Cowok yang sering digadang-gadang punya smile eyes terlihat duduk di sofa yang ada dipojok ruangan sambil bernyanyi lagu yang akhir-akhir ini jadi favoritnya.
Ternyata lagu favorit Kenzo itu lagu Juicy Luicy yang berjudul Lantas ngebuat kuping Raden panas setiap ngedenger Kenzo nyanyi lagu itu, "Ken, kenapa dari kemarin lo nyanyi lagu itu mulu si kayak orang lagi galau aja, nggak ada pacar juga." celetuk Raden motong nyanyian Kenzo.
Kenzo yang awalnya lagi duduk di single sofa sambil mainan gitar punya Gamma akhirnya naroh gitar itu terus jalan ngehampirin Raden yang lagi ngapalin lagu buat pensi bulan depan, "Lo lagi ngapain?."
Raden yang lagi corat-coret kertas yang berisi lirik lagu itu menoleh, "Ini nih gue lagi bagi-bagi part Haidar sama Cashel."
"Mau nyanyi lagu apa si emangnya?." Kenzo ngerebut kertas itu dari tangan Raden.
Tawa Raden langsung pecah pas ngedenger Kenzo nyanyi lagu kayak orang cerita alias tidak bernada.
Raden yang emang dasarnya orangnya receh, dia nggak bisa berhenti ketawa justru malah semakin tawanya makin ngakak.
"HAHAHA."
Kenzo noleh ke Raden yang lagi tertawa terbahak-bahak dengan tatapan bingung, "Kenapa lo ketawa?."
Raden belum abis-abis juga ketawanya justru sambil mukul-mukul Kenzo ngebuat cowok itu kesel, "Akh apaan sih lo sakit tauk!." Kenzo malah balik mukul Raden.
"Sumpah deh, Jun lo kenapa sih ketawanya ngakak banget entar kesambet tau rasa lo."
Sontak Raden menghentikan tawaannya, "Lo mah bercandanya nggak lucu."
Sekarang giliran Kenzo yang ketawa sampe kedua matanya hampir nggak keliatan karena mata dia tuh sipit banget jadi kalau ketawa matanya suka ilang. Haha, "Lagian lo ketawanya ngakak banget sih."
"Abisnya lo nyanyi nggak ada nadanya, lempeng aja gitu Haha. Kayak baca dongeng aja." ucap Raden nggak mau kalah dari Kenzo.
Kenzo ngegaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, "Itu karena gue nggak tau lagunya, Jun."
Kenzo emang udah biasa manggil Raden dengan sebutan Jun/Ajun, nama Ajun diambil dari nama tengah Raden.
Raden Ajun Yihua Jayantaka, Kenzo nolak mentah-mentah setiap Raden minta dia buat nggak manggil Raden dengan nama Jun/Ajun.
Ya gimana Raden bisa terima sedangkan ibu bapaknya udah ngasih nama bagus banget eh malah Kenzo seenak jidatnya manggil Raden dengan nama Jun/Ajun meskipun itu diambil dari nama tengahnya.
"Lo tau sendiri kan Raden itu gelar umum buat para bangsawan Jawa yang dulunya ber-arti pemangku negeri yang sudah mencapai keluhuran rohani dan kemuliaan akhlak bahkan mencapai ketajaman perasaan dan kelembutan hati nurani." jelas Kenzo saat dulu Haidar sengaja bertanya alasannya kenapa nggak mau manggil nama Raden.
"Gelar Raden juga dulunya dipakai buat para bangsawan atau pangeran di tanah Jawa. Ya gue nggak mau lah manggil Ajun dengan nama Raden, emangnya Ajun semulia itu apa? Jadi sampai kapanpun gue tetep manggil dia Ajun." lanjut Kenzo sambil nunjuk Raden yang lagi sibuk makan cilok.
Raden sama Kenzo noleh ke belakang pas ada yang nyanyi lagunya Justin Bieber yang judulnya Love Yourself diiringi gitar akustik.
Karena nggak mau Gamma nyanyi sendirian akhirnya Raden sama Kenzo ikutan nyanyi bareng Gamma dan nyanyian mereka kedengeran merdu banget, harmonisasi suara mereka bertiga emang bener-bener nggak bisa diragukan lagi, coba aja kalau ada Haidar sama Cashel pasti lebih mantap.
Nggak heran lah kalo mereka berlima jadi band andalan dikampus setiap ada acara pentas atau ada lomba-lomba gitu.
"Woww it's so perfect man." ujar Gamma sambil bertepuk tangan.
"Widih rambut baru lagi bro?." tanya Raden sambil melepas topi Gamma dan ngacak-acak rambut cowok itu yang hari ini berwarna hijau terang.
Gamma memangku gitarnya lalu nepis tangan Raden kasar, "Apasih lo, nggak sopan tauk." celetuknya sambil memakai topinya lagi.
