Sudah hampir satu jam lamanya, Nakula menemani Jane menangis. Hingga detik ini pula, dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bukan membiarkan begitu saja, Nakula hanya mengedepankan rasa nyaman pada diri Jane dahulu. Bukan pula ada niatan tersembunyi dari aksi peluk-peluk yang Jane lakukan. Nakula hanya merasa Jane lebih butuh banyak ketenangan.
"Kau habiskan dahulu tehnya. Tidak perlu cerita saat ini, tenangkan dahulu dirimu."
Jane justru semakin sesegukan. Dia memeluk Nakula kembali. Lebih erat dari sebelumnya.
"Aku harus bagaimana Nakula. Mamaku ...."
Jane lagi-lagi tidak meneruskan perkataannya. Bola matanya sudah sangat panas. Lelah menangis yang bahkan dia tidak tahu menahu perasaan si empunya.
"Tenang dahulu. Kau bisa cerita jika kau tenang. Karena aku tidak bisa atau tidak mau menebaknya."
Jane mengendurkan pelukan. Dia menunduk karena malu terhadap Nakula. Sekarang tidak bisa menghindar lagi. Tatapan tulus dan iba dari Nakula membuatnya luluh.