Arya menarik napas dalam-dalam, kemudian ia lepaskan secara perlahan. Terlihat Arya turun dari ranjang, lalu ia mengambil bedcover yang berada di dekat kepala Bagas. Setelah itu Arya menutupi bagian kaki Bagas sampai ke pinggang.
Cahaya lampu di kamar Bagas sangat terang benderang. Sangat silau bagi mata Arya, dan ia tidak terbiasa tidur dengan cahaya lampu yang sangat terang. Berbeda dengan lampu di kamarnya yang hanya menggunakan neon atau bokhlam. Cahayanya agak sedikit remang-remang dan tidak menyilaukan mata.
Oleh sebab itu Arya berjalan ke arah saklar yang ada di dekat pintu, untuk mematikan lampu LED. Setelah menakan tombol saklar Arya kembali berjalan ke arah meja kecil di dekat ranjang. Kemudian ia menghidupkan lampu meja yang di taruh di atasnya. Sehingga cahaya di kamar Bagas, sekarang sama persis dengan cahaya di kamarnya. Remang-ramang.
Setelah itu, terlihat Arya berdiri mematung di samping ranjang sambil berkacak pinggang. Manik matanya menelusuri tibuh Bagas yang sedang tidur hanya menggunakan buku sebagai bantalan. Posisi kepala Bagas juga berada di bagian kaki, atau bawah, bagian ranjang.
Arya merasa, jika Bagas seperti tidak nyaman tidur dengan posisi seperti itu. Oleh sebab itu Arya membuka kembali selimut tebal yang ia gunakan untuk menutup kaki dan paha Bagas tadi. Arya berinisiatife memindahkan posisi tidur Bagas, supaya posisi kepalanya berada di bagian kepala ranjang. Kemudian Arya naik ke atas ranjang, secara perlahan tangan kekarnya mengulur dan mengangkat tubuh Bagas.
Dengan sangat hati-hati Arya mendiurkan kepala Bagas di atas bantal. Setelah merasa Bagas sudah tidur nyaman di bantal. Secara perlahan Arya menarik tangannya yang tertindih di bagian belakang kepala Bagas. Lalu pada saat Arya akan mengankat tubuhnya, tiba-tiba tertahan oleh tangan Bagas yang sudah mengalung di punggungnya.
"Mas..." ucap Bagas dengan suara berbisik.
"Kamu kebangun dek? Maaf udah bikin kamu bangun lagi, mas cuma mau mindahin kamu." Jelas Arya. Suaranya terdengar sangat pelan.
Bagas tersenyum simpul, bola matanya menatap intena wajah Arya yang berada sangat dekat di depan wajahnya. Sehingga hembusan napas maskulin Arya dapat ia rasakan tepat di mulut dan hidungnya. Sesat Bagas terpejam untuk menikmati hembusan napas maskulin Arya.
"Eng... engga papa mas," ucap Bagas. Suaranya sedikit gagap karena jantungnya berdetak sangat kencang.
"Ya udah tidur lagi," saran Arya. Kemudian ia mencoba untuk pindah posisi dari atas tubuh Bagas. Namun lagi-lagi tertahan, karena tangan Bagas menahannya.
"Ada apa dek?" Tanya Arya heran.
"Mas udah ngantuk?"
Jarak wajah yang begitu dekat membuat Arya juga jadi merasa kikuk dan serba salah. Ia juga gugup.
"I..iya," jawab Arya. "Sudah tidur lagi dek, besok kamu sekolah." Arya berusaha menjauhkan sedikit wajahnya dari wajah Bagas.
Berada sedekat itu dengan Arya tentu saja membuat rasa kantuk Bagas seketika menghilang. Yang ada kini palah dadanya berdebar semakin tidak karuan.
Kemudian secara tidak sengaja Bagas mengangkat pahanya yang berada tepat di bawah selangkangan Arya. Lalu pada saat Bagas menekuk kakinya, secara otomatis pahanya menempel tepat di kemalauan Arya yang masih berada di dalam celana.
Bagas sedikit tersentak saat pahanya merasakan kemaluan Arya yang ternyata masih menegang sangat keras, akibat terangsang karena melihat gambar-gambar wanita seksi, dan membaca artikel di Majalah dewasa tadi.
Bagas teringat akan kata-kata yance saat di sekolah, Yance mengatakan seorang duda biasanya butuh penyaluran untuk melampiaskan hasrat biologis yang sudah lama terpendam.
