"Kamu takut melihat darah?"
"Hah? Kenapa kamu bisa tahu?"
"Sejak tadi, tanganmu gemetar. Wajahmu berkeringat dan aku yakin bukan karena gugup berada di bawah pesonaku," jawab Andika berkelakar.
"Iya. Aku memang takut dengan darah," jawab Ve sambil merapikan obat-obatan ke dalam kotak.
"Apa yang menjadi alasannya?"
"Aku tidak ingin membicarakannya."
"Baiklah. Kita tidak perlu bicarakan hal itu. Angkat kakimu!"
Gadis itu mengernyit. Ve memakai rok mini dan laki-laki itu memintanya mengangkat kaki. Itu sama saja dengan menunjukkan sesuatu di dalam rok kepada Andika.
"Aku tahu pikiranmu kemana. Tapi, aku tidak akan melakukan hal yang kamu inginkan. Aku hanya ingin memijat pergelangan kakimu," ujarnya. Seolah Ve sedang mengharapkan Andika melakukan hal intim dengannya.
'Kenapa, jadi aku yang terlihat mesum?'
Ve mencari kain untuk menutupi pahanya. Karena tidak menemukan kain, Ve mengambil jas milik Andika yang tergeletak di sofa. Ve duduk meluruskan kaki di atas sofa, lalu menutupi pahanya menggunakan jas milik sang bos.
"Lain kali, kamu harus sedikit waspada. Bagaimana bisa, gadis bar-bar sepertimu, jatuh ke dalam perangkap laki-laki mesum seperti itu?"
Andika memijat kaki Ve sambil terus mengomel. Laki-laki itu sangat panik saat mendengar Ve pergi ke gudang, sedangkan Ve tidak semestinya mengerjakan tugas di gudang. Beruntung, Andika datang tepat waktu. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi?
"Aku sudah bersiap memukulnya, tapi kau datang memukulnya lebih dulu. Ya, sudah. Aku simpan kembali tenagaku," jawab Ve dengan percaya diri.
Mata laki-laki itu menatap tajam. Andika ketakutan setengah mati, tapi Ve masih bisa bicara begitu tenang. Laki-laki itu marah, lalu mendorong Ve hingga berbaring.
"Apa yang kau lakukan? Minggir!" Ve mendorong tubuh Andika yang mengimpitnya. Namun, gadis itu tidak memiliki kemampuan untuk melawan.
"Kau bilang, kau bisa menyelamatkan diri dari laki-laki tadi, bukan? Bagaimana aku bisa percaya? Mendorongku saja kau tidak mampu," cibir Andika yang kesal dengan kepercayaan diri Ve. Percaya diri memang bagus, tapi di depan bahaya, rasa percaya diri itu tidak berguna. Yang berguna adalah cara membela diri.
"Itu … aku~"
Ve mengaku salah. Andika begitu mengkhawatirkannya, tapi gadis itu bersikap seolah tidak membutuhkan bantuan dari kekasihnya. Laki-laki mana yang tidak kesal, jika usahanya seakan tidak dihargai? Tentu tidak ada.
Cup!
Andika mengecup kening kekasihnya. Namun, laki-laki itu tidak ingin beranjak turun dari tubuh Ve. Suasana sangat canggung, tapi Andika justru terlihat senang melihat wajah Ve tersipu.
"Aku tahu, aku salah. Bangunlah! Aku merasa se~" Ve membelalakan mata saat Andika mengecup bibirnya. Permainan bibir laki-laki itu lebih lincah dibanding pertama kali mereka melakukannya.
Ve mencengkeram bahu kekar laki-laki itu saat kecupan itu turun ke leher. Bahkan, tangan Andika mulai menyentuh benda kenyal kembar dari luar baju yang dipakai Ve. Gadis itu tidak ingin dipergoki Jay atau pegawai lain.
Dan, benar saja. Jay masuk ke ruangan itu, membuat kedua insan yang sedang bertumpang tindih itu terkejut. Ve mendorong tubuh Andika, hingga laki-laki itu terjatuh ke lantai.
"Tuan hati-hati!" Jay memekik saat melihat tubuh presiden direktur PT. Ozla itu melayang.
Bruk!
"Ah! Sshh …. Jahat sekali wanita ini! Aku sudah menolongmu, tapi kamu malah ingin mencelakaiku," gerutu Andika sambil bangun dan mengusap sikut yang tadi membentur lantai.
"Ma … maaf." Ve segera bangun dan keluar dari ruangan dengan langkah kaki yang pincang.
