"Tapi ngomong-ngomong sebenarnya Andri ke mana?"
***
"Maya, kapan aku dibolehkan pulang? Aku harus mengurus perusahaan. Bisa bangkrut jika aku berlama-lama di sini.
Perempuan itu melirik galak pada pria yang baru saja mengeluh dengannya. Seakan tatapan mata bisa berbicara jika tidak ada toleransi lagi untuknya.
"Mengapa Mas? Apa kau tidak rindu padaku?" ucapnya dengan suara yang manja. Tapi tidak mengurangi kegalakkan yang dia perlihatkan.
"Tentu saja aku selalu merindukanmu. Hanya saja, kau tahulah. Brisia baru saja dimakamkan. Tidak elok jika aku pergi lama sekali. Aku harus hadir menerima ucapan duka dari berbagai kolega bisnis."
Perempuan itu berdiri. Kakinya dihentakkan ke lantai. Sekali lagi menatap wajah pria di depannya dengan bengis. Lantas meninggalkan mematung begitu saja.
"Maya!"
Yang dipanggil tidak memperdulikan seberapa keras pria itu bersuara. Dia tetap dengan egonya tidak menanggapi suara itu.
"Astaga!"