"Aku belum ngantuk mas," ucap Bagas sambil menekan sedikit pahanya tepat pada kejantanan Arya. Rasa takut dan penasaran beradu menjadi satu di jantung Bagas.
Rasa malu tersemburat di raut wajah Arya. Ia merasa jika Bagas mengetehaui dan merasakan mister P-nya menegang sangat keras. Wajahnya terlihat gugup.
"Ti... tidur dek," titah Arya. Ia berusaha menyingkirkan tangan Bagas dari punggungnya. Ia juga mengangkat bokongnya suapaya kejantanannya tidak menempel di paha Bagas.
"Mas..."
Arya kembali tertahan saat Bagas memanggil, kemudian ia menatap lekat-lekat wajah Bagas yang jaraknya hanya sekitar satu senti dari wajahnya.
"Ada apa dek?"
Bagas terdiam selama beberapa saat, ia memandang secara intens bibir Arya, lalu "maaf," ucap Bagas sambil menempelkan bibirnya di mulut Arya.
Untuk kedua kalinya, Bagas nekat mencium bibir Arya. Dan hebatnya lagi, Bagas berani melakukan itu pada saat Arya sedang dalam keadaan sadar. Tidak seperti malam itu, saat Arya sedang tertidur pulas. Entah setan apa yang sudah merasuki tubuh Bagas, sehingga remaja berkulit putih itu sampai nekat melakukannya.
Tentu saja Arya sangat terkejut dengan perlakuan Bagas yang tiba-tiba, ia sampai terdiam dan juga bengong. Berabagai macam rasa berkecamuk menjadi satu di hati Arya. Bingung, kesal, ingin marah, jijik, dan mual. Semua rasa itu berkumpul menjadi satu, sebenarnya ingin sekali Arya mengumpat dan memukul Bagas saat itu juga. Namun ia teringat akan kebaikan ibu Ratna, sehingga Arya masih bisa menahan amarahnya meski sebenarnya ia merasa sangat dongkol. Selain itu, Bagas juga termasuk anak yang baik di mata Arya, ia sudah menganggap Bagas seperti adik sendiri. Sehingga pukulan untuk Bagas tidak sampai ia lakukan.
Oleh sebab itu Arya hanya bisa diam, membiarkan Bagas yang masi menikmati bibirnya dengan lembut dan penuh perasaan.
Sepertinya Bagas menyalah artikan diamnya Arya. Bagas menganggap jika Arya pasrah, dan menikmatinya. Ditambah dengan hasratnya yang semakin bergelora. Sehingga rasa yang semulanya takut, berubah menjadi bersemangat. Bagas semkin berni membuka mulutnya, menggit dan melumat dengan lembut bibir Arya. Tidak hanya itu. Tangan Bagas yang satunya mulai bergrilia, berjalan merabah untuk menyentuh kejantanan Arya yang masih di dalam celana.
Saat tangannya sudah berhasil menyentuh gundukan di celana Arya, kemudian Bagas meremasnya dengan lembut. Namun karena Bagas merasakan alat kelamin Arya sudah tidak terlalu keras seperti pada saat ia merasakan dengan pahanya. Sehingga Bagas mencoba mengelusnya, untuk memberikan rangsangan. Dan benar saja, kejantanan Arya yang tadinya hampir mengecil, kini kembali menggeliat, berkedut dan membesar dan semakin mengeras.
Arya hanya sanggup memejamkan mata, menahan napas berusaha untuk tidak menikmati bibir Bagas yang sedang melumat bibirnya. Tapi tidak dipungkiri, jika di bawah sana mister Pnya seperti sedang menikmati, merasakan sesuatu yang sudah lama tidak dirasakan.
Kemudian Arya mengkerucutkan wajah, melepaskan ciuman Bagas. Tangannya memeluk erat tengkuk Bagas, sedangkan mulutnya menempel di telinga Bagas. Terdengar Arya membisikan sesuatu, "jangan ya dek," ucap Arya saat ia merasakan telapak tangan Bagas mulai menjalar, merogoh masuk kedalam celana kolor Arya.
