Chereads / Dear Adam (Indonesia) / Chapter 32 - Kehangatan

Chapter 32 - Kehangatan

Di Jakarta, Mawar terlihat sangat murung sekali. Bahkan dia memikirkan sosok Rumi yang telah berubah terhadap dia.

" Kamu kenapa bete seperti itu? "Tanya Bella menatap Mawar.

Mawar juga kepikiran tentang hak asuh dari Farhan. Dia tidak ingin jika Farhan diambil ahli oleh keluarga Adrian. Dia juga tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarga Adrian termasuk Rendra.

"Apa kamu masih memikirkan soal hak asuh Farhan yang akan diambil ahli oleh si brengsek itu? "

Mawar hanya bisa menghela nafas dengan sangat berat sekali karena dia merasa jika Adrian adalah sosok orang terpandang di Jakarta. Bahkan tidak jarang orang yang mengenal keluarga dari Adrian. Namun dia tidak ingin sama sekali Jika hak asuh Farhan jatuh ke tangan Adrian.

Sejenak suasana menjadi sangat hening sekali setelah perbincangan mengenai Hak asuh dari Farhan. Mawar akan melakukan hal agar bisa mempertahankan hak asuh anaknya. Dia tidak ingin jika Adrian mengambil paksa Farhan darinya.

*

Di sebuah Pengadilan Agama Adrian telah menggugat Sekar karena dia ingin sekali menikahi Mawar. Di sisi lain Mawar mampu memberikan Dia seorang keturunan sementara sekarang tidak dapat melakukan semua itu.

Sekar menerima apa pun yang diinginkan oleh Adrian. Dia cukup tahu diri tentang siapa dirinya sebenarnya. Dia juga tidak ingin dimadu oleh Adrian. Dia memilih untuk diceraikan dibandingkan harus hidup berbagi suami.

Adrian segera pergi ke apartemen Mawar yang ada di Jakarta. Dia akan menunjukkan bukti akta perceraiannya dengan Sekar. Dia hanya ingin segera menikah dengan Mawar lalu memiliki keluarga yang utuh.

Adrian mulai menyalakan mesin mobilnya yang langsung melaju menuju ke apartemen Mawar. Dia berharap Mawar mau menerimanya Karena jika tidak maka dia akan mengajukan sebuah tuntutan tentang Hak asuh anak.

*

Pagi ini Khadijah sudah boleh pulang ke rumah. Terlihat Ayass sudah mengurus beberapa berkas-berkas kepulangan dari Khadijah.

Senyuman terpancarkan bagaikan matahari yang terbit dan bisa menghangatkan siapa saja.

"Kamu sudah dibilangin kalau makan jangan telat! Kalau kamu sakit seperti ini maka orang-orang terdekatmu yang jadi khawatir." Tutur dari Hasan sambil menatap kedua mata dari Khadijah. "Kalau begini kamu sama saja menyusahkan banyak orang. Aku sudah bilang sama kamu kalau sebaiknya jaga kesehatan dan jangan lupa makan secara teratur."

"Aduh. Kamu kenapa bawel terus. Lama-lama kamu kayak ibu yang selalu saja bawelnya tidak habis-habis. "

"Bukannya aku bawel sama kamu tapi banyak orang yang menjadi susah. Belum lagi kondisi ibu yang masih belum membaik. Jadi aku mohon sama kamu sebaiknya kalau makan harus teratur. Jangan pernah menyepelekan sebuah penyakit karena kalau menumpuk pasti kamu sendiri lah yang bakalan susah."

"Kamu benar sekali Hasan. Tapi percuma saja kamu memberikan nasehat untuk kembaranmu yang sangat keras kepala ini. " kata Ridwan yang baru saja datang.

" Udahlah kamu pulang saja karena aku tidak butuh kamu Ridwan. Kamu di sini malah bikin aku tambah kram otak. "

*

Pov Khadijah

Sebuah malam mengisyaratkan tentang sebuah perasaan yang tidak dapat aku ucapkan sama sekali. Sepucuk Surat mulai aku terbangkan dalam sebuah rindu-rindu yang berserakan dalam hati. Di dekatmu aku merasakan sebuah getaran cinta. Bahkan namamu selalu saja terukir indah dalam setiap doa-doa ku.

