Chereads / Cinta yang terabaikan. / Chapter 2 - Kekuatannya untuk bertahan.

Chapter 2 - Kekuatannya untuk bertahan.

Suaminya telah pergi dari dua jam yang lalu dan di waktu itu dia manfaatkan untuk menyiapkan keperluannya mengunjungi seseorang yang tiga tahun ini telah menjadi jantung dalam hidupnya, walau sulit baginya membawa mereka hadir di hadapan keluarganya apalagi keluarga suaminya.

Tapi entah kenapa, mungkin dia akan nekat untuk kali ini. Dia tidak perlu memikirkan perasaan suaminya lagi, dia akan membawa keduanya untuk balas dendam pada Gandi.

Najwa memasukkan beberapa pakaiannya untuk dua hari kedepan, beruntung suaminya pergi di hari jumat karena Sabtu dan minggu adalah hari liburnya.

Selesai mengepak barang-barang yang ia bawa, Najwa kembali berjalan menuju dapur untuk merapikan masakan yang akan ia bawa, makanan sehat penuh protein yang tentunya memberikan gizi yang baik bagi pertumbuhan anak.

Memasukkan taperwer ke dalam tas kemudian membawanya keluar teras dan kembali masuk kedalam untuk mengambil koper berisi pakaiannya.

"Bu guru mau kemana bu? " Tetangga penasaran yang melihat gelagat Najwa membawa koper memulai aksinya.

Begitu pula panggilan yang sudah jadi kebiasaan para tetangga dan beberapa wali murid yang anaknya di sekolahkan di paud miliknya. Mereka biasa memanggil nya dengan sebutan bu guru.

Begitu pula dengan sang suami, yang pernah mengajar sebagai guru bahasa inggris di sekolah menengah pertama sebelum beralih menjabat sebagai penilik paud kecamatan.

"Oh, ini bu. Saya mau pulang kerumah orang tua saya" Najwa jawab sekenanya saja.

"Ohh kunjungan pulang ya bu, buat setor muka, " Bu Ita, tetangganya itu lalu tertawa dan berjalan mendekati pagar rumahnya "dulu semasa pasutri saya juga gitu kok, setor muka eh!!— kok setor muka ya. Bu guru mau kerumah mertua apa orang tua kandung?"

"Mau kerumah orang tua saya bu" Najwa menjawab sambil terkekeh, memang dasar Bu Ita ini terkadang suka gak nyambung, mengapa meranah ke pasutri sedangkan dia sudah hampir enam tahun menikah. Tidak dapat disebut pasutri lagi.

"Owalah... maaf bu, ternyata saya salah dengar toh. Saya kira mau setor muka ke rumah mertua gitu, ternyata ke rumah orang tua sendiri hihihi"

Najwa tertawa lucu melihat tingkah Bu Ita yang menepok jidatnya sambil meringis malu ketika tak lama setelah bu Ita menanyakannya beliau berjalan masuk kedalam rumah.

Mobil yang ia pesan melalui aplikasi online juga sudah sampai di depan rumahnya kemudian membantunya memasukkan koper dan tas berisi makanan kedalam bagasi mobil.

___

"Ibu ke panti asuhan mau bagi-bagi pakaian ya bu? " Supir di depannya akhirnya berani menanyakan apa yang sejak tadi ada di dalam kepalanya ketika mobil hanya di isi dengan kebisuan.

"Oh, iya pak. Memangnya kenapa pak?"

"Oh ndak... Saya cuma nanya doang, soalnya ibu bawa koper yang cukup berat hehe, terus tujuan ibu ke panti asuhan. Yooo... pasti saya mikir ibu mau bagi rezeki ke panti asuhan" ucap supir itu sambil sedikit tertawa di sela ucapannya.

"Iya pak, bapak kalau mau donasi juga bisa kok. Saya salah satu penanggung jawabnya juga pak, bapak bisa hubungi nomor saya ini untuk donasi pakaian, sepatu, kebutuhan sehari-sehari. Apa aja pak, asalkan jangan yang bekas " Najwa menjelaskan sambil mencoba menarik simpati.

