesekian kalinya hanya untuk mendapatkan momongan.

Dia merasa itu sudah tidak berlaku lagi sejak dia mempunyai madu yang kini sudah memberikan keturunan yang di nantikan oleh Gandi dan dirinya selama umur pernikahan mereka.

Dia merasa itu semua hanya membuang-buang uang saja. Toh, enam bulan perencanaan yang dokter kandungan sarankan, tidak kunjung menghasilkan juga, buktinya dia tak juga mendapat kabar bahagia tentang makhluk yang hidup di dalam rahimnya.

Semua sudah tidak sama lagi, dan dia sudah memasrahkan dirinya akan kabar kehamilannya yang tidak kunjung terdengar.

Najwa kembali bertanya"Mas, aku tadi nanya. Sampai kapan mas disini?"

"Kamu bertanya atau mengusir mas dari rumah?"

Najwa menghentikan suapan nasinya saat mendengar pertanyaan yang di ajukan suaminya.

Percuma! ungkapnya dalam hati. Moodnya semakin buruk saja, sumpah, bukan maksud menjadi istri kurang ajar yang mengisyaratkan suaminya untuk jangan berlama-lama di rumahnya ralat-rumah mereka berdua- untuk saat ini saja.

Najwa tengah enggan bertatap muka apalagi berbicara dengan suaminya, ia masih di rundung kecewa dan rasa sakit yang teramat lara sampai keulu hatinya. Melainkan ia benci mengakuinya.

Jangan sampai emosi mengambil alih akal sehatnya saat sedang berhadapan dengan suaminya dan malah mengucap kata cerai tanpa pikir panjang.

Dia tidak ingin mengambil pilihan dalam balutan emosi, dia perlu memilah kembali hati baru ia menjatuhkan pilihan paling tepat untuknya.

Najwa berdiri dan membawa piringnya yang masih menyisakan setengah nasi gorengnya kearah washtafel untuk di cuci. Melihat istrinya beranjak tanpa menjawab pertanyaanya dia menghela napas, kepalanya serasa mau pecah apalagi dengan banyaknya tugas menjelang turunnya BOP' (bantuan operasional) paud dan insentif' bagi para guru paud di kecamatan kibin.

Banyak dari beberapa Tk, paud dan kober mengisi data yang salah dan perlu revisi sampai benar baru semua berkas di ajukan ke dinas untuk pencairannya. Sedangkan dari pihak dinas selalu memberi tahukan beberapa berkas tambahan secara mendadak.

Di tambah dengan persoalan rumah tangganya, Gandi sungguh di rundung lelah bukan main. Ia ingin memaki dan memukul sesuatu untuk melampiaskan emosinya yang tidak terbendung bercokol dalam dada dan rasanya panas sampai ke ubun-ubun kepalanya.

*****

Seminggu sudah berlalu pasca pertanyaan soal jadwal check up ke dokter kandungan keduanya semakin jauh dan terasa asing seperti saat pertama keduanya belum saling mengenal dekat.

Najwa memejamkan matanya saat mendengar suara kendaraan suaminya yang memasuki garasi rumah, dan Najwa tidak tau ini sudah pukul berapa yang dia tau ini tengah malam sejak pagi tadi dia mendengar suaminya berbicara pada orang di telepon yang ia yakini adalah madunya.

Menanyakan kepulangan suaminya kerumah madunya dan di jawab oleh suaminya jika ia masih butuh waktu untuk menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan Najwa.

Jadi suaminya menempuh waktu dua jama lebih kerumah milik mereka ke kantor Gandi di tempatkan sebagai penilik.

Mendengar pintu kamarnya di buka Najwa segera memejamkan matanya erat-erat, menahan buliran air matanya tanpa ia sadari sudah membasahi bantal yang ia tiduri.

Dia sedang meratap akibat lara yang mendera, memikirkan kenapa hal seperti bisa terjadi. Kesalahan apa sampai membuat suaminya berpaling meninggalkan dirinya, apa kurangnya selama ini. Apa karena pernikahan mereka ada dari kesalahan keduanya di masa muda?.

Ranjangnya bergoyang dan Najwa merasakan hembusan napas panas bersama pelukan erat suaminya pada tubuhnya, napasnya memburu.

"Najwa aku merindukan kedekatan kita. Tolong izinkan mas untuk menyentuh kamu, mas mohon"

Najwa diam bak patung tanpa mau membalas kecupan-kecupan yang datang dari bibir basah suaminya, dia hanya diam saja membiarkan suaminya melakukan apa yang dia mau seperti yang sudah-sudah.

Membiarkan saja suaminya bekerja sendiri, menghindu harum dan menaruh indra penciumannya di lehernya, meskipun Najwa hanya diam saja tidak menanggapi. Najwa diam, ada yang mengganjal dalam hati yang membuat ia sulit membalas cumbuan suaminya yang bergairah.

Saat ia terus mengalihkan wajahnya dari hadapan sang suami yang sedang terengah-engah mendorong tubuhnya semakin dalam padanya ia tidak mau melihat wajah suaminya, ada rasa muak dan enggan melihat Gandi mencari pelepasannya, semakin bergerak dengan tempo yang lebih cepat.

Bagaikan kaset rusak, bayangan-bayangan tidak patut hilir mudik dalam kepalanya tentang suaminya yang juga bercinta dengan wanita lain. Air matanya mengalir begitu saja ketika suaminya melepaskan diri dan menempelkan wajahnya kelehernya lalu menghindu harumnya dengan rakus, memeluk tubuh Najwa dengan lengan yang dulu terasa nyaman dan aman.

Najwa berbalik memunggungi suaminya, menolak pelukan sehabis percintaan mereka. Seolah-olah semua yang baru saja terjadi hanya kesan kebutuhan sepihak saja, namun nyatanya begitu. Najwa tidak menikmatinya sama sekali dan kini ia hanya bisa memejam dengan sebulir air mata yang mengalir sampai kegelapan menemuinya.

Cukup lelah sebab seharian ini dia masih memikirkan pesan dari nomor baru yang meminta agar suaminya segera pulang kerumah keduanya.

Di sisi lain, Gandi tetap memaksa memeluk sang istri yang memunggunginya karena mereka berdua adalah dua manusia yang terikat dalam pernikahan karena cinta, mereka suami istri bukan partner sex yang setelah mendapat kepuasaanya mereka akan biasa saja.

Gandi menyadari jika dia semakin menjadi brengsek ketika merasakan guncangan halus dari kedua pundak sang istri yang menangis, namun syukurlah tidak beberapa lama kemudian ia mendengar suara napas teraturnya Gandi bisa menebak jika sang istri sudah tertidur.

Dia tahu ini hanya memuaskan dirinya sendiri, lantaran selama percintaan mereka Najwa tidak membalas atau menanggapi cumbuan serta sentuhannya. Istrinya bak patung asing dan dingin, sejujurnya diapun tidak menikmati ataupun merasakan puas sepihak dalam percintaan mereka.

Ia merasa bersalah, sebab dia hanya sedang di rundung murka sehabis bekerja karena banyak para operator paud yang terus komplain akan kebijakan-kebijakan baru dari dinas pendidikan mengharuskan mereka merombak isi berkas BOP dan insentif yang seharusnya dana uang keduanya sudah cair di bulan ini.

kepalanya menjadi panas akan emosi yang terkumpul tidak dapat ia keluarkan, dan ia butuh pelepasan untuk membuang kepulan api emosi dalam kepalanya. Ia perlu melepas dopamin yang dapat membuat emosionalnya naik-turun.

Dengan napas berat Gandi mengeratkan pelukannya dan mencium kepala sang istri dengan rasa rindu yang terasa sesak di dadanya, sebab istrinya yang manis dan perhatian telah lenyap bersama kesalahannya yang berhasil menghancurkan kepingan hati istrinya yang rapuh. Sampai akhinya ia pun ikut tertidur setelah lelah menerka lalu bergumam lirih.

"Maaf...maafin aku"

Bahkan tadi, ketika ia mendapatkan puncak kenimatannya dan memeluk tubuh istrinya erat yang memilih memalingkan wajahnya enggan menikmati percintaan mereka seperti biasa melukai egonya. Brengseknya ia masih memikirkan hal itu sampai meluluh lantakkan emosinya kedasar ketika mendapatkan kepuasannya tetapi juga merasa kehilangan di saat bersamaan.

[1] BOP' (Bantuan operasional pendidikan) adalah prorgram pemerintah untuk membantu biaya operasional lembaga sekolah paud,taman kanak-kanak(TK) dan kober.

[2] INSENTIF' adalah bentuk finansial Karyawan sebagai balas jasa.

***************

Bersambung...

Tolong kasih tau aku dengan cara yang baik dan tidak berkata kasar jika ada kesalahan dalam penulisanku tentang penilik paud dan operator paud .

BAY BAYYY...