"Lo tadi berangkat dari rumah langsung kesini?." Gamma ngangguk, "Nggak ke warung bang Samad?."
"Hari ini gue lagi nggak mood buat nongkrong, lagian si Haidar tadi nelpon dan nyuruh gue ke ruang musik buat nungguin temennya yang dia titipin surat ijin-"
"Lho si Haidar nggak masuk? Sakit?." tanya Kenzo.
Gamma nyenderin gitarnya kedinding lalu berjalan ke arah drum dan duduk disana sambil memukul benda itu menggunakan stik kayu, "Ya nggak tau-"
"Bukannya tadi lo ditelpon sama dia." celetuk Raden yang sedari tadi hanya diam setelah Gamma menepis tangannya tadi.
"Ya intinya Haidar cuma nyuruh gue buat nunggu temennya disini, ah udahlah."
"Tumbenan si Haidar nggak nitip surat ijinnya ke gue." gumam Raden.
"Rain, lo kasih aja surat ijinnya Haidar ke Kenzo mumpung dia diluar tuh." ujar Carissa saat melihat Kenzo yang baru saja keluar dari ruang musik dan sekarang sedang memakai sepatu.
Raina ikutan melihat kearah Kenzo, "Nggak deh, Haidar nyuruh aku buat ngasihin surat ini ke Gamma masa aku kasih ke Kenzo sih itu namanya aku nggak amanah."
"Mck, jangan kaku deh jadi orang. Lagian apa bedanya sih kalo di kasihin ke Kenzo toh juga nanti dia ketemu sama Gamma, suruh aja Kenzo buat ngasihin surat ijinnya Haidar ke Gamma."
Raina milih buat tetep jalan kearah ruang musik mengabaikan Carissa yang menggerutu dibelakangnya.
"Lho ini bukannya sepatunya Raden ya Rain, berarti Raden ada didalem dong." Carissa menarik lehernya untuk mengintip ke dalam ruang musik yang kebetulan pintunya terbuka sedikit.
"Apa kita harus masuk, aku takut deh kalau si Gamma - Gamma itu nggak ada didalem."
"Bentar." Carissa mengutak-atik ponselnya dan tidak lama kemudian pintu ruang musik itu terbuka dan memperlihatkan lelaki dengan warna rambut hijau terang yang terlihat dari balik topi yang dipakainya.
"Perasaan, gue baru aja chat Raden deh nyuruh dia buat keluar tapi kenapa lo yang keluar?." tanya Carissa membuat Raina mengerjapkan matanya setelah beberapa detik melihat cowok yang baru aja keluar dari dalam ruang musik itu.
"Oh tadi Raden nyuruh gue buat nemuin..." diliriknya gadis yang memakai kerudung itu perlahan, "Lo yang namanya Raina bukan?."
"Iya, aku Raina." jawab Raina cepat lalu segera menjatuhkan pandangannya lagi ke lantai, Raina nggak mau natap lawan jenisnya lebih dari 5 detik.
"Gue Gamma." cowok itu mengulurkan tangannya pada Raina.
"Rain... Gamma ngajak kenalan tuh." Carissa menyenggol lengan Raina pelan.
Raina mendongak lalu mengatupkan kedua tangannya didepan dada, "Aku Raina."
Gamma yang sempat heran dengan sikap Raina yang menolak halus uluran tangannya itu namun Gamma tidak mau mempermasalahkannya lalu dia mengangguk dan menarik tangannya kembali, "Ah iya, Haidar ada nitip sesuatu nggak sama lo?."
"Ini." Raina memberikan surat dari Haidar tadi pada Gamma, "Tadi Haidar nitip surat ijinnya sama aku dan nyuruh aku buat ngasih ke kamu"
Gamma menerima surat itu dan mengangguk lalu tersenyum "Makasih ya udah bela-belain ke sini, lo anak fakultas ilmu komputer bukan"
Carissa sama Raina ngangguk "Iya"
"Oh iya, Haidar tadi juga bilang kalau dia nggak bisa ikut latihan band untuk beberapa hari ke depan."
"Iya deh, sekali lagi makasih ya udah mau nganterin surat ijinnya Haidar kesini. Dia emang anaknya suka ngerepotin banget."
Diam-diam Raina membenarkan perkataan Gamma yang bilang kalo Haidar anaknya ngerepotin, tapi Raina nggak pernah ngeluh kok kalo dimintain tolong sama Haidar karna Haidar orangnya baik banget.
"Yaudah kalo gitu aku sama temen aku pamit ya-"
"Carissa nggak mau masuk dulu, Raden ada didalem lho lagi latihan buat pensi bulan depan." tawar Gamma pada Carissa.
Raina melirik Carissa, "Kamu kenal sama Gamma?." itulah yang bisa Carissa tangkap dari tatapan Raina.
Temen Raina itu cuma mengangkat bahunya.
"Kenapa dia nggak bilang ke aku kalo udah kenal sama Gamma." ujar Raina dalam hati.