Ranto dan aku melangkah ke ruang keluarga dan semua mata tertuju pada kami. Ibuku berdiri dan tersenyum. "Sudah selesai dengan kuenya?"
"Tidak, ada batch di oven yang harus dikeluarkan seseorang dalam waktu sekitar sepuluh menit. Sisa adonan ada di lemari es."
Grammy berjalan ke arah kami. "Apakah kau akan pergi?"
Jika dia mengira dia menyembunyikan harapannya, dia salah. Aku melihat melewatinya untuk melihat ibuku mengenakan ekspresi yang sama di wajahnya.
"Ranto menawarkan untuk mengantarku berkendara. Dia memiliki sesuatu yang ingin dia tunjukkan kepada aku dan berpikir itu mungkin mengalihkan pikiran aku dari Patch."
Suaraku pecah saat aku menyebut namanya. Kemudian Ranto dengan ringan menyentuh bagian bawah punggungku, dan tubuhku berputar seratus delapan puluh derajat saat rasa geli menjalar di tubuhku.
Tuhan yang baik.
