Bola mata Fatma yang bulat dan indah menatap lekat-lekat pada wajah Adnan. Ia bisa melihat ada ketulusan di wajah ganteng itu. Tapi, apa mungkin Fatma harus menerima lamaran Adnan? Mungkin tidak semudah itu. Bagi Fatma pernikahan itu bukan untuk mainan. Meskipun ia merasa tersanjung dengan keberanian Adnan, tapi untuk berkomitmen mengiyakan pernyataan Adnan, Fatma harus memikirkan matang-matang. Fatma harus yakin dulu dengan pria yang akan menjadi calon imamnya. Ia tidak mau pernikahannya kandas ditengah jalan.
Fatma terdiam, ia sedang memikirkan kosakata yang tepat, ia ingin memberitahu Adnan kalau mengajak nikah itu tidak cukup hanya dengan niat, tapi juga harus mempunyai tujuan yang jelas.
Seluruh pasang mata menatap Fatma, mereka menunggu jawaban yang akan diberikan kepada Adnan. Terlebih Adnan, ia sangat tidak sabar mendengar kata yes keluar dari bibir tipis milik Fatma. Adnan berusaha bersikap rileks, meski sebenarnya di dalam hati ada debaran yang tidak bisa ia kontrol.