Elise menatap tangannya yang di genggam Arsen. Dia merasa malu karena pemuda itu menggenggam tangannya di hadapan orang banyak. Rasanya dia menarik musuh secara tidak langsung.
Elise melihat gadis-gadis yang dulu pernah menitipkan surat padanya untuk di berikan ke Arsen, dia merasa bersalah karena tanpa mereka tahu dia sudah menjadi kekasihnya.
Elise bisa melihat tatapan kebencian dan kemarahan mereka inilah yang dia sebut dengan menarik musuh sangat mudah.
"Arsen! Aku merasa tidak enak dengan mereka!".
Arsen menatap sumber yang menjadi tidak enak Elise pemuda itu melotot kesal, kemudian beralih menatap Elise dengan tatapan lembut "Jangan hiraukan mereka! Sejak awal aku hanya peduli padamu tidak pada mereka, jadi kalau mereka mengganggu mu beritahu aku!".
Suara Arsen saat mengatakan itu tidaklah kecil, membuat gadis-gadis yang melotot marah pada Elise sebelumnya mengkeret mundur.
"..Lihat selama ada aku tidak akan ada yang bisa mengganggu mu.."
"..Bagaimana dengan nanti! Kalau kau pergi aku pasti akan di ganggu oleh mereka!"
Arsen terdiam dia teringat dengan kertas yang masih berada di atas ranjangnya, hatinya mulai ragu dan sakit lagi. Arsen tersenyum "Jangan khawatir! Aku akan selalu bersamamu.."
Elise tersenyum.
"..Hari ini apakah kau mau jalan-jalan lagi?" tanya Elise.
"Kenapa? Kau ingin bersamaku lebih lama lagi?" goda Arsen.
Elise mencubit lengan cowok itu membuatnya meringis kesakitan sambil memohon ampun, setelah puas mencubit Elise berkata.
"Bukan itu! Aku hanya tidak ingin berhutang janji padamu.. itu sangat berat..!"
"Nah, kalau begitu! Aku akan membuatmu berhutang terus padaku! Janji satu hari itu akan aku ambil nanti!".
Elise mengerut kening tidak senang.
"Eee, kenapa begitu? Seharusnya tidak seperti ini kan?".
"Seharusnya memang seperti ini! Seperti aku menggenggam tanganmu saat ini!"
Elise terdiam jantungnya berdetak cepat, dia cepat mengangkat sebelah tangannya menekan dada kirinya, keningnya berkerut menahan sakit tapi bibirnya tersenyum bahagia.
...inikah yang di sebut banyak orang, bahagia dalam kesakitan...
Arsen terus bercerita dia tidak menyadari perubahan pada Elise. Dan gadis itu berusaha menahan rasa sakitnya.
Arsen menatap Elise dan gadis itu tersenyum seperti biasa.
"Kenapa kau berkeringat seperti ini?" tanya Arsen sambil mengelap keringat dingin di kening Elise menggunakan lengan bajunya "Apakah kau merasa panas dan lelah?".
Elise menggeleng, gadis itu menelan ludah dengan susah payah, membuka bibirnya dan berkata "..Mungkin aku lapar!"
"...Huh.." Arsen melongok bingung sesaat kemudian pemuda itu tertawa terbahak-bahak, genggaman tangannya pada tangan Elise semakin erat "Baik! Ayo kita pergi makan! Kau suka cumi pedas manis kan? Ayo ke tempat favorit mu."
Elise tertawa, namun sesaat kemudian wajahnya berubah datar.
***
Di kelas, di bawah pohon mangga ada kursi dan meja terbuat dari cetakan semen. Tori duduk sambil bertopang dagu entah sudah berapa kali dia menghela napas menatap jauh ke hamparan ladang jagung.
Alea dan Nesa datang menepuk pundaknya membuat cowok itu melompat kaget. Nesa tertawa keras.
"Apa yang kau pikirkan! Apakah begitu banyak hutang yang harus kau bayar sampai menghela napas seperti itu terus menerus!". Tanya Nesa.
Tori menatap bosan pada Nesa dia pun menjawab "..Anak kecil seperti mu tidak perlu tahu urusan orang dewasa!"
Plak!
Terdengar suara tamparan melayang di belakang kepala Tori, membuat pemuda itu meringis dan melotot pada Nesa dengan pandangan marah.
"Kau itu berapa umurnya! Sama denganku! Sama! dasar bodoh! Dasar bocah sok dewasa! Sialan!". Umpat Nesa kesal tapi gadis bertubuh kecil itu tetap duduk di samping Tori.