Bagas sendiri seperti kehilangan kendali, rasa penasaran membuat ia tidak mengindahkan bisikan Arya. Jantung Bagas semakin berdetak kencang, saat ia mulai berasakan bulu -bulu lebat di sekitaran kemaluan Arya. Saat telapak tangannya sudah masuk sampai ke celana dalam Arya, tanpa pikir panjang ia langsung meremas benda lonjong yang sedari tadi ia cari. Bagas mengejangkan kakinya, menggigit bibir bawah, memejamkan mata meresapi kelelakian Arya. Secara perlahan telapak tangannya bergerak naik turun, untuk mengocok alat kejantanan Arya yang sedang ia remas.
Arya masi memejamkan mata, antara menolak dan menikmati kocokan tangan Bagas pada alat vitalnya. Akan tetapi hasrat syahwat yang lama terpendam, dan rangsangan buatan yang dilakukan Bagas padanya, seolah menyingkirkan rasa mual, rasa jijik, dan berubah menjadi nafsu yang membara. Hati yang awalnya menolak juga berubah menjadi sangat bergairah.
Oleh karena itu kedua tangan Arya menyentuh pundak Bagas, lalu penuh dengan gairah, Arya menggulingkan tubuh Bagas hingga terlentang. Kemudian Arya berada tepat di atas perut Bagas. Sorot matannya menatap penuh nafsu wajah Bagas yang sedang terkejut karena takut. Punggung Arya juga naik turun karena napas yang sudah memburu.
Bagas menelan ludah, matanya terbelalak, rasa takut tergambar jelas di raut wajahnya. Namun ia kembali terkejut saat melihat Arya akan membuka kaos yang melekat di tubuh Arya. Seakan tidak percaya, Bagas dapat melihat dengan jelas tubuh gagah Arya yang berwarna coklat, sedang bertelanjang dada berada dekat dengannya.
Secara perlahan tengan kekar Arya mengulur, dan telapak tangannya memegang rahang Bagas. Kemudian dengan penuh gairah mulut Arya meraih bibir Bagas dan melumatnya.
Seprti mendapat rejeki nomplok, seakan tak percaya jika Arya melakukan itu padanya dalam keadaan sadar. Bagas memejamkan mata, menikmati lumatan bibir Arya di mulutnya. Kemudian Bagas mulai berani tanpa rasa takut, ia membuka mulutnya mengeluarkan lidah dan memasuknya di dalam mulut Arya. Tanpa diduga lidah Arya menyambutnya, dan mulutnya seakan menyedot semua air liur pada lidah Bagas.
Keduanya terlihat sangat menikmati pergulatan lidah, dan pertukaran air liur di dalam mulut Arya.
Setelah puas dengan permainan di mulut Bagas, Arya membuka kaos Bagas. Tanpa di suruh Bagas langsung membantu Arya melepaskan kaos yang ia pakai.
Hingga kini dua pria berkulit coklat dan berkulit putih itu sudah bertelanjang dada, dengan nafsu yang semakin bergejolak.
Arya menelan ludah, matanya menatap tajam tubuh Bagas yang putih, bersih dan mulut. Terlihat telapak tangan kasar Arya meremas dada Bagas hingga mengembung. Lalu masih dengan penuh gairah mulai menyedot, dan kadan menggit pelan puting susu Bagas.
"Eeengh..." Bagas mendesah sambil memejamkan mata, meraskan nikmatnya mulut Arya yang sedang menyodot, sambil menjilati dadanya.
Bagi Bagas rasanya seperti mimpi, ia seperti tidak yakin jika dirinya saat ini sedang di gagahi oleh pria jantan yang sangat dikaguminya. Ia juga tidak percaya seorang mas Arya, pria normal, yang pribadinya pendiam, kalem, dan alim. Namun saat sedang bercinta di atas ranjang terlihat sangat bergairah, agresife dan bringas. Pembawaanya dalam kehidupan sehari-hari seakan sirna. Arya berbeda 180derajat saat sedang bergulat dan bercinta.
Setelah puas bagian dada Bagas, kemudian Arya bangkit untuk melepaskan celana kolor sekaligus celana dalamnya. Hingga akhirnya pria berkulit coklat eksotis itu sudah telanjang bulat. Tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh gagah dan alat kejantanannya itu. Napasnya semakin memburu, dan sorot matanya penuh dengan gairah nafsu.
