"Jadi siapa dia? Apakah dia gemuk, jelek, dan bau?" Wendy bertanya tanpa basa-basi begitu mereka mendapat tempat duduk di restoran pizza.
"Apa... Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Biasanya, orang yang menyembunyikan diri tanpa menunjukkan penampilannya adalah orang terjelek di dunia ini."
"Pemikiran seperti apa itu? Dia tidak jelek… sama sekali tidak."
"Yah, aku bisa melihatmu tersenyum seperti orang gila. Kalau begitu, seperti apa tampangnya?"
Kaylee mengingat seperti apa wajah Declan, dan detik berikutnya dia menarik napas ringan dengan meletakkan dagunya di atas tangannya yang terlipat. Matanya seperti memimpikan sesuatu yang indah, dan senyum gilanya menghiasi wajahnya yang cantik seperti orang yang sedang jatuh cinta.
"Bukankah ini aneh? Sebelum ini, aku takut padanya. Aku bahkan berusaha menghindarinya sebisa mungkin."
"Hm? Kamu menghindarinya?" sekarang Wendy semakin tertarik dengan identitas asli Black Moon.
"Tetapi begitu aku tahu bahwa dia adalah Black Moon, tiba-tiba semua perasaan takut dan keinginan untuk menghindar, menghilang begitu saja."
Wendy mengambil sepotong pizza sambil mendengarkan temannya, lalu menggigit pizza dengan gerakan santai.
"Lalu seperti apa dia di matamu begitu kau tahu dia adalah Black Moon?"
"Dia sangat... sangat... menawan." Kaylee terkikik sambil menangkup pipinya yang terasa panas.
Dia ingat bagaimana pria itu berkata 'Aku menyukaimu sebagai seorang pria' akhir pekan lalu dan bagaimana pria itu memuji keterampilan pianonya… yang semuanya membuat tubuhnya merasakan sensasi geli yang aneh namun menyenangkan.
Wendy memutar matanya untuk melihat bahwa sahabatnya tampak dibutakan oleh cinta.
"Sekarang bagaimana? Jadi kau memutuskan untuk menikah dengan pria ini?"
"A... Apa?" Kaylee menjadi pucat dan tergagap saat menjawab pertanyaan sahabatnya.
"Bukankah kau pernah bermimpi untuk menikah dengan Black Moon ketika kau bertemu dengannya?"
"Aku masih muda waktu itu. Aku tidak sungguh-sungguh saat aku mengatakannya. Lagipula..." Declan tidak menyukaiku. Lanjut Kaylee dalam hati.
"Lagipula apa?" muncul pertanyaan datar dari temannya, membuat Kaylee mengernyit bingung.
"Wendy, kenapa aku merasa kau bersikap dingin padaku?"
"..."
"Apakah kau masih marah?"
Wendy berhenti memakan pizzanya dan meletakkan sisa pizza yang telah dia makan di piring.
"Aku tidak marah. Aku hanya sedang mengalami hari yang buruk, itu saja. Maaf telah mempengaruhi mood bahagiamu."
"Apa yang terjadi?"
"Bukan sesuatu yang penting. Aku akan kembali." Wendy bangkit berdiri lalu berjalan menuju ke toilet umum.
Jika di hari biasa, Wendy akan senang melihat Kaylee yang ceria. Dia bahkan akan memberi selamat dan bergosip tentang pria itu karena Kaylee akhirnya bisa bertemu dengan idolanya yang nomor satu.
Tapi sepanjang hari, Wendy diliputi ketakutan karena tidak ada yang bisa menghubungi Kaylee.
Ini adalah kedua kalinya dia merasakan perasaan takut ini. Wendy bisa mengerti ketika Britney Zouch, ibu Kaylee, menangis karena khawatir putrinya hilang.
Kaylee sudah seperti adiknya sendiri. Itu sebabnya Wendy hampir tidak bisa mengendalikan amarahnya ketika dia menyadari bahwa gadis itu lupa untuk mengaktifkan nada dering teleponnya dan telah mengunci diri di studio sepanjang hari tanpa memberi tahu seseorang.
Jika seandainya 'orang gila' itu tidak pernah meneror Kaylee delapan tahun lalu, mereka bisa bersantai dan membiarkan Kaylee sendiri meskipun gadis itu tidak memberi kabar sama sekali. Tapi...
