Perempuan selalu ingin jadi yang pertama dan satu-satunya, kebanyakan seperti itu.
Bisa dikatakan tidak ada istri manapun yang rela dimadu. Jika memang ada, Katakan, bagaimana perasaan diawal ia mengetahuinya?
Tidak ada yang rela untuk diduakan, hanya karena terpaksa mereka berdamai dengan hati. Membuat kompromi dan memaafkan untuk mempermudah jalan titik temu. Dan melepas belenggu jiwa dari rasa sakit. Kemudian ikhlas pun mereka dapat, ketenangan mereka genggam di balik status istri pertama yang sering dilupakan suaminya yang condong pada istri kedua.
Gandi harus memilih. Pilihan paling sulit dalam hidupnya, dan dia benci akan dua opsi yang saling menyakiti ini.
"Allah memang membolehkan poligami, bukan berarti harus dijalankan."
___
.
.
.
Ini menyakitinya tanpa bisa di cegah apalagi di terima secara lapang dada, semuanya terlalu mendadak walau dia sudah Pernah memikirkan kemungkinan ini dan akan mencoba ikhlas. Namun ternyata tidak bisa dan tidak akan.
Najwa berdiri berurai air mata mengingat hal itu. Sedang Gandi-suaminya-mencoba kembali berucap gamang.
"Najwa... Aku bisa jelaskan ini-" Gandi berusaha mendekati istrinya yang berdiri didekat pintu kamar mereka, perempuan itu menangis sesegukan.
Jantungnya terasa seperti di remas saat melihat Najwa-istrinya-menangis saat ia mengatakan kebenaran yang selama setahun ini ia tutupi.
"Diam mas!! Kumohon diam. Aku tau aku wanita mandul! Aku tau, aku bukan wanita sempurna karena belum memberi kamu keturunan. Itu juga alasan kamu mencari kebahagiaan hina dengan perempuan lain yang dapat memberikan kamu keturunan-" wanita itu kembali menangis dengan isak tangis yang tidak di tutupi atas luka hati yang ia terima.
"Najwa... Jangan bicara seperti itu. Dokter berkata semua baik-baik saja. Aku dan kamu sehat, kamu tidak mandul sayang... " Gandi meralat dan mencoba mencari kata demi kata agar tidak semakin melukai harga diri istrinya dengan topik sensitif ini.
Najwa mencoba menghentikan tangisannya, namun tak bisa. Entah kenapa air matanya terus mengalir deras tanpa bisa ia hentikan, hatinya, jiwanya dan raganya tercabik tidak berdaia. Kenyataan yang suaminya akui begitu memukul kuat dirinya yang tengah di rundung cemas karena tak kunjung mengandung setelah hampir enam tahun pernikahannya.
Najwa kini memandang Gandi yang berdiri satu meter dihapadannya penuh luka lalu melanjutkan kalimatnya yang terputus karena tangisnya.
"Itu alasannya, ketika aku tau kamu menyembunyikan pernikahan keduamu!! Kamu selingkuh mas!! Dengan perselingkuhanmu itu sudah cukup membuat aku tidak layak untuk kamu! Tidak ada alasan lain selain itu, kepalaku sudah menjurus kesana. A-aku... Aku gak tau mas... Rasanya semua ini..."
Najwa mengambil langkah mundur dan menarik napas dalam-dalam ketika dirasa ada duri tajam di dadanya ketika menarik napas"A-Aku cape, cape sama orangtua kamu, cape dengan semua orang yang menodongku tentang kehamilanku, menyalahkanku karena tidak becus menjadi seorang istri dan aku dikatai wanita tidak subur.... aku cape mas. Tolong ceraikan aku saja, aku mohon!"