Bagas sempat terperanjat melihat tubuh macho Arya yang tanpa busana. Arya yang sedang berdiri menggunakan lutut, dengan alat vitalnya sudah mengacung ke atas tepat di hadapnya. Bagas menelan ludah setelah tahu dengan jelas penis Arya yang mempunyai ukuran di atas rata-rata. Alat kelamin Arya terlihat semakin jantan dengan urat-urat yang mengaris di sekitar penisnya. Jantung Bagas berdegup sangat kencang. Lalu tanpa sadar Bagas melepas kolor berikut celana dalamnya sendiri.
Dan Akhirnya Bagas dan Arya kini sudah telanjang bulat tanpa busana sama sekali.
Secara perlahan Arya berjalan menggunakan lutut sambil tangan kanan memegangi penisnya yang sudah mengacung. Banyak percum yang sudah menetes membasahi bagian kepala penis Arya. Setelah tepat berada di depan wajah Bagas, tangan kiri Arya menarik tengkuk Bagas, dan menempelkan rudalnya tepat di mulut Bagas.
Aroma kejantanan Arya menyeruak, dan dihirup penuh dengan perasaan oleh Bagas.
Tanpa ragu lagi Bagas memegang rudal Arya, sambil menciuminya. Setelah puas menciumi benda lunak yang sudah mengeras itu, Bagas membuka mulutnya dan melahap mentah-mentah rudal besar milik Arya.
"Oooogh..." desahan panjang keluar dari mulut Arya saat merasakan lidah Bagas menjilati, dan menyedot rudalnyanya di dalam mulut Bagas. "Oouuugh..." Arya kembali mendesah sambil memaju-mundurkan bokongnya dengan rudal yang masih berada di dalam mulut Bagas. Tangan kirinya dengan kuat meremas bagian belakang kepala Bagas.
Arya benar-benar lupa segalanya, akibat syahwat yang sudah lama terpendam. Dan ia merekalannya melepaskan hasrat biologisnya pada orang yang berjenis kelamin sama dengannya. Nafsu birahi sudah membutakan mata batin dan menutup akal sehatnya.
Setelah puas dengan mulut Bagas, Arya semakin tidak tahan untuk menyelipkan rudalnya pada lubang yang lebih sempit. Oleh sebab itu Arya mencabut penisnya dari mulut Bagas.
Kemudian ia duduk tepat di bagian bokong Bagas, sambil membuka kedua pahanya. Kedua tangannya mengangkat kaki Bagas sambil membuka selangkangan Bagas, untuk Mencari letak lubang kenikmatan.
Setelah Arya melihat lubang anus milik kemudian ia meludahinya. Jari-jarinya mengoles dan meratakan ludah di sekitaran lubang anus.
Bagas menggigit bibir bawah sambil menikmati sentuhan jari Arya di anusnya.
Setelah itu Arya juga meludahi tangannya, lalu di oleskan pada penisnya sambil perlahan mengocoknya.
Bagas merasakan sedikit taku, karena itu untuk pertamakali buatnya. Namun demi Arya, demi tubuh yang ia impikan, demi rasa sayang dan cinta pada Arya. Bagas rela memberikan semuanya untuk Arya.
Terlihat Arya mencari posisi nyaman untuk memulai memasukan rudalnya ke lubang anus milik Bagas. Ia kembali mengankat kedua kaki Bagas dan di taru di atas pundaknya.
"Mas... pelan-pelan, takut sakit," perintah Bagas dengan jantung yang berdebar-bedebar.
"Hiyo..." jawab Arya tanpa melihat wajah Bagas. Karena matanya fokos mantap penuh nafsu lubang anus Bagas.
Secara perlahan tangan Arya membibing penisnya di arahkan ke arah bibir anus Bagas. Setelah batang kepala penisnya menempel, sedikit demi sidikit mendorong bokongnya. Hingga akhirnya bagian kepala rudal atau penisnya sudah masuk di dalam lubang anus.
"Aaaakh..." Bagas merintih, mulutnya meringis dan matanya merapat saat merasakan benda tumpul itu sudah berada di dalam lubang anusnya. Ia menggit bibir bawah dan telapak tangannya meremas seprei.
Sepertinya Arya menyadari jika Bagas sedang merasakan sakit. Ia juga sedikit kesulitan memasukan semua rudalnya kedalam lubang anus Bagas yang masih sempit. Oleh sebab itu Arya meludahi kembali batang penisnya yang masih berada di luar anus. Kemudian ia mengoleskan secara merata sambil mendorong sedikit-demi sedikit bokongnya.