Andika dibuat badmood oleh sang asisten. Jay masuk karena harus melaporkan kasus pelecehan pegawai toko. Namun, laki-laki itu masuk di saat yang kurang tepat.
"Kau tahu kapan waktu yang tepat untuk menggangguku," keluh Andika sambil merapikan pakaiannya. Lengan bajunya kusut akibat cengkeraman tangan Ve.
"Maaf, Tuan. Saya ingin melaporkan. Laki-laki tadi bernama Husen, pegawai di toko buku. Karena terlalu sering membaca novel kriminal, dia terobsesi menjadi tokoh yang sama seperti di dalam novel.
"Selain nona Ve, masih ada beberapa korban yang pernah dilecehkan oleh Husen. Mereka ikut membuat laporan saat Husen ditangkap."
"Hah, mereka mempekerjakan orang dengan sembarangan. Hampir saja, Ve ikut menjadi korban laki-laki brengsek itu," geram Andika saat mengingat Ve berada di bawah tubuh Husen. Rasanya, Andika ingin merobek dada laki-laki itu dan mengambil jantungnya.
Kemarahan Andika dapat membuat bulu kuduk Jay berdiri. Meskipun laki-laki, tapi saat melihat bosnya marah, Jay ketakutan. Karena Andika memang sangat anti dengan kejahatan.
***
Ve pergi ke kamar mandi untuk mengganti baju. Walaupun sudah lebih dari sebulan ia bekerja dengan pakaian Itu, ia masih tidak nyaman dengan pakaian kantor yang menunjukkan pahanya. Belum lagi sepatu hak tinggi yang membuat kakinya pegal setelah memakainya seharian.
Andika sudah menunggu gadis itu di depan pintu masuk toilet. Ve terperanjat ketika mereka bertabrakan. Lebih tepatnya, Andika sengaja menghadang di depan Ve sehingga gadis itu menabraknya.
"Pak Andika! Anda sedang apa di depan pintu toilet?"
"Menunggumu. Memangnya mau apa lagi? Aku khawatir denganmu. Mulai hari ini, aku akan mengantar jemput kamu."
'Dia ingin mengantar jemput aku? Seorang Andika Ozla, presiden direktur mall terbesar dan terlengkap, berhati dingin, ingin meluangkan waktunya untuk mengantar jemput aku sendiri? Aku tidak sedang bermimpi, 'kan?'
"Ayo jalan!"
Andika menggandeng tangan gadis itu sampai mereka tiba di parkiran. Ve yang sudah mengganti baju dan menghapus riasan di wajahnya, tidak dikenali oleh karyawan lain. Mereka berbisik-bisik penasaran tentang gadis yang sudah meluluhkan bos mereka.
Laki-laki itu membukakan pintu mobil untuk Ve, lalu berkata, "Masuklah!"
"Terima kasih," ucap Ve sambil melirik sekeliling.
Ada petugas yang menjaga parkiran, tapi laki-laki itu tidak mengenali Ve. Gadis itu bisa berjalan dengan leluasa bersama kekasihnya. Menggunakan penampilan Ve sebagai sekretaris terlalu mencolok di mata karyawan. Bisa jadi, mereka menuduh Ve merayu atasannya.
Dengan wajah asli Ve, mereka tidak membicarakan hal buruk. Ve hanya mendengar mereka berkasak-kusuk, bahwa akhirnya bos mereka tidak lagi jomlo. Gadis itu tersenyum geli mendengar celotehan mereka.
"Kenapa tersenyum?"
"Tidak. Aku merasa lucu saja. Mereka tidak mengenalku dengan penampilan tomboy seperti ini, tapi yang lebih lucu lagi mereka seperti bersyukur kamu punya pacar," jawab Ve sambil menahan senyum.
"Yah, mereka bersyukur karena ternyata aku menyukai perempuan. Mereka menjuluki aku sebagai gay, karena aku tidak pernah dekat dengan wanita."
Seketika itu juga tawa Ve pecah. Ia ingat seperti apa galaknya laki-laki itu kepadanya. Tidak heran, ia terus mengganti sekretaris. Mereka mengundurkan diri karena takut. Apalagi, mereka selalu merumorkan bahwa mereka adalah kekasih Andika, membuat sang bos marah, dan memecat mereka.
Bagi yang tidak tahu, Andika dicap sebagai playboy. Tapi, bagi mereka yang tahu kejadian sebenarnya, justru merasa takut karena berpikir Andika tidak menyukai wanita, dan lebih menyukai pria. Itu karena hubungannya dengan Jay terlihat lebih dari sekedar asisten dan atasan.
*BERSAMBUNG*