Mengenalmu aku merasakan sesuatu yang membuat jatuh dan cinta dalam sebuah perasaan dari dalam lubuk hatiku terdalam. Mungkinkah kita bisa lebih dari sebatas teman menjadi Kekasih Halal?

Bagiku kamu adalah seorang Adam yang kunantikan. Karena aku hanya ingin menjadi seorang hamba yang selalu mencintai Adamnya.

Setiap hari aku selalu menyempatkan diri untuk sekedar menulis buku catatan untuk dia yang aku cintai.

Aku hanya bisa menghela nafas ku begitu sangat berat sekali. Namun aku percaya jika kata suatu saat nanti pasti akan terjadi dalam sebuah takdir yang direstui oleh Allah Semata.

*

Pov Rumi.

"Rum, ayo kita makan bersama,"ajak Adnan.

"Iya, ayah,"sahutku dari dalam kamar. Aku baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang sedang menumpuk.

Nasi dan telur ceplok yang kini telah disiapkan oleh ayahku. Keluhku sudah tidak berarti, bahagiaku hanya bersama dengan ayahku.

Keluargaku adalah ayahku, seburuk apapun penilaian dunia terhadap beliau, dia tetap ayahku yang ku rindukan. Bahkan, semesta membencinya aku akan tetap mencintainya.

Ku duduk sambil makin bersama ayahku dalam beberapa minggu ini.

"Rumi, maafkan ayahmu ini,"ucap Adnan dalam nada menyesal.

Aku menatap ayahku, lalu ku selipkan sedikit senyuman,"Ayah, aku tidak pernah membencimu, atau marah sekalipun kepadamu. Karena, aku bahagia bisa bersamamu,"ucapku.

"Kau benar-benar putraku yang berhati emas, sungguh aku malu, karena ayahmu ini adalah lelaki yang tak pantas dicintai,"kata Adnan.

"Udah, Yah. Kita makan aja dulu," balasku. "Biarkan semuanya itu berlalu, kita akan mulai hidup yang baru," lanjutku.

"Iya, kita makan dulu. Nanti ayah akan ceritakan semua masa lalu ayahmu ini yang sangat brengsek. Dan, ayah akan ceritakan siapa ibumu sebenarnya," ujar Adnan.

"Bila masa lalu ayah terlalu menyakitkan, lebih baik tidak usah diungkit atau diceritakan kembali. Karena, siapapun ayah adalah tetap ayahku," kataku, lalu ku lanjutkan makan malamku dengan nasi satu piring dan telur ceplok setengah matang tanpa garam atau penyedap lainnya.

Rumah kontrakan ayah sempit hanya terdapat satu kamar. Sedangkan, aku hanya tidur di lantai hanya beralaskan selimut bersama ayah.

Aku sudah tidak tinggal lagi di kontrakan bersama teman-temanku. Bagiku, meskipun beralaskan selimut, dan rumah sekotak kecil coklat sudah cukup. Keluarga adalah kehangatan yang tak ternilaikan.

*

Sudah tiga hari Khadijah pulang dari rumah sakit. Dan, Hasan begitu setiap merawatnya. Ia tak pernah mengeluh dengan kondisi Khadijah, ia cukup senang bisa merawat kembarannya.

"Khadijah, ayo makan dulu," Hasan membawakan semangkuk bubur dan sup ayam kesukaan Khadijah.

"Enggak mau, Acan. Lidahku pahit," tolak Khadijah dengan nada malas.

"Jah, dipaksakan. Cuman dikit aja, biar perutmu terisi sedikit," paksa Hasan yang menyendokan bubur untuk di masukkan ke mulut mungil Khadijah.

Khadijah tetap bungkam.

"Khadijah, ingat kalau kamu tetap begini, maka kamu akan ke rumah sakit lagi,"ucap Hasan.

"Acan, aku nggak mau makan bubur mulu, apa nggak bisa kamu belikan aku ramen?"

"Ramen?" ulang Hasan. "Kamu mau, kalau penyakitmu makin parah, hah?"