Kemudian penuh dengan hati-hati, perlahan tapi pasti akhirnya seluruh batang rudalnya berhasil masuk kedalam lubang anus Bagas.
"Aaaaagkh.... sakit mas," ucap Bagas sambil merintih menahan sakit. Telapak tangannya kemudian mencengkeram pergelangan tangan Arya.
Bagas menurunkan kedua kakinya yang masih berada di atas pundak Arya. Kemudian menjatuhkannya di atas paha Arya. Bagas merasakan perih, saat benda lonjong dan tumpul itu memenuhi lubang anus.
Kemudian kedua telapak tangan Arya memegang pinggang Bagas sambil dengan pelan memaju mundurkan bokongnya. Mengeluar-masukan rudalnya dari lubang kenikmatan yang masih sangat sempit. Arya merasakan sensasi yang tidak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata saat rudal besarnya di cepit oleh lubang anus Bagas.
Sedangkan Bagas terlihat masih merasakan sakit, saat benda lonjong itu menyodok keluar masuk dari anusnya. Ia mengkerutkan wajah dan mengelangkan kepala perlahan ke kanan dan ke kiri, sambil memejamkan mata.
Terlihat Arya menjatuhkan tubuhnya, kemudian memeluk erat tubuh putih Bagas. Terlihat mulutnya kembali menghisap atau menyedot puting susunya, sambil bokongnya tetap maju mundur.
Bagas pasrah, ia rela menahan rasa sakit demi sebuah kasih sayang dan cinta yang ia rasakan pada pemilik tubuh gagah itu. Kedua tangan dan kakinya memluk tubuh Arya sambil memejamkan mata.
Dinginnya AC tidak mampu mendinginkan adegan panas yang sedang dilakukan oleh Arya dan Bagas. Keringat dinginpun sudah mulai membasahi tubuh keduanya.
Arya kembali mengangkat tubuhnya, ia juga kembali memegangi pinggang Bagas. Pinggulnya ia goyangkan ke kanan dan kekiri, sesekali memaju-mundurkan kembali bokongnya. Setelah beberapa menit dengan pelan Arya menyodok anus Bagas, kemudian ia terlihat mulai menambah tenaganya.
Semua otot kejantanan Arya keluar saat ia sedang mengenjot anus Bagas. Arya juga semakin terlihat seksi akibat keringat dingin yang membasahi tubuhnya.
Lalu akibat tenaganya yang seperti kuda, dan sodokan yang kuat membuat tubuh Bagas terguncang-guncang.
"Aagh.. agh.. agh.." Arya mendesah sambil mengencangkan rahangnya.
Lalu beberapa saat kemudian, tubuh Arya mengejang, semua tulang persdian berdenyut saat ia merasakan perjalanan puncak orgasme.
Beberapa saat kemudian, terlihat Arya menekan dengan kuat bokongnya, "aaaaaghhh...." ia juga mendesah panjang pada saat cairan kental memuncrat di dalam lubang anus Bagas. Arya meraskan kembali puncak orgasme yang sudah lama tidak ia rasakan. Napasnya terengah punggungnya naik turun. Arya terkulai lemas menjatuhkan tubuhnya memuluk Bagas.
Bagas terdiam dan bengong, raut wajahnya datar sulit diartikan. Ia sudah tidak merasa sakit lagi di anusnya akibat cairan licin yang memenuhi anusnya. Penis Bagas juga mulai mengeras. Lalu pada saat Arya masih memeluknya, sambil sesekali menekan, dan menyodok lubang anusnya untuk mengeluarkan seperma yang masih tersisah. Terlihat Bagas mulai mengocok atau mengonani penisnya.
Beberapa saat kemudian Bagas-pun mengejang memuncratkan cairan kenikmatannya di atas perut Arya. Meski ia terkulai lemas, namun senyum simpul mengembang di bibirnya. Bagas memejamkan mata memeluk mesrah tubuh Arya yang masih basah karena keringat.
Beberapa saat kemudian Bagas sedikit tersentak saat merasakan tubuh Arya yang bergetar, dan punggungnya naik turun. Wajah Bagas berubah datar karena telinganya mendengar suara sesegukan dari mulut Arya.
Bagas menoleh ke wajah Arya yang bersembunyi di atas bantal dan masih memeluknya erat.
"Mas... mas nangis?" Tanya Bagas dengan lembut.