Wendy memutuskan untuk tidak merasa jengkel lagi agar tidak membuat Kaylee curiga. Gadis malang itu pernah mengalami trauma berat bertahun-tahun yang lalu hingga dia ingin bunuh diri. Selain itu, dia telah pulih dengan melupakan semua hal buruk di masa lalu dan menyambut kehidupan barunya.
Orang tua Kaylee juga tidak terlalu membatasi gadis itu, meskipun mereka menempatkan banyak mata di sekitar Kaylee untuk melindungi putri satu-satunya mereka secara rahasia. Semuanya dilakukan agar tidak memicu ingatan Kaylee yang terkubur. Mereka tidak ingin gadis itu mengingat apa yang terjadi dan kembali trauma dengan 'insiden itu.'
Setelah membasuh wajahnya dengan air dingin, Wendy menepuk pipinya sedikit keras. Setelah itu, dia mencoba tersenyum di depan cermin agar tidak merusak suasana bahagia temannya.
Yang penting tidak terjadi apa-apa dengan Kaylee, dan mereka akhirnya menemukan Kaylee.
Semuanya akan baik-baik saja.
Wendy mencoba meyakinkan dirinya sendiri, dan setelah dia merasa bahwa dia dalam suasana hati yang lebih baik dari sebelumnya, dia memutuskan untuk kembali.
Namun, dia merasa jantungnya berhenti ketika dia tidak dapat menemukan Kaylee di kursi mereka.
Dimana gadis itu?
"Kaylee? Kaylee!"
"Iya?"
Wendy terlonjak kaget saat mendengar suara dari belakangnya.
"Kau membuatku takut! Jangan lakukan itu."
Kaylee menatap sahabatnya dengan bingung sambil mengedipkan matanya beberapa kali.
"Kau menghabiskan terlalu lama di kamar kecil, jadi aku menyusulmu. Tapi ternyata, aku juga ingin buang air kecil, jadi aku mengosongkan kandung kemihku juga. Kenapa kamu bertingkah aneh hari ini? Kam terlihat cemas. Apakah seseorang mengganggumu?"
"Hanya perasaanmu. Ayo, kita kembali."
Kaylee berpikir mungkin sesuatu yang tidak menyenangkan telah terjadi pada pekerjaan Wendy, sehingga sahabatnya hari ini dalam suasana hati yang super buruk. Itu sebabnya, Kaylee tidak merasa curiga sama sekali.
Mungkinkah klien Wendy hari ini begitu cerewet? Atau mungkin Wendy sedang mens?
Berbicara tentang masa periode bulanan seorang gadis, Kaylee merasa perutnya seperti diremas sejak beberapa menit yang lalu.
Apakah sudah waktunya?
Begitu tiba di apartemen, Kaylee menghubungi ibunya, dan Mrs. Zouch mengangkat teleponnya, tidak sebelum dering kedua.
"Kaylee, sayang. Syukurlah kau mengangkat teleponmu."
Kaylee terkikik mendengar kata-kata ibunya. "Ma, akulah yang memanggilmu sekarang."
"Aku tahu, aku tahu. Kemana saja kau? Kenapa kau tidak menjawab telepon kami?"
"Aku sedang berada di studio, dan aku lupa membunyikan teleponku. Maaf, ma, sudah membuat kalian khawatir. Aku janji ini tidak akan terjadi lagi."
"Dasar kamu gadis nakal. Sebagai hukuman, kau harus pulang besok dan tidak tinggal di apartemen itu lagi."
"Ma, aku sudah dewasa sekarang. Lagipula, apartemenku dekat dengan studio." Ditambah lagi, Kaylee tidak akan bisa melakukan ritual penyamarannya jika dia kembali ke rumah orang tuanya.
"Tapi..."
"Apakah ada yang ingin kalian bicarakan?"
"A... apa maksudmu?" Britney mengira putrinya curiga dengan kekhawatiran yang berlebihan dan tergagap menjawab pertanyaan putrinya.
"Bukankah kalian menelepon karena ingin memberitahuku sesuatu?"
"Ah iya." Britney menghela nafas lega sembari menepuk dadanya dengan lembut untuk menenangkan hatinya yang malang. Untungnya, Kaylee tidak akan melihat ketenangannya yang aneh seolah-olah dia menyembunyikan beberapa rahasia. "Mr. Black mengundang kami ke ulang tahunnya yang keenam puluh. Kami harap kau bisa ikut dengan kami."
"Kalian meneleponku berulang kali hanya untuk memberitahuku ini?" mereka, kan bisa memberitahunya besok pagi. Pikir Kaylee dengan aneh.
"..."