Hong Kong...
Banyak yang mengatakan kota Hong Kong adalah kota yang tidak pernah mati. Malam hari seperti siang hari. Banyak sekali orang-orang yang melakukan aktifitas di malam hari. Selain itu banyak juga toko-toko, rumah makan, dan juga tempat hiburan yang tetap buka di malam hari.
Hong Kong sebenarnya merupakan kepulauan yang dipenuhi dengan gedung yang menjulang tinggi. Kalau siang hari Semua kelihatan biasa saja, bahkan terkesan acak-acakan, atau semrawut. Tapi jika di malam hari semuanya berubah menjadi pemandangan yang sangat indah.
Gedung-gedung yang tinggi akan menyalakan lampunya masing-masing. Perpaduan lampu antara gedung satu dan gedung yang lainya, akan menghasilkan panorama yang nyaris sempurnah. Di tambah dengan lampu-lampu penuh warna di pinggiran kota Hong Kong.
Ada juga tempat favorit yang digemari para laki-laki hidung belang, untuk mencari kenikmatan seks sesaat. Sebuah tempat yang menyediakan para wanita-wanita cantik dari berbagai belahan dunia. Tempat ini juga sering memberikan sebuah pertunjukan yang mencengangkan. Membuat para laki-laki hidung belang rela merogoh koceknya lebih dalam lagi.
Ternyata tidak hanya di Negara Jepang. Sebuah restoran mewah yang menu utamanya adalah sushi dan sashimi dengan cara penyajian yang antimainstream. Di mana seorang wanita cantik, dan pilihan yang menjadi piring hidup untuk manruh menu makanan sushi dan sashimi. Dibilang antimainstream karena, wantia yang menjadi wadah untuk menu makanan tersebut harus telanjang bulat, atau tanpa pakaian sehelai benangpun.
Restoran seperti ini memang sangat sulit ditemui, selain ilegal karena dilarang oleh pemerintah, tidak sembarangan orang bisa masuk ketempat seperti itu. Hanya orang yang berduit, dan bos-bos besar yang bisa mengikuti pertunjukan luar biasa tersebut.
"Kamu dateng lagi?" Ucap Santi saat sedang di make up oleh penata rias khusus. "Nggak ada bosen-bosennya kamu nasehatin aku". Imbuhnya sambil melihat wanita yang sedang diajaknya bicara melalui cermin.
"Itu karena aku sayang sama kamu San, aku perduli sama kamu, kamu sudah aku anggap seperti sodaraku sendiri" jawab Wati. "Kita udah bareng-bareng sejak kenal di penampungan, dan kebetulan kita juga dapet majikan yang sama, pait perih kita ngarasain bareng-bareng". Wati mencoba untuk membuat teman seperjuangannya sadar.
Saat habis masa kontrak menjadi TKW, Wati pulang ke Indonesia. Sedangkan Santi memutuskan untuk melanjutkan kontraknya dan tidak ingin kembali ke Indonesia karena suatu alasan. Kemudian Wati kembali lagi ke Hong Kong, untuk menjadi TKW. Namun saat kembali lagi ke Hong Kong dan bertemu dengan sahabatnya itu, Wati benar-benar terkejut. Bagaimana tidak, Wati melihat perubahan yang drastis pada diri Santi.
Santi yang sekarang terlihat jauh lebih cantik, dari Santi yang dulu. Kulitnya sekarang lebih putih dan sangat mulus. Dan yang membuat Wati terkejut adalah, kerudung yang selalu menutupi rambut Santi dulu, sekarang sudah tidak pernah dipakai lagi. Pakaiannya selalu ketat, dan memperlihatkan keindahan lekuk-lekuk tubuhnya.
"Kamu tau San? waktu aku pulang, aku main ke rumah orang tuamu, gosip kamu nikah sama majikan kita itu udah nyebar di kampung kamu".
"Aku udah bilang sama bapak, gosip itu nggak bener" jawab Santi. "Lagian bapak sama ibuku juga seneng aku nggak pulang-pulang, yang penting duitnya pulang" imbuh Santi menjelaskan.
"Tapi apa kamu enggak kasihan sama suamimu?" Sebagai teman baik, Wati berusaha mengingatkan sahabatnya itu.
"Jangan sebut laki-laki miskin, tapi sok belagu itu, aku males dengernya" penata rias sudah selesai merias wajah Santi, wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up yang tebal, dan warna bibir yang merah merona. Kemudian Santi berdiri, berjalan menghampiri Wati dan duduk di sebelahnya. "Aku udah pernah bilangkan sama kamu, mas Arya nggak pernah mau aku kirimin uang, mas Arya juga ngelarang anaku menikmati hasil jerih payahku, aku jauh-jauh kerja di luar negeri untuk mereka, pingin hidup yang lebih layak, aku capek hidup miskin Wat" Santi meraih telapak tangan Wati dan meremasnya.
