Malam itu ketika semua orang yang tinggal di negara ini telah tertidur, hanya Kaylee yang masih belum memejamkan mata. Dia tidak tahu mengapa kelopak matanya menolak untuk menutup, dan pikirannya melayang ke kencan sebelumnya dengan Declan.
Terkadang dia tersenyum sendiri sambil menutupi wajahnya dengan bantal, dan terkadang dia menjadi khawatir ketika dia ingat bahwa dia akan bertemu Declan sebagai Nick.
Apa yang harus dia lakukan ketika dia bertemu pria itu?
Andai saja Declan tidak mengungkapkan perasaannya, dan dia tidak pernah mendengar nama kesayangan seperti apa yang telah disematkan pria itu untuknya, Kaylee cukup yakin dia bisa bersikap normal saat bertemu dengannya.
Tapi… bagaimana dia bisa bersikap normal ketika jantungnya berdebar setiap kali dia mengingat kencannya?
Bahkan hanya memikirkan pria itu, jantungnya sudah berdetak sangat kencang sehingga membuatnya ingin memarahi hatinya agar berperilaku seperti gadis yang baik.
Setelah apa yang terasa seperti selamanya, akhirnya, Kaylee tertidur tanpa dia sadari.
Keesokan harinya Kaylee berangkat ke kampus pukul sebelas siang karena jadwal kelasnya dimulai dari siang. Itu sebabnya dia bisa beristirahat lebih lama di rumahnya sambil mengerjakan sisa permintaan jasa aransemen lagu dari kliennya.
Setelah itu, dia kembali memainkan masterpiece Black Moon, Require to Live. Sepertinya dia tidak akan pernah bosan memainkan lagu ini. Tapi kenapa setiap kali dia memainkan nada pertama dari lagu tema Black Moon, dia mengingat kencannya kemarin?
Pada akhirnya, dia tidak bisa fokus memainkannya, dan dia sering membuat kesalahan saat memainkan setumpuk nada quaver yang tampaknya rumit dengan motif pentatonik.
Kaylee memutuskan untuk berhenti bermain piano dan melakukan ritual kostum perannya.
Kaylee berjalan keluar dari apartemennya dan menuju ke halte bus ke kampus. Sesekali, dia akan mengelus perutnya untuk menghilangkan rasa sakit kram. Meski kramnya tidak separah kemarin, Kaylee masih merasa gelisah.
Untungnya, kram menstruasinya hanya terjadi pada hari pertama. Dia hampir tidak merasa sesak lagi dari hari kedua ke hari berikutnya. Kaylee hanya perlu menghindari aktivitas ekstrem agar tidak terlalu sering ke kamar mandi untuk mengganti sanitasinya.
Sayangnya... keinginannya tidak terpenuhi. Teman-teman kuliahnya segera berbondong-bondong mendatanginya begitu kelasnya selesai.
"Yo, Nick! Ayo kita bertanding basket!"
Tidak mau!
"Hari ini aku pass."
"Apa? Kenapa? Kita kekurangan pemain."
"Kau tahu aku tidak bisa bermain basket. Aku sangat payah dan kalian tahu itu."
"Tapi gadis-gadis dari kelas menyanyi hanya muncul jika kau yang bermain. Mereka hanya ingin melihatmu di lapangan."
"..."
Rasanya Kaylee ingin menangis. Apakah tidak ada cara untuk menghindari ajakan teman-temannya?
"Hai, guys. Apa kalian lakukan disini?"
Harapan Kaylee membumbung tinggi saat melihat Jacob menghampiri mereka. "Jack, mereka kekurangan pemain. Bagaimana kalau kau bergabung dengan mereka?"
"Oke, kenapa tidak? Apa yang kita mainkan?"
"Basket! Ayo pergi!"
Jacob menertawakan antusiasme teman-temannya sambil menarik tangan Kaylee dan membuat gadis itu memekik kaget. Kaylee mencoba mengikuti langkah Jacob dan hanya menghela napas lega saat Jacob melepaskan tangannya begitu mereka sampai di lapangan basket.
Kaylee bergabung dengan teman-temannya yang lain di kursi bertingkat untuk menonton pertandingan basket antara kelas musik dan seni lukis.
"Hei, Nick, kau tidak ikut?" salah satu temannya bertanya pada Kaylee seolah-olah mereka semua menunggu Kaylee datang bermain.
Tidakkah mereka tahu bahwa dia sangat buruk dalam bermain basket?
Tim Kaylee selalu kalah setiap kali dia bergabung dengan mereka karena lemparannya yang lemah atau sering meleset. Anehnya, para gadis yang melihat pertandingannya malah sangat menyukainya dan lebih menyemangatinya.
Kaylee adalah seorang gadis didalam dirinya, tetapi dia tidak bisa memahami cara berpikir seorang gadis yang bukan pikirannya.
"Aku akan membawa kekalahan pada timku."
"Itulah tepatnya yang kita tunggu!"
Kaylee mengangkat alis pada temannya menunggu kelanjutan kalimat pemuda itu.
"Kami sudah memasang taruhan pada tim lawanmu."
Apa? Jadi mereka bertaruh untuk melihatnya kalah? Kaylee ingin menegur dan memarahi mereka, tetapi dia tahu mereka akan memandangnya dengan sinis sehingga Kaylee melakukan apa yang tidak ingin dia lakukan.
"Hohoho, makanya aku tidak mau bermain. Aku sudah tahu kau akan bertaruh untuk kekalahanku," sesumbar Kaylee sambil menggosok hidungnya bangga, membuat teman-temannya tertawa dengan jenakanya.
"Whooo-hooo! Go, go, Jacob! Go, go Jacob!"
Kaylee bisa mendengar gadis-gadis bersorak untuk Jacob, yang sekarang menggiring bola ke ring lawannya. Seperti gadis-gadis lainnya Kaylee juga ingin menyemangati temannya. Lebih dari itu, ia berharap pemuda itu berhasil memasukkan bola ke dalam ring gawang lawan.
Jacob terus mendominasi pertandingan dan berhasil melewati para pemain lawan yang berusaha merebut bola. Dia melakukan gerakan menipu dengan ahli dan berhasil sampai ke area ring tim lawan. Begitu merasa dekat, Jacob menangkap bola dengan kedua tangannya dan melemparkannya langsung ke gawang lingkaran lawan.
"WOOOOOO!!!" seru gadis-gadis itu secara bersamaan saat bola masuk dan keluar dari ring gawang melawan tim Jacob.
"Go for it, Jake!"
Sorakan teman-teman Jacob tak kalah seru, membuat Kaylee pun ikut terpengaruh dan menyemangati sahabatnya itu.
"Pergi kalahkan mereka, Jack!" sorakan Kaylee membuat Jacob tersenyum lebar padanya dan mengulurkan tangan ke arah Kaylee seolah-olah dia sedang melakukan salam tinju ke tengah udara.
Kaylee menertawakan reaksi Jacob dan melemparkan tangan kanannya ke arah Jacob untuk menyambut salam tinju pemuda itu.
Di antara teman-temannya yang lain, Kaylee merasa sangat nyaman dengan Jacob. Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi bagi kalangan anak-anak. Di mana pun mereka melihat Jacob, mereka akan melihat Nick juga dan begitu sebaliknya. Oleh karena itu, jika seseorang ingin menemukan Nick, mereka dapat mencari Jacob terlebih dahulu dan sebaliknya.
Tidak ada yang tahu siapa yang pertama kali memulainya, tapi Jacob dan Nick sering berpapasan tanpa sengaja di koridor dan akhirnya mereka malah memutuskan untuk pergi ke kantin atau perpustakaan bersama.
Sayangnya, keduanya tidak bisa selalu bersama karena mereka mengambil jadwal kelas yang berbeda. Kaylee mengambil kelas gitar sementara Jacob adalah siswa kelas drum.
"Hei, coba lihat gadis-gadis di sana. Mereka semua melupakan pemain lain dan hanya melihat Jacob. Sungguh merusak pemandangan. Dia seharusnya tidak ada di sini."
Kaylee memutar matanya malas ketika seseorang mengejek Jacob. Dia melirik pemuda itu dengan ekspresi tidak senang untuk membuat orang itu berpikir Kaylee menantangnya meskipun sebenarnya dia tidak memiliki maksud untuk menantang.
"Apa lihat-lihat?"
Glek! Kaylee menelan ludahnya dengan gugup menerima tatapan tak suka serta nada menantang dari pemuda yang tubuhnya jauh lebih besar darinya.
Kenapa malah berakhir seperti ini?