"Lahhh... ternyata ibu juga ketua donasi gitu bu di panti asuhan? "

"Iya, bisa di sebut begitu. Jadi gimana pak, mau ikut sedekah juga tidak?"

"Wah... boleh bu, boleh nanti saya ajak teman supir saya juga untuk ikut donasikan mumpung saya juga ada rezeki nomplok bu. Hitung-hitung bekal jadi pahala"

"Alhamdulillah pak, makasih banyak kalau begitu pak. Pak bisa berhenti ke market yang di lewatin setelah belokan ini dulu pak?"

"Tentu bisa bu, memangnya ibu mau beli apa?" Supir itu kembali bertanya dan Najwa tertawa sambil menjawab berpura-pura kesal.

"Ternyata bapak ini punya dua profesi ya, selain jadi supir ternyata bapak juga suka banyak tanya" Najwa kemudian turun saat supir online berhenti di depan parkiran market.

"Oh walah bu... Maaf maaf hehehe, saya kalau udah ngobrol suka lupa diri bu"

___

Najwa membawa barang-barangnya masuk ke gerbang dan kembali untuk membayar mobil online sampai sang supir mengintrupsinya.

"Gak usah bu, ini bu saya ikut sedekah dua ratus ribu. Jadi sekalian di tambah sama uang bayaran dari ibu, total tiga ratus lima puluh. Biar anak-anak panti bisa seneng hari ini dapet rezeki tambahan. Yaudah bu sebelum saya banyak omong lagi, saya permisi bu. Assalamualaikum " Supir online itu berbalik dan bergegeas masuk kedalam mobil.

"Walaikumsalam. Makasih banyak pak, semoga hari ini berkah ya pak."

Najwa tersenyum kemudian berbalik dengan bahagia, dan ketika melihat barang bawaannya di tambah dengan cemilan-cemilan yang baru saja tadi ia bawa untuk anak panti, Najwa mendesah. Ia lupa kalau barangnya sangat banyak tidak mungkin ia membawanya sendiri jadi ia akan menghubungi ibu panti dan membawa serta merta beberapa remaja di panti.

"Halo bu... Assalamualaikum, bu bisa tolong ke gerbang panti bantu bawakan barang-barang dan cemilan yang baru aku beli. Sekalian ajak Doni sama Asep ya bu."

"Iya bu, Najwa sekarang menginap dua hari disini, kalau gitu. Bawa Sekalian saja bu kesini ketimbang rewel biar mereka percaya." Najwa menutup telepon dan menunggu dengan berdebar.

Padahal dia sudah terhitung sering datang berkunjung dan menginap, tapi entah kenapa saat ini jantungnya berdebar karena sebulan lamanya dia benar-benar tidak datang untuk berkunjung. Sampai akhirnya terdengar teriakan cempreng dari suara anak laki-laki dan perempuan yang berlari kearahnya dengan wajah senang.

Melihat kedua anak itu Najwa tersenyum senang dan juga merasa sedih, kenapa waktu begitu cepat membuat mereka besar.

"Mamah.... " Anak perempuan itu lebih dulu menubruknya dengan pelukan erat sarat akan rindu yang tidak terelakan kemudian datang isakan tidak lama setelah itu.

"Mamah, kenapa baru datang? " Pertanyaan pertama dari anak laki-laki yang juga memeluknya begitu erat sambil menenggelamkan wajahnya di paha Najwa.

Di belakangnya datang perempuan paruh baya dan dua anak laki-laki bongsor yang menyaksikan penuh haru ketiga orang yang kini saling memeluk dan menangis saling menghantarkan rasa rindu, ikatan antara orang tua dan anak yang begitu kuat walau keduanya bukanlah sedarah.

******

Bersambung...

Bay bayyyy.