"Itu karena sebagai suami, mas Arya mempunyai hak dan berkewajiban untuk mencari nafka, dia nggak ingin istrinya banting tulang, harusnya kamu beruntung punya suami seperti mas Arya" Wati menatap serius wajah Santi. "Mas Arya itu suami yang bertanggung jawab". Imbu Wati mengingatkan.
"Halah, tanggung jawab opo?" Santi menyingkirkan tangan Wati, dan berbicara dengan nada mengejek. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. "Bener kata bapaku, ganteng aja nggak cukup buat modal berumah tangga" Santi membuang napas kasar sebelum melanjutkan berbicara, "kenapa dulu aku tergila-gila sama mas Arya?"
Wati menarik ujung bibirnya, ia menggeleng-gelengkan kepala dan menatap heran pada sahabtanya itu. Sepertinya Wati terlihat sangat putus asa menyadarkan Santi.
"Apa bapakmu tahu kerjaan kamu yang sekarang?" Tanya Wati.
"Enggak" Santi menatap Wati dengan tatapan yang mengancam, "mereka enggak akan pernah tahu" ucapnya.
"Terus kamu nggak kasihan sama anakmu? Kamu nggak kangen sama Adnan? Gimanapun juga anak itu masa depan kita San"
Menarik napas dalam-dalam sebelum Santi hembuskan secara perlahan, "atiku tu sakit kalo udah ngomongin soal anak. Tapi aku di sini juga buat anaku. Kalau tabunganku udah banyak aku bakalan pulang. Soal mas Arya, kalau dia masih mau deket sama anaknya ya monggo, tinggal bareng sama aku, terus lupain gengsinya. Tapi kalo dia nggak mau dan masih keras kepala, aku nggak akan ijinin anakku hidup miskin bareng bapaknya".
Mendengar itu Wati merinding dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka jika Santi sampai berfikiran seperti itu.
Beberapa saat kemudian terlihat seorang pria bermata sipit, memakai setelan jas hitam datang mendekati Wati dan Santi.
"Hye Wati kau di sini?" tanya pria itu menggunakan bahasa Hong Kong.
Wati berdiri untuk menyapa mantan majikannya dan majikan Santi. "Iya mister, kangen sama Santi" jawab Wati, ia juga memakai bahasa Hong Kong.
Kemudian pria yang juga sebagai pemilik restoran itu menoleh pada Santi. "Apa kau sudah siap?" Tanya pria tersebut.
Santi mengembangkan senyum yang menggoda, ia juga berdiri untuk menyapa bosnya itu. "Sudah dari tadi" Santi juga menggunakan bahasa Hong Kong.
"Bagus, cepat keruangan VIP mereka sudah tidak sabar" ucap pria bermata sipit itu.
Santi menoleh pada Wati, "Wat aku tinggal dulu". Pamitnya sambil berjalan meninggal Wati dan bosnya itu.
Beberapa saat kemudian Santi sudah berada di sebuah ruangan VIP. Ada meja berbuntuk lonjong memanjang yang di kelilingi beberapa kursi. Di sudut meja itu sudah berdiri dua orang pria memakai seragam koki. Secara perlahan Santi berjalan mendekati meja itu. Saat sudah berada di dekat meja itu, Santi berdiri mematung dan menghela napas panjang.
Kemudian terlihat Santi melepaskan jubah yang membungkus tubuhnya, dan mejatuhkannya ke lantai. Satu demi satu Santi melucuti sendiri pakaian yang menutupi tubuh indahnya. Hingga akhirnya Santi kini sudah bertelanjang bulat tanpa sehelai benang pun.
Semua ke indahan di bagian tubuh Santi dapat terlihat dengan jelas. Perutnya yang ramping, payu dara yang ranum dan kenyal, juga bagian bokong yang bulat dan besar, semua terlihat sangat jelas.
Kulitnya benar-benar putih, bersih, mulus dan mengkilat, tidak ada noda sedikitpun. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya pun di hilangkan, termasuk bulu-bulu di area ke wanitaannya. Karena itu salah satu syarat menjadi piring hidup untuk menaru menu makanan sushi dan sashimi.
Secara perlahan Santi menaiki meja tersebut, ia berjalan merenagkak untuk mengambil posisi tidur terlentang.
Saat Santi sudah tidur terlentang dan memejamkan mata, terlihat dua orang koki itu mulai menaru menu makan sushi dan shasimi di seluruh tubuh Santi. Termasuk di bagian wajah. Hanya matanya saja yang terlihat. Selain itu juga ada minuman berkadar alkohol tinggi tersusun rapih di tiap-tiap sisi meja yang berdekatan dengan kursi.
Suara musik jass mulai terdengar mengalun indah.
Beberapa saat kemudian, datang beberapa orang pria memakai jas berwarna hitam. Pria-pira kaya itu mulai menduduki kursi yang mengelilingi meja, di mana ada Santi sedang tidur terlentang dan telanjang tanpa sehelai benang pun.
Beberapa saat kemudian pertunjukan makan sushi dan shasimi yang ditaruh di atas wanita telanjangpun dimulai.