"Kau tidak seharusnya mengantarku, Nakula. Aku akan senang jika bisa pulang sendiri."
Jane masih menolak untuk diantarkan Nakula. Meski saat ini mereka sudah mengantri masuk ke dalam pesawat.
"Kau benar-benar ingin memberikan citra pemuda brengsek pada diriku ya. Buruk sekali aku di matamu," ucap Nakula yang merasa keberatan dengan tingkah laku Jane.
"Ya memang kenyataan kan."
Jane menjawab santai. Dia tidak mau memperhatikan Nakula. Meski sialnya, pemuda itu berpenampilan begitu tampan. Tidak heran para awak pesawat yang berjenis kelamin perempuan betah lama-lama memandangnya.
Tapi tampaknya Nakula tidak peduli. Dia hanya memandang satu nama sejak tadi. Gadis di sampingnya yang hari ini begitu dingin memperlakukannya.
"Padahal kita sudah satu ranjang bersama. Berbagi selimut, saling mengisap bibir satu sama lain. Lalu kau mempermasalahkan—"