Khadijah pasang muka manyun.

"Kamu itu masih sakit, masa mintanya Ramen?!" omel Hasan.

"Can, please. Aku mau ramen yang pedas, kalau enggak suki dengan kuah tom yam yang pedas," pinta Khadijah.

Hasan langsung menyentil jidat Khadijah.

"Auwwww!" teriak Khadijah. "Sakit bego! masa aku yang sakit kayak gi-"

Suapan  pertama telah masuk ke mulut Khadijah tanpa permisi hingga Khadijah terpaksa memakan bubur sop ayam yang tanpa penyedap dan garam. Rasanya sudah bisa tebak hambar, seperti perasaan Khadijah yang sangat hambar, karena mencintai Rumi secara diam.

Khadijah kesal dengan Hasan yang memaksakan masuk bubur sop ayam yang rasanya tidak rekomended sekali.

"Mangkannya nggak usah protes, makan aja kok repot. Tinggal nelen aja susah," omel Hasan.

"Heem, kamu itu aku-" Khadijah berusahan protes, namun Hasan menyuapinnya lagi hingga suapan ke tiga berhasil ditelan oleh Khadijah, meskipun masih mendengus kesal.

Setelah itu, Hasan langsung memberikan obat yang diberikan dokter. Khadijah pun menolak dengan ukuran kapsul obat.

"Udah, kamu isthirahat biar besok bisa sehat, karena aku lelah ngurusin pasien kayak kamu yang cerewet banget pengen aku karungin!"

"Sialan kamu, Can! kalau nggak ikhlas ngerawat aku, biar ayah atau daddy cariin perawat kayak Sehun buat ngerawat aku yang kayak Park Shin Hye!"

"Park Shin Hye?" ulang Hasan dengan melotot. "Kamu itu bukan Park Shin Hye, tapi Parkiran motor!" ledek Hasan.

"Ye, silahkan aja ledekin terus aku! asal kamu tahu banyak cowok yang antri buat sekedar jadi FWB!"

"Ya, palingan mereka yang khilaf atau buta lihat kamu. Secara tubuh kamu gembul, pendek, terus mulut kamu pedes kayak seblak level tinggi!"

"Sialan, kamu, Acan," dengus kesal Khadijah. "Kamu itu emang keren."

"Ya, pastilah aku keren."

"Tapi, nggak pernah laku! terus kamu itu pantesnya ikutan komunitas JONATAN!"

"Maksud kamu?!"

"Iya, komunitas Jomblo tanpa Mantan!" ledek Khadijah sambil tertawa lepas melihat saudaranya yang hingga saat ini belum tercatat punya mantan sama sekali.

"Sialan kamu!" umpat Hasan dengan kesal. "Terus, emang situ enggak?"

"Hilih, punyalah mantan. Kamu aja nggak tahu?" ujar Khadijah.

"Siapa?"

"Ada dech! nggak usah kepo sama aku," ketus Khadijah.

"Ngapain kepo sama cewek bogel kayak kamu!"

"Yee, kamu selalu ngeledekin cewek pendek. Kamu nggak tahu kalau cewek pendek kayak aku itu awet muda dan tergolong cerdas."

"Kok bisa?!"

"Ya, bisalah. Cewek pendek itu antara otak sama lututnya dekat, terus menurun penelitian yang pernah ku baca mereka akan mengalami perlambatan hormon menuju tua!" kata Khadijah berusaha menjelaskan.

"Menurut aku, itu hanya halu dan kamu terlalu kebanyakan nonton drama yang tingkat halunya tinggi!" bantah Hasan.

"Terserah, aku cape ngantuk dan malas debat sama kamu, Can!"

Khadijah membuang muka, dan menutup matanya, karena ia tahu seumur-umur berdebat sama saudara kembarnya bikin tekanan darah naik. Namun, di sisi lain ia mulai mengantuk, karena efek obat yang baru diminumnya.

Saat Khadijah tertidur lelap, lalu Hasan pelan-pelan keluar dari kamarnya. Ia juga menutup pelan-pelan pintu kamar Khadijah, karena ia tidak ingin saudara perempuannya terganggu.