Alea yang melihat kegalauan Tori ikut bertanya "..Apa yang terjadi? Apa kau sudah memberitahunya?".
"Sudah.." kata Tori.
"Memberitahu apa? Pada siapa?". Tanya Nesa.
"Lalu, apa katanya?".
Tori menghela napas lagi "..Itu yang membuatku bingung, dia tidak banyak berubah. Hanya memintaku menunggu! Dalam tiga hari dia akan membuatnya pergi!".
"Apa? Menunggu apa? Siapa yang pergi?" tanya Nesa lagi.
Alea mengangguk "Jika begitu cukup menunggu saja! Dan jangan katakan apa pun padanya setelah dia pergi, itu lebih baik!"
Tori mengangguk "Aku juga berpikir begitu! Di samping itu aku juga tidak ingin di hajarnya!".
"Apa? Siapa?Apa yang kalian bicarakan! Kenapa aku tidak tahu!". Teriak Nesa yang kesal karena di abaikan.
Tori menatap Nesa datar dan berkata "..Lihat! Karena masih kecil kau tidak mengerti apa-apa!"
"Sial! Kau yang kecil!" teriak Nesa kesal.
****
Di warung makan tempat favorit Elise, dia memesan cumi pedas manis seperti biasa dan Arsen memesan ayam bakar kecap. Mereka berdua makan dengan lahap, Arsen sesekali membagi ayam bakar kecapnya pada Elise menaruhnya dalam piring gadis itu.
Elise tersenyum sebagai ucapan terima kasih, hatinya benar-benar bahagia. Tapi dia harus melepaskan Arsen pergi, dia tidak ingin menjadi penghalang cowok itu meraih cita-citanya.
Suapan nasi Elise berhenti, "Kenapa? Apakah kau ingin lagi?" tanya Arsen.
Elise menggeleng"Ini sudah cukup, aku sangat kenyang.. lalu, Arsen.. apa kau ingin ke suatu tempat? Hari ini aku jadi ingin menghabiskan waktu bersamamu lebih banyak"
Arsen menatap Elise heran "Apa yang terjadi? Kenapa kau sangat manja dan lengket padaku hari ini? Kau tidak sedang merencanakan sesuatu kan? Seperti menghabiskan waktu saharian dan besoknya kau menghilang?".
Jantung Elise berdetak kencang, dia tidak bisa membuat Arsen curiga. Elise tertawa "Drama mana lagi yang kau tonton bersama Tori dan Andy! Kenapa pikiranmu menjadi aneh seperti ini! Dan siapa yang akan meninggalkan kekasih tampan dan baik hati sedunia ini? Huh?!"
Mendengar jawaban itu Arsen mengangguk puas dan kembali melanjutkan makannya. Dia tidak menyadari tatapan terluka Elise yang di layangkan padanya.
"Arsen?"
"Hm..Kenapa?"
Elise mengulurkan tangannya mengelap ujung bibir Arsen yang terkena noda kecap saat dia menggigit ayam bakar kecapnya.
Wajah Arsen memerah, dia menjadi salah tingkah dengan senyum bodoh terukir di bibirnya tanpa bisa dia hentikan. Melihat itu Elise terkekeh dan semakin semangat menggoda Arsen.
"Arsen! Jangan jatuh cinta pada orang lain! Cukup padaku saja oke! Kau tidak boleh mencintai siapa pun selain aku!" kata Elise posesif.
Wajah Arsen semakin memerah, dia belum pernah mendengar pengakuan dan permintaan yang blak-blakan seperti itu di tambah lagi permintaan itu dari gadis yang dia sukai sejak pertama bertemu.
Arsen juga berjanji dalam hatinya bahwa Elise adalah satu-satunya cinta yang dia miliki seumur hidup.
"Aku berjanji tidak ada orang lain yang memiliki hatiku selain dirimu seorang! Dan Elise... Berjanjilah padaku kalau kau juga akan mencintai ku seorang, tidak memberi hatimu pada siapa pun! Karena aku akan sangat cemburu!".
Elise tersenyum "Bagaimana bisa aku memberikan hatiku pada orang lain di saat kau sudah mengambil semuanya tanpa sisa! Tidak ada kesempatan untuk orang lain, percayalah!".
Arsen bahagia. Dia merasa sangat senang, meskipun Elise terlihat berbeda dari biasanya. Tapi dia percaya pada gadis itu.
"..Besok! Ayo kita jalan-jalan ke taman!". Ajak Arsen.