*

Di ruang tamu, Ayass sedang duduk sambil membaca-baca buku tentang ilmu kesehatan yang sudah lama tidak ia pegang semenjak kecelakaan itu. Semenjak ia mengalami amnesia.

Hasan menghampiri Ayass, "Ehem," suara dehemnya memecahkan konsentrasi baca buku Ayass.

"Hasan?"

"Ayah, sedang baca buku apa?"

Ayass menunjukkan buku tentang kesehatan.

"Heem, Ayah mau balik lagi kayak dulu?"

Ayass mengelengkan kepalanya, karena ia sekarang sedang menekuni usaha coffee shopnya.

"Kenapa, Ayah? Bukankah, Ayah dulu itu dokter terbaik dan memiliki jam terbang cukup tinggi?"

Ayass tersenyum," Itu hanyalah masa lalu, dan kini surat izin praktek ayah sudah tidak berlaku, kecuali ayah sekolah lagi."

"Oh, gitu ya, ayah. Tapi, memang Ayah tidak ingin menjadi seperti dulu lagi, bisa mengobati beberapa orang yang membutuhkan pertolongan?"

Ayass mengelengkan kepala sambil menatap wajah putranya.

"Kenapa ayah?"

"Karena ayah hanya ingin punya banyak waktu buat kamu dan Khadijah. Lagian usaha coffee shop ayah sudah mulai berkembang."

"Oh, begitu."

"Iya, terus kamu rencana mau lanjut pendidikan kedokteran?"

Hasan tersenyum.

"Baguslah, kalau kamu impianmu sebagai dokter janganlah bertujuan komersil saja, karena nyawa seseorang setiap detiknya berharga," tutur Ayass.

"Iya, ayah. Karena profesi sebagai dokter, menurut Hasan sebagai tangan pilihan Allah SWT. Hasan janji, kalau sudah jadi dokter, insyaallah Hasan akan selalu amanah dengan tujuan utama profesi dokter sebenarnya."

"Syukurlah kalau kamu memiliki sebuah impian yang mulia. Ayah hanya berharap jika semua impianmu bisa berjalan dengan sangat lancar. "

"Amin," sahut Hasan.

*

Di perpustakaan Khadijah merasa masih letih sekali karena tubuhnya masih belum benar-benar pulih. Namun dia tidak ingin menunda tesisnya lagi. Dia sedang melakukan bimbingan bersama dengan Rumi.

" Apa kamu masih sakit?"

Khadijah hanyalah menggelengkan kepalanya walaupun wajahnya terlihat sangat pucat sekali.

"Kamu yakin mau dilanjutin lagi bimbingannya hari ini? " kedua sorot mata rumit terlihat sangat tajam sekali ke arah Khadijah. Khadijah mengangguk mengiyakan.

Kemudian Rumi memeriksa beberapa tesis yang harus mengalami perbaikan.

*

Hari ini Dahlia sedang melaksanakan pamerannya. Setelah beberapa hari lalu ada pemberitahuan adanya penundaan. Dia terlihat sangat cantik sekali menggunakan dress berwarna coklat tua.

Sera telah mendandaninya ala model.

"Sera!"

Sera langsung menoleh ketika namanya dipanggil. Ia melihat Hasan yang sangat tampan sekali berjalan ke arahnya.

" Hasan? Apa yang kamu lakukan di sini?" selidik Sera sambil menatap kedua mata Hasan yang terlihat sangat berbinar-binar.

" Aku di sini ya cuman lihat beberapa lukisan. Apalagi yang aku lihat selain lukisan di sini. Kebetulan temen aku juga ada yang memamerkan karyanya di sini."

"Oh," Sera hanya mengangguk-angguk saja.

Hasan melihat seorang gadis belia yang memiliki wajah sangat cantik sekali namun kenyataannya dia hanya dapat duduk disebuah kursi roda. Karena kedua kakinya mengalami kelumpuhan semenjak lahir.

" Dahlia, kenalin ini Hasan teman aku yang tinggal di Seoul. Dia juga orang Indonesia yang tinggal di sini. Dia memiliki kembaran yang merupakan teman aku di kampus. "Kata Sera menjelaskan kepada Dahlia." Hasan ini kenalkan saudariku bernama Dahlia."

Kemudian Hasan dan Dahlia saling berkenalan satu sama lain.

Hasan merasa jika Dahlia memiliki kemampuan yang mampu memikat hatinya setelah menunjukkan beberapa karya-karyanya yang dipasang di sebuah galeri pameran.

Dahlia dan Sera mengajak Hasan untuk berkeliling melihat beberapa karya dari Dahlia yang berhasil masuk di Galeri tersebut.

Lukisan Dahlia terlihat memiliki banyak sekali makna dan arti. Kemudian dia mencoba untuk menjelaskan kepada Sera dan Hasan arti dari salah satu lukisan yang telah dia ciptakan. Dia menceritakan jika lisan itu adalah sebuah kerinduan yang mendalam antara ayah dan anak. Namun dalam kisahnya memiliki banyak sekali luka yang tidak bisa untuk disembuhkan karena luka tersebut tidak terlihat tapi terasa perih.

*

Adnan terlihat sekali memiliki Obsesi untuk memiliki Rania. Dia selalu saja memikirkan sosok Rania yang akan menjadi pasangannya. Dia sangat mencintai Rania demi apapun juga.

Hari ini Adnan akan pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di kota Seoul. Dia akan membeli beberapa perlengkapan dan kebutuhan yang dibutuhkan di kontrakannya untuk sehari-hari. Dia melihat ada sosok mirip dengan Rania. Dia berusaha untuk mengendap-endap agar memiliki sebuah kesempatan untuk kembali menculik perempuan itu.

Ketika Adnan mendekat ternyata bukanlah Rania. Tapi hanya perempuan yang memiliki kemiripan beberapa persen saja.

"Adnan?"

Adnan melihat Naina yang ada dihadapannya. Dia seakan jijik melihat Nayna. Dia bahkan meludah di di depannya Ina. "Apa yang kamu lakukan di sini perempuan jalang? Apakah kamu akan merayu beberapa lelaki yang menjadi majikan mu dengan tubuhmu itu?"

Kata-kata yang keluar dari mulut Adnan begitu sangat melukai diri Naina.

" Apakah kamu selalu menilai ku sebagai seorang perempuan jalang? Bukankah kamu yang memaksa aku untuk melayanimu saat itu? Apakah aku seburuk itu menurut penilaianmu sebagai lelaki?"

"Sudahlah aku tidak ingin mendengarkan sebuah drama yang telah kau mainkan. Aku tahu jika anak itu adalah sumber dari kesialan. Seharusnya kamu tidak pernah sama sekali melahirkan anak cacat seperti dia! "Kata Adnan yang terlihat memberikan penekanan dalam setiap kata dalam kalimat yang telah dia ucapkan saat ini." Kenapa kamu masih mempertahankan seorang anak yang tidak memiliki sesuatu yang mampu dibanggakan?"

"Pantas saja kamu tidak pernah mendapatkan cinta sejatimu dan bahagia. Karena sikapmu terlalu menjijikkan bahkan kata-katamu itu terlalu sampah!" Kata Naina yang berusaha untuk melawan kata-kata dari Adnan.

Adnan hanyalah menyeringai dan meludah kembali dihadapan Nayna. Lalu dia pergi meninggalkan lainlah yang masih mematung di sana.

*

Di sebuah apartemen Naina merasa hatinya sangat hancur sekali ketika mendengarkan kata-kata sampah dari Adnan kata-kata itu benar-benar menyayat hatinya yang sangat dalam sekali. Dia tidak menyangka harus berhubungan dengan pria yang tidak memiliki hati sama sekali.

Naina terlihat sangat hancur sekali ketika mengingat beberapa kepingan masa lalunya. Dia tidak memiliki harapan untuk hidup saat itu namun sebuah keajaiban membawanya untuk tetap memiliki semangat dalam kehidupan.

" Kamu terlalu jahat! Kamu kenapa tidak pernah mengakui bawah Dahlia adalah putrimu. Dia berhak mendapatkan kasih sayang seorang ayah nya karena dia tidak memiliki sebuah rasa bersalah kepadamu?" Naina mulai menangis sambil menutup wajahnya dengan Kedua telapak tangannya. Dia merasa hatinya sangat sesak sekali ketika direndahkan oleh sosok Adnan.

Polisi mulai mencari Adnan ke seluruh penjuru kota Seoul. Polisi mencurigai apabila dia sembunyi di sebuah rumah kontrakan.

Ketika itu Adnan melihat ada dua orang polisi yang sedang mengawasi rumahnya. Dia dengan cepat langsung pergi dari sana karena tidak ingin ditangkap oleh Polisi.

Salah satu polisi menangkap gerak-gerik dari Adnan lalu dia meminta beberapa polisi segera mengejar Adnan yang sedang kabur. Akhirnya Adnan berhasil untuk ditangkap lalu segera diamankan di sebuah kantor kepolisian walaupun dia mencoba untuk memberontak.

Adnan di bawah menggunakan mobil kepolisian dengan kedua tangan yang telah diborgol.

"Tolong lepaskan saya! Saya tidak bersalah sama sekali!" Adnan berusaha untuk memberontak kepada pihak kepolisian namun sayangnya pihak kepolisian tidak percaya dengan kata-kata yang diberikan oleh Adnan.

Mobil langsung melaju begitu sangat kencang menuju ke kantor Kepolisian.

*

Keluarga Khadijah mendapatkan kabar bahwa pelaku penculikan atas Rania sudah ditangkap oleh pihak kepolisian. Mereka menangkap ciri-ciri yang sesuai diberikan oleh keluarga Khadijah.

"Rania, aku mau membawamu ke kantor kepolisian. Karena Adnan sudah tertangkap oleh pihak kepolisian,"kata Ayass sambil menjelaskan kepada Rania.

Rania langsung mengangguk mengiyakan karena dia merasa sangat lega sekali. Dia berharap jika Adnan mendapatkan hukuman yang setimpal.

Ayass juga merasa sangat lega sekali ketika Adnan sudah berhasil untuk diamankan oleh pihak Kepolisian. Dia merasa sangat lega sekali kalau keluarganya bisa terbebas dari orang yang memiliki obsesi terlalu berlebihan.

*

Di sebuah kantor kepolisian terlihat pihak kepolisian sedang melakukan interogasi terhadap Adnan. Namun terlihat sangat jelas jika wajah Adnan berubah sedikit aneh. Dia mengalami ciri-ciri seperti orang yang memiliki kepribadian ganda.

Kemudian pihak kepolisian menghadirkan seorang psikologi untuk mengetahui bagaimana karakter dari seorang Adnan, lalu pihak psikolog menyatakan bahwa Adnan memiliki penyakit gangguan kejiwaan karena terlalu terobsesi terhadap seorang perempuan.

Kemudian pihak kepolisian juga menelpon kerabat dari Adnan.

*

Ponsel Rumi telah berbunyi. Sebuah panggilan yang terlihat sangat asing sekali seperti di sebuah kantor.

Setelah menerima telepon tersebut terlihat wajar Rumi yang tampak pucat. Dia langsung meminta izin kepada Khadijah untuk pergi karena ada suatu urusan. Lalu kak Dijah mengiyakan apa yang telah diucapkan oleh seseorang yang ada di sebuah telepon.

Kini Khadijah berada di ruang perpustakaan sendirian. Dia mengiyakan apa yang telah dikatakan Rumi. Lalu dia segera menelpon saudara kembarnya agar segera menjemputnya.

Dalam waktu lima belas menit kemudian Hasan pun datang. Dia meminta akhirnya dia segera keluar dari kampus.

Hasan langsung ke segera membantu Khadijah untuk masuk kedalam mobilnya. Dia melihat wajah Khadijah yang sangat pucat dan lemah. Sebenarnya dia tidak tega membiarkan Khadijah untuk tetap melakukan bimbingan.

Setelah itu Hasan kembali menyalakan mesin mobilnya. Sementara Khadijah sedang memasang posisi untuk tidur di dalam mobil. Karena dia merasa sangat lelah sekali dengan berbagai kegiatan yang telah dia jalani walaupun Kondisinya masih